MALANG, Tugumalang.id – Sebanyak 260 kepala keluarga (KK) di Dusun Kasin Rekesan, Desa Talangagung, Kabupaten Malang telah menikmati gas metana gratis yang disalurkan oleh pengelola Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talangagung. Selama 14 tahun, gas ini mereka manfaatkan untuk memasak sebagai pengganti gas LPG.
Jumlah warga yang memanfaatkan gas metana ini bertambah secara bertahap. Di awal pencanangan program, hanya 25 KK yang mendapatkan gas metana gratis ini. Seiring berjalannya waktu, jumlah warga terus bertambah hingga kini mencapai 260 KK.
“Dulu masih sedikit, ada beberapa warga yang ketakutan, takut gas metana meledak. Tapi setelah tahu tetangganya pakai gas metana dari TPA, mereka akhirnya ikut pakai,” ujar Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, Renung Rubiyataji saat dihubungi Tugu Malang ID melalui sambungan telepon, Jumat (22/9/2023) sore.
Baca Juga: 7 Kabupaten Penghasil Durian Terbanyak di Jawa Timur, Kabupaten Malang Masuk Tiga Besar!
Gas metana ini dihasilkan oleh sampah-sampah yang memiliki unsur organik. Dekomposisi dari sampah organik ini menghasilkan gas metana yang kemudian ditangkap dengan menggunakan pipa dan disalurkan ke warga sekitar.
“Proses pembentukan gas metana ini terjadi secara alami, kami hanya menangkap gas tersebut,” kata Renung.
Agar gas bisa sampai ke rumah warga yang berjarak hingga satu kilometer, TPA Talangagung menggunakan blower untuk mendorong gas tersebut. Laju gas metana yang disalurkan berkisar antara 8-10 meter kubik per jam.
Baca Juga: Regenerasi Relawan Pos Gizi DASHAT Menjadi Perhatian DPPKB Kabupaten Malang
Saat ditanya berapa potensi gas metana yang bisa dihasilkan sampah di TPA Talangagung, Renung mengatakan pihaknya belum mengetahui hal tersebut. “Harus dilakukan penelitian dulu oleh perguruan tinggi,” kata Renung.
Ketua RT 2/RW 1 Dusun Kasin Rekesan, Dian Mustofa mengatakan bahwa gas metana dari TPA Talangagung sangat membantu warga, terutama dalam menghemat dana untuk membeli gas LPG. Bahkan, saat ada warga yang memiliki hajatan, mereka akan mendapat pinjaman hingga empat kompor yang dialiri gas metana, sehingga mereka bisa memasak dengan nyaman.
Namun, meski telah menggunakan gas metana, Dian mengatakan warga biasanya masih membeli gas LPG. Ini disebabkan setiap hari Minggu aliran gas metana melemah karena petugas TPA Talangagung libur.
“Gas metana sangat membantu. Biasanya beli gas LPG dua minggu sekali, sekarang bisa dua bulan sekali,” kata Dian saat ditemui di rumahnya.
Saat terjadi kelangkaan tabung LPG, Dian mengaku warganya tidak ada yang panik. Mereka tidak terlalu terpengaruh dengan stok dan harga LPG.
“Nggak (terpengaruh), santai saja. Nggak ribut cari ke sana kemari,” ujarnya.
Gas metana dari TPA Talangagung dialirkan melalui pipa yang biasanya digunakan untuk mengalirkan air. Sebagian pipa tersebut tertanam di tanah, namun ada juga pipa yang terlihat berada di atas tanah.
Menurut Dian, dulu sempat ada keluhan aliran gas metana kurang kuat. Namun, setelah TPA Talangagung menggunakan blower, aliran semakin stabil dan kuat sehingga kompor warga bisa menyala dengan api besar.
“Kalau hari-hari seperti ini nyalanya besar. Kalau hari Minggu nyalanya nggak besar, tapi tetap nyala. Makanya banyak yang masih pakai LPG,” jelas Dian.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A