Tugumalang.id – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Malang (UM) melakukan penelitian berjudul Prinsip Pembelajaran dan Asesmen Berdiferensiasi sebagai Upaya Peningkatan Karakteristik Pendidikan Kejuruan Abad ke-21. Penelitian ini dilakukan pada pendidikan kejuruan di Indonesia dan Malaysia.
Dalam awal penelitian itu, LPPM UM menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama praktisi pendidikan jenjang SMK di Kota Malang pada Sabtu (2/11/2024). Setidaknya, ada 3 lembaga pendidikan kejuruan yang dilibatkan yakni SMKN 3 Malang, SMKN 12 hingga SMK PGRI 3 Malang.
Baca Juga: Luar Biasa! Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang Tempati Posisi Lima Besar Terbaik di Indonesia Versi EduRank 2024
“Jadi FGD ini sebagai dasar pertimbangan kami untuk melihat kondisi pendidikan di Indonesia dengan sample di Kota Malang terkait pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi dan asesmen berdiferensiasi,” kata Dr Hary Suswanto, Sekretaris LPPM UM.
Menurutnya, pemahaman guru di lembaga pendidikan kejuruan di Indonesia dan Malaysia soal karakteristik pembelajaran abad 21 yang meliputi high of thinking skill, steam, dipek, foursis, blended learning dan lainnya akan digali dan dianalisisa.
Rencananya, LPPM UM juga akan menggali karakteristik pembelajaran abad 21 sebagai dasar pelaksanaan pendidikan diferensiasi dan asesmen diferensiasi yang ada di pendidikan jenjang SMK Sabah Malaysia pada 4 November 2024.
Baca Juga: Luar Biasa! Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang Tempati Posisi Lima Besar Terbaik di Indonesia Versi EduRank 2024
“Kami akan melihat pelaksanaannya di Malaysia. Yang jelas dari sisi karakteristik berbeda. Namun yang kami ukur itu apakah proses pembelajaran diferensiasi itu ada di sana,” tuturnya.
“Kalau diferensiasi pasti di seluruh dunia ada. Cuman bentuknya seperti apa dan sudah dilaksanakan apa belum? Itu yang akan kami teliti,” sambungnya.
Hasil penelitian ini, akan menjadi rekomendasi dari LPPM UM dalam mengoptimalkan proses pembelajaran baik di Indonesia maupun di Malaysia. Di Indonesia, rekomendasi ini akan diberikan ke kementerian atau dinas pendidikan wilayah. Sementara di Malaysia ke kolej vocational.
Sementara itu, dalam FGD yang dilakukan LPPM UM, Muhammad Aziz M.Pd, perwakilan dari SMKN 3 Malang mengatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi telah dilakukan di SMKN 3 Malang. Hanya saja, tak semua guru memahami sepenuhnya soal pembelajaran diferensiasi.
“Kalau asesmen diferensiasi memang belum maksimal. Karena waktu kami untuk mengajar dan memberikan penilaian itu singkat sekali. Jadi asesmen diferensiasi itu belum maksimal,” ujarnya.
Kemudian Wendy Tutu Trilaksono S.Kom yang juga perwakilan SMKN 3 Malang menyampaikan bahwa pembelajaran diferensiasi dan asesmen diferensiasi memang perlu diterapkan.
“Di kami, pembelajaran diferensiasi menang sudah dilakukan. Mungkin untuk yang asesmen itu waktu kami habis disana,” imbuhnya.
Kemudian Harimawan Apriyanto S.Kom, perwakilan SMKN 12 Malang memandang bahwa proses pembelajaran diferensiasi dan asesmen diferensiasi belum berjalan di SMKN 12.
Namun menurutnya, apa yang sudah dilakukan para pengajar sebetulnya sudah sesuai dengan prinsip pembelajaran diferensiasi dan asesmen diferensiasi. Hanya saja, istilah di SMKN 12 Malang berbeda.
“Jadi saya kira sosialisasi dari kementerian yang kurang mengenai pembelajaran diferensiasi dan asesmen itu. Sepertinya masih bingung (paham perbedaan istilah) sehingga belum berjalan,” tuturnya.
Dian Wahyu Astutik S.Kom, perwakilan SMKN 12 Malang berharap pembelajaran diferensiasi dan asesmen diferensiasi tetap dijalankan. Sebab, mengajar siswa satu dengan siswa lain perlu perlakuan yang berbeda karena karakteristik siswa yang beragam.
“Jadi kedepan perlu tetap diterapkan. Jadi guru seperti saya bisa memetakan kondisi siswa di kelas. Supaya pengembangan siswa lebih optimal,” ujarnya.
Mohommad Nurulloh S.T, perwakilan SMK PGRI 3 Malang menyampaikan bahwa pembelajaran diferensiasi dan asesmen diferensiasi telah dilakukan di SMK PGRI 3 Malang.
Dikatakan, proses pembelajaran ini penting dilakukan agar bisa mengoptimalkan pendidikan siswa yang beragam karakteristiknya.
“Jadi misal kami menemukan kesenjangan (pemahaman) siswa, kami bisa menerapkan pembelajaran sharing atau belajar kelompok,” paparnya.
Namun untuk asesmen diferensiasi, pihaknya menyebut juga masih kesulitan. Sebab, metode ini cukup rumit dan memakan waktu yang panjang.
Apriyanto Safari S.Pd, perwakilan SMK PGRI 3 Malang berharap melalui riset yang dilakukan LPPM UM, pihak kementerian bisa menangkap bahwa edukasi dan sosialisasi tentang pembelajaran diferensiasi dan asesmen diferensiasi perlu lebih digencarkan.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A