MALANG – Berbekal modal yang minim, Galuh Tri Pamungkas, pemuda berusia 28 tahun asal Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang berhasil mengembangkan bisnis tas dan sepatu kulit yang kini omzetnya mencapai Rp 400 juta per bulan.
Tugu Malang ID mendapat kesempatan untuk mewawancarai langsung pengusaha yang akrab dipanggil Galih ini di kantor CV Reven Kreatif Industri yang terletak di Desa Karangrejo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.
Meski berada di desa, kantor yang menaungi dua brand, Reven Leather dan Alona Leather ini terlihat cukup luas dan modern dengan desain minimalis yang disukai anak-anak muda.
Mungkin tak banyak yang menyangka bahwa kantor tersebut dimiliki oleh bisnis yang masih berusia kurang dari tiga tahun.
“Saya mendirikan bisnis ini bersama sepupu saya. Waktu itu Bulan April 2019. Itu pertama kali kami bikin brand Reven dan Alona,” ujar Galih memulai ceritanya.
Namun ia mengaku bahwa ia dan sepupunya, Fajar Teguh Pribadi telah menekuni bisnis ini sejak tahun 2014 saat keduanya masih duduk di bangku kuliah.
Galih dan Fajar dulunya menjual produk-produk kerajinan kulit di sekitar rumahnya. Kebetulan ia tinggal tidak jauh dari sentra industri kulit yang berada di sebelah timur Pasar Bululawang.
Ia dan sepupunya memotret produk seperti dompet, tas, dan sepatu yang dibuat oleh pengrajin kulit di sana dan mengunggahnya di marketplace.
“Awalnya waktu itu kami jualan di Toko Bagus (sekarang OLX). Penjualannya sekitar 3-5 paket sehari. Kemudian ada Tokopedia, kami juga buka di sana. Penjualan mulai meningkat, sekitar 10 paket sehari. Lalu, ada Shopee yang waktu itu masih promosi, ongkos kirimnya ke seluruh Indonesia sangat murah. Itu penjualan kami langsung melejit,” beber Galih.
Produknya Sempat Dihapus di Marketplace
Di saat bisnis mereka mulai berkembang, muncul satu persoalan yang membuat mereka harus berhenti berjualan.
Produk yang mereka jual dihapus oleh pihak marketplace karena merupakan produk tiruan dari merek sepatu dan tas kulit ternama.
Dari situ akhirnya mereka terpikir untuk berjualan dengan menggunakan brand mereka sendiri.
“Kami harus optimasi dari awal lagi. Tapi belum tentu penjualan kami sama seperti sebelumnya. Akhirnya kami berpikir untuk pakai brand sendiri,” tutur Galih.
Saat baru mendirikan brand Reven dan Alona ini, Galih dan Fajar mengawalinya dengan memproduksi 60 buah tas dengan satu model dan tiga warna.
“Waktu itu kami produksi cuma 60 tas. Modalnya itu nggak sampai Rp 10 juta,” ungkapnya.
Berbeda dengan bisnis sebelumnya yang dipromosikan melalui marketplace, Galih dan Fajar memilih mempromosikan Reven dan Alona dengan menggunakan Facebook Ads.
“Waktu itu ada teman yang bilang, pakai ini (Facebook Ads) powerful, lho. Akhirnya saya ikut seminar dan workshop tentang Facebook Ads,” ucap pria lulusan Ilmu Olahraga Universitas Negeri Malang ini.
Berkat iklan di media sosial tersebut, 60 tas yang mereka produksi langsung ludes dalam kurun waktu dua hari. Baru setelah itu mereka cukup percaya diri untuk membuka toko online di marketplace.
Reven dan Alona saat baru berdiri hanya memiliki lima orang pegawai. Perkembangannya yang pesat membuat bisnis ini memiliki sekitar 30 orang pegawai di Bulan Januari 2020 atau delapan bulan setelah berdiri.
Pada Maret 2020, hampir setahun setelah Reven berdiri, pandemi COVID-19 datang dan menumbangkan industri-industri baik yang raksasa maupun yang kecil dan menengah. Namun Galih mengaku bisnisnya tidak terkena imbas dari pandemi tersebut.
“Dari omzet dan profit kami tidak ada terdampak sama sekali. Hanya saja kami sering menerima komplain karena pengiriman terhambat lockdown dan penyekatan,” ujar Galih.
Justru saat itu penjualan meningkat pesat karena berdekatan dengan Hari Raya Idul Fitri. “Mungkin karena orang nggak berani keluar, jadi mereka belanja online,” kata Galih.
Mendekati Idul Fitri di tahun 2020, Galih mengaku dalam sehari bisa mengirimkan 600 paket. “Saya sampai minta tolong para tetangga buat bantu packing,” ujarnya.
Masuk Pasar Internasional
Untuk pasar Internasional, Galih mengatakan tokonya mengikuti program ekspor di salah satu marketplace. Ia berharap ke depannya bisa memiliki agen sendiri di negara lain agar penjualan bisa semakin meningkat.
“Pesanan biasanya dari Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Hampir setiap hari ada pesanan ekspor,” tuturnya.
Berbicara tentang omzet, Galih mengungkapkan bahwa saat ini pendapatan Reven berada di angka sekitar Rp 400 juta per bulan.
“Tiap bulan naik turun, tapi tidak terlalu signifikan perbedaannya. Masih stabil lah. Minimal Rp 300-400 juta sebulan,” ungkapnya.
Meskipun bisnisnya telah berkembang pesat, Galih tak mau berhenti berpromosi. Selain Facebook Ads, ia juga mengoptimalkan iklan di platform Tiktok dan Instagram.
Saat ini ia juga memperkuat tim kreatif untuk mendukung digital marketing. “Sekarang kami memperkuat tim konten atau tim kreatif, seperti videografer dan fotografer,” ujar Galih.
Ia menjelaskan bahwa promosi besar-besaran jika tidak diiringi dengan konten media sosial yang apik tidak akan bisa menarik perhatian konsumen.
Reven dan Alona menjadi satu contoh bisnis yang mampu berkembang dengan pesat berkat ketekunan dan juga pemanfaatan dunia digital.
Untuk ke depannya, Galih berharap Reven dan Alona bisa menjadi brand terbaik di industri kulit di Indonesia.
“Kami ingin menjadi yang terbaik dari hulu sampai hilir. Mulai dari bahan, produksi, tim, hingga marketing, kami ingin jadi yang terbaik,” tutupnya.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko