Oleh: Akhmad Mukhlis*
PAUD adalah bidang yang tepat untuk mengetahui secara detail bagaimana anak-anak berkembang, sekaligus juga bagaimana menyusun program untuk menunjang perkembangannya tersebut. Di saat terjadi disrupsi guru SD sampai PT oleh perkembangan teknologi informasi, bisa dikatakan hanya jenjang PAUD yang cukup sulit diambil alih oleh perkembangan teknologi informasi. Jika anak usia dini adalah periode emas perkembangan, bukankan dengan begitu profesi bidang ini adalah profesi dalam tambang emas?
Tidak seperti jenjang pendidikan formal (sekolah dasar sampai perguruan tinggi), tidak banyak orang yang berpikir tentang pendidikan anak usia dini (PAUD). Sampai suatu ketika kita atau orang terdekat kita memiliki seorang anak. Kita akan mulai menyadari bahwa program PAUD adalah penting. Tanpa program PAUD –mulai day care sampai TK, akan jauh lebih sulit bagi banyak keluarga untuk melakukan pekerjaan yang konsisten. Keluarga awal di perantauan tidak akan cukup hanya memiliki cuti 6 bulan untuk mengasuh anak-anak mereka. Pandemi COVID-19 juga sekaligus menegaskan bahwa pendidikan jarak jauh (online) adalah hal yang sangat sulit dilakukan pada tahun-tahun awal kehidupan manusia.
Banyak dari kita mungkin memiliki kenangan indah tentang hari-hari prasekolah, meskipun tidak banyak yang kita ingat selain bergiliran dalam permainan, menyanyikan lagu, bermain di luar kelas, berteman atau tertidur di kelas. Nyatanya sangat menggoda untuk menganggap kegiatan-kegiatan tersebut hanyalah cara cara untuk membuat anak-anak tetap sibuk, dan menghabiskan waktu pagi mereka. Namun, para peneliti dan para pendidik telah tahu kebenarannya, bahwa anak-anak memang belajar paling baik melalui bermain.
Pendidikan Anak Usia Dini dan Tantangannya
Pendidikan anak usia dini adalah istilah untuk menggambarkan program pendidikan formal, informal maupun non-formal yang memandu pertumbuhan dan perkembangan anak-anak sepanjang tahun-tahun prasekolah mereka, sampai usia enam tahun. Ada sebagian pendapat yang menyatakan PAUD sampai usia delapan tahun (sampai sekitar kelas 2 SD), mengikuti teori pokok perkembangan anak usia dini. Anak-anak pada usia ini sepenuhnya bergantung pada pengasuh dewasa mereka, termasuk orang tua, penyedia penitipan anak, pengasuh anak, anggota keluarga besar, dan guru.
PAUD mencakup berbagai kegiatan yang dirancang untuk mempromosikan perkembangan kognitif, sosial dan emosional anak-anak sebelum memasuki sekolah dasar. Beberapa program terutama berfokus pada kesiapan sekolah dan akademik sementara yang lain lebih fokus pada kesiapan sosial dan emosional.
Salah satu tantangan yang dihadapi para pendidik PAUD adalah kenyataan bahwa pekerjaan mereka sering diabaikan atau direndahkan sebagai “hanya mengasuh anak” “hanya waktu bermain” atau “hanya menghabiskan waktu pagi anak”. Itulah kenyataannya, tidak banyak yang memberikan perhatian lebih dari itu. Seringkali, pemangku kepentingan (stakeholder), seperti orang tua, anggota masyarakat, dan bahkan pendidik lainnya, memiliki sikap bahwa apa pun yang terjadi di prasekolah tidak masalah karena pembelajaran hanya dimulai setelah mereka memasuki sekolah dasar.
Bukan ‘Hanya’ Persiapan Sekolah
Secara sederhana PAUD bertujuan untuk membatu anak-anak untuk mengembangkan strategi keterampilan kognitif, sosial dan emosional untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Ini mencakup banyak hal seperti bahasa dan literasi, pengembangan cara berpikir, pengembangan emosi dan kontrol diri, bersosialisasi dan kepercayaan diri.
Apa yang saya sampaikan memang cenderung memiliki area dan urgensi lebih luas dibandingkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa PAUD ‘hanya’ untuk kebutuhan kesiapan untuk pendidikan lebih lanjut. Mengapa saya menyampaikan lebih dari hanya kesiapan sekolah? Ini adalah paradigma yang konsisten sesuai kepercayaan manfaat sepanjang hidup PAUD bagi manusia. Paradigma tersebut juga mengantarkan kita pada cara pandang yang lebih luas tentang PAUD. Sederhananya, jika kita tidak menyediakan program sedemikian rupa bagi anak-anak untuk berhasil, mereka pada akhirnya akan gagal.
Kegagalan generasi mendatang akan menjadi kehancuran struktur sosial masyarakat kita. Ini adalah terkait cara berpikir yang bukan ‘hanya’ mempersiapkan anak untuk sekolah atau bahkan hanya menghabiskan waktu kecilnya, tapi tentang membangun manusia yang siap untuk menghadapi dinamika kehidupan di masa yang akan datang.
Mengapa Pendidikan Anak Usia Dini Penting?
Riset telah mengantarkan pada kita bahwa otak bayi yang baru lahir berukuran sekitar seperempat dari ukuran otak orang dewasa. Luar biasanya, ukurannya akan berlipat ganda pada ulang tahun pertama anak dan otak akan menyelesaikan 90 persen pertumbuhannya pada usia lima tahun. Selama tahun-tahun awal masa kanak-kanak, otak membuat jutaan sinapsis (koneksi saraf) setiap detik. Koneksi saraf ini memungkinkan kita untuk bergerak, berpikir, berkomunikasi, dan memahami dunia di sekitar kita. Itulah mengapa banyak ahli menyebut bahwa anak usia dini dirancang untuk memahami, meniru, bereksperimen, dan mengeksplorasi.
Segudang temuan penelitian juga turut mempopulerkan istilah bahwa tahun awal kehidupan sebagai usia emas (golden age). Namun sayangnya menganggap program-program yang menunjang perkembangan pada usia tersebut sebagai program ‘sampingan’ adalah sama saja mengatakan istilah tersebut tanpa mengetahui konsekuensi sebaliknya, ini adalah tindakan yang meremehkan.
Sampai detik ini telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa program PAUD (dengan kualitas tinggi) dapat memiliki efek jangka panjang yang positif pada kehidupan anak-anak. Inilah permasalahannya. Sejauh ini ketersediaan PAUD dengan kualitas tinggi bisa dibilang masih jauh dari harapan. PAUD dengan kualitas tinggi menampilkan program yang dinamis, menantang, memperkaya dan direncanakan dengan matang. Selain masih minim keberpihakan kebijakan, kita masih disibukkan dalam definisi seperti apa anak yang ‘siap sekolah’. Sayangnya itu banyak berkutat pada kegiatan penyiapan membaca, menulis dan berhitung saja.
Mahasiswa PAUD, Kesalahan atau Harapan?
Sejauh ini, jurusan PAUD baik dalam kampus umum maupun keagamaan bukanlah jurusan yang ramai peminat. Hal tersebut tidaklah mengherankan, mengingat PAUD belum dipahami sebagai investasi yang menguntungkan bagi generasi masa depan. Wajar bila profesi bidang PAUD juga masih jauh dari perhatian masyarakat dan juga kebijakan pemerintah. Dengan begitu, menjadi mahasiswa PAUD adalah tantangan yang cukup menarik dalam beberapa hal.
Meyakinkan diri sendiri adalah tantangan pertama saat masuk dalam bidang PAUD. Mau menjadi apa masuk jurusan PAUD? Ini adalah pertanyaan yang harus segera mendapatkan kepastian, terutama dalam ranah ilmiah. PAUD adalah bidang yang tepat untuk mengetahui secara detail bagaimana anak-anak berkembang, sekaligus juga bagaimana menyusun program untuk menunjang perkembangannya tersebut.
Di saat terjadi disrupsi guru SD sampai PT oleh perkembangan teknologi informasi, bisa dikatakan hanya jenjang PAUD yang tidak akan pernah bisa diambil alih oleh perkembangan teknologi informasi. Jika anak SD sampai PT dapat meningkatkan kompetensinya dengan belajar online melalui internet, anak usai dini tidak. Itulah mengapa guru PAUD adalah kebutuhan pasti yang tidak tergeser oleh teknologi. Jikapun tidak menjadi guru, jurusan PAUD dapat berkontribusi dalam banyak hal seperti pengelola day care, konsultan perkembangan anak, pekerja sosial, dan bahkan wirausaha dalam ranah tersebut. Minimal bekal ilmu di PAUD akan berguna saat kita menjadi orang tua bagi anak-anak kita kelak.
Mengedukasi masyarakat adalah tantangan kedua saat kita masuk ranah ini. Terus menerus menginformasikan bahwa pendidikan pada masa usia dini adalah pondasi awal yang bukan hanya untuk kesiapan sekolah, namun juga memberikan benefit sepanjang hayat bagi manusia dan masyarakat.
Ikut mendorong kebijakan pemerintah adalah tantangan selanjutnya bagi mahasiswa PAUD. Kegagalan memberikan pendidikan anak usia dini yang berkualitas membatasi masa depan anak-anak dengan menghalangi mereka memperoleh kesempatan untuk mencapai potensi penuhnya. Hal tersebut juga sama saja dengan membatasi masa depan negara, merampas potensi sumber daya manusia berkualitas dan mempromosikan masyarakat yang damai dan sejahtera. Jika arah kebijakan mulai berihak ke arah PAUD, maka profesi ke-PAUD-an juga akan menjadi profesi yang setara dengan profesi lainnya, seperti dokter, arsitek, diplomat, ilmuan dan semua profesi yang dianggap lebih baik. Dan memang seharusnya begitu bukan?
*Penulis adalah dosen psikologi PIAUD UIN Malang
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id