Tugumalang.id
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
No Result
View All Result
Tugumalang.id
No Result
View All Result
Home Peristiwa

Mendorong Kurikulum Kebencanaan Diterapkan Sejak Dini

Redaksi by Redaksi
1 minggu Lalu
in Peristiwa
Reading Time: 1 min read
A A
kurikulum kebencanaan sejak dini

Bencana gempa bumi yang terjadi di Malang pada 2021 lalu. Sedikitnya, ada 3.748 rumah mengalami kerusakan, 3 orang meninggal dunia dan 54 luka-luka. Kesadaran kebencanaan perlu diterapkan sejak dini. Foto/Rubianto

Share WhatsappShare FacebookShare Twitter

MALANG, Tugumalang.id – Bencana merupakan fenomena alam yang tidak bisa dihindari. Meski begitu, resiko dampak bencana bisa diminalisir jika kita memiliki kesadaran terhadap kebencanaan. Sebab itu, kesadaran kebencanaan ini patut diterapkan sejak usia dini.

Karakter kebencanaan ini bahkan mendapat porsi utama dalam kurikulum pendidikan di Jepang. Program kurikulum itu bernama School Watching untuk anak usia dini di sekolah dan Town Watching untuk umum.

Hal ini diungkapkan Profesor bidang mitigasi bencana Universitas Brawijaya, Prof. Sukir anto, S.Si., M.Si., Ph.D bahwa Indonesia patut meniru Jepang soal kesadaran kebencanaan ini. Terlebih, Indonesia juga menjadi kepulauan dengan risiko bencana tinggi.

“Ketika sadar bencana dimulai dari pendidikan TK dan SD, hal tersebut akan menjadi budaya. Hal itu sudah tercipta di Jepang. Jadi ketika ada bencana, semua orang, termasuk anak sudah paham apa yang dia lakukan,” terang Sukir.


Profesor Bidang Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya, Prof. Sukir anto, S.Si., M.Si., Ph.D, Foto/UB Malang

Dengan penanaman pendidikan karakter ini dia yakin sekolah akan mewujudkan multifungsinya sebagai pendidikan karakter dan shelter ketika terjadi bencana.

Sekarang, Prof. Sukir memberikan saran kepada Pemerintah Indonesia sendiri untuk menerapkan kurikulum kebencanaan ini di sekolah-sekolah. Lewat program School Watching, seorang anak juga bisa mengenali potensi bahaya akibat bencana tanpa harus menunggu arahan otoritas seperti terjadi selama ini.

”Karena masyarakat sudah paham bagaimana cara mengevakuasi dirinya sendiri ketika ada bencana,” terangnya.

Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko

Tags: kebencanaankurikulum kebencanaankurikulum pendidikanProf Sukir MaryantoProfesor bidang mitigasi bencanaSchool Watching
Previous Post

ICMI di Kabupaten Malang

Next Post

Dikira Sama, Ini 5 Perbedaan Cendol dan Dawet

Next Post
Seorang penjual dawet yang tengah menyajikan minuman es dawet (Foto/Canva)

Dikira Sama, Ini 5 Perbedaan Cendol dan Dawet

BERITA POPULER

  • Terlapor yakni owner Barrat Entreprise Diah Ayu Satiarini (baju kuning) dan suaminya Agung Barrat saat hadir di kantor Polresta Malang Kota, Jumat (17/3/2023). Foto/M Sholeh

    EO Barrat Entreprise Dilaporkan ke Polisi Atas Dugaan Penipuan dan Penggelapan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pantai Balekambang Malang Masih Sepi, Pengunjung Keluhkan Jalan Rusak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Total Pelanggaran yang Terekam Kamera e-TLE di Kota Batu Tembus 57.945 Pelanggaran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Malang Sediakan Mudik Gratis dengan 6 Rute

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 20 Merek Pakaian Thrifting Paling Diburu Pembeli

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Tugumalang.id

© 2022 Tugu Malang ID - Powered by Tugu Media Group

Navigate Site

  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Form Pengaduan
  • Pedoman Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan

© 2022 Tugu Malang ID - Powered by Tugu Media Group