Tugumalang.id — menjadi salah satu wilayah penyebaran virus Covid-19 cukup tinggi sehingga diterapkannya PPKM Darurat sejak 3 Juli 2021 dan akan berakhir 20 Juli 2021 nanti. Entah diperpanjang atau tidak, semua orang masih berharap cemas.
Pun dengan kondisi Kabupaten Tuban yang masuk wilayah Jatim sebelah barat pantura itu dalam kategori zona merah. Terlepas dari kondisi pelik semua itu, ada satu kisah menarik yang saya dapatkan dari Imam Sarozi (26) wartawan salah satu media online lokal di Tuban.
Selain aktivitas super sibuk sebagai buruh kuli tinta, dia juga menjadi kurir barang dadakan para pasien covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri di rumah maupun di rumah sakit.
Hari ini saya berjumpa dengannya di salah satu Apotik di jalan Lukman Hakim ketika membeli obat. Karena lama mengantri, kami yang duduk bersebelahan berjarak 1 meteran terlibat obrolan, hingga saya tahu jika ia tengah merawat orang isolasi.
Pria yang memiliki tubuh tak terlalu tinggi itu, setiap harinya harus mengantarkan segala kebutuhan yang dipesan para pasien isolasi. Baik makanan, cemilan, obat-obatan, belanja kebutuhan dapur, hingga membayarkan tagihan-tagihan.
“Ada senangnya ada susahnya mas,” tuturnya singkat.
Saya tertarik dan mencoba menanyakan lebih dalam perihal alasannya mau menjadi grab dadakan yang bisa dibilang beresiko itu.
Menurutnya, menjadi kurir yang memenuhi kebutuhan orang isolasi itu dilema. Senang karena mendapatkan kepercayaan, pun diberikan kesehatan untuk bermanfaat untuk orang lain. Di sisi lain, ia merasakan was-was nantinya tertular meskipun ia menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Selain itu juga, Ia merasa seakan-akan iku merasakan apa yang dialami para pasien yang isolasi. Sehingga merasakan betapa mahalnya sehat.
“Banyak belajar mas dari merawat orang-orang itu. Semakin intropeksi diri dan bersyukur dengan kehidupan ini,” ucapnya.
Dalam kesehariannya, Imam merawat kurang lebih 7 orang dan 1 sudah selesai masa isolasi dan sembuh. ia membagi waktunya dari pagi sampai malam agar tidak bentrok dengan pekerjaannya yang lama. Jadi ia mengatur rotasi pengiriman kebutuhan orang-orang isolasi.
“Harus stand by mas jika dibutuhkan sewaktu-waktu jadi hp harus selalu on,” ungkapnya.
Sudah lebih dari dua bulan ia menjalani profesi barunya itu, ia tak mematok tarif sebab ia melakukannya suka rela walaupun tak jarang banyak dari mereka yang memberikan ganti uang bensinnya.
Ia hanya berharap kondisi pandemi seperti ini cepat menemukan solusi yang bisa membuat orang lega. Sebab ia merasakan sendiri, melihat kondisi para orang yang isolasi merasakan begitu besar dampak dari Covid-19 ini.
“Semoga ini lekas membaik keadaannya,”kataku sambil menepuk punggungnya.
Obrolan kami berakhir berbarengan dengan pesanan obat kami sama-sama datang.
Dari cerita ini, kita mampu memetik pelajaran berharga sangat banyak. Saling tolong menolong atas nama kemanusiaan meskipun dalam kondisi mencekam, lebih sadar jika kesehatan itu mahal, dan semakin merawat tubuh untuk tidak sakit.
Semoga bermanfaat.