Tugumalang.id – Di tengah gegap gempita dan keindahan pariwisata, di Kota Batu, Jawa Timur, ternyata ada warganya yang hidup memprihatinkan. Dia adalah Musmulidi atau akrab disapa Rudik oleh para tetangga dan warga sekitarnya. Dia menjadi pria sebatang kara di Kota Batu yang hidup dengan ternaknya.
Pria berusia 42 tahun itu diketahui hidup di rumah yang sebenarnya tidak layak dihuni selama 7 tahun terakhir. Sebenarnya, rumah yang ia huni lebih serupa gubuk yang dibangun dari triplek dan tiang dari bambu dan papan triplek.
Baca Juga: Cerita Eko Cahyono, 25 Tahun Membuka Perpustakaan Gratis di Pelosok Desa Sukopuro Malang
Sehari-hari, Rudik tinggal dengan beralaskan tanah dan kompor yang dibuat sendiri dari tanah liat dan kayu bakar. Jika malam hari tiba, Rudik tidur di atas kasur yang sudah usang dan tak layak.

Kadang jika musim hujan, ia bingung mau tidur di mana karena ruang kasur yang ia tempati bocor dan basah semua.
Mirisnya, rumahnya juga terpaksa dimanfaatkan untuk kandang hewan ternak milik orang lain yang ia rawat. Meski bukan miliknya, sapi-sapi inilah yang bisa ia andalkan untuk kebutuhan darurat.
Hidup berdampingan satu rumah dengan hewan ternak membuat bau dan kotoran sapi menjadi udara yang ia hirup sehari-hari.
Tak Ingin Menyusahkan Orang Tua
Ditemui tugumalang.id, Rudik terpaksa hidup ala kadarnya sejak bercerai dengan istri pada 7 tahun yang lalu. Ia terpaksa kembali ke tempat asalnya di desa. Namun, ia tak ingin merepotkan orang tua dan memutuskan hidup ala kadarnya seperti sekarang.

Baca Juga: Cerita Sumiasih di Balik Penyerahan Paten Batik Garudeya
”Sebenarnya, dari 7 anak dari orang tua saya, saya adalah anak pertama, tapi seolah-olah tidak pernah dianggap sama bapak saya sendiri. Tapi saya gak masalah, saya juga gak ingin repot-repot dan ya mau gimana lagi, hidup seadanya saja di sini,” ujarnya.
Rudik tercatat sebagai warga asli RT 78 RW 12 di Dusun Sumbersari, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Tanah di bawah gubuk yang ia tinggali merupakan peninggalan dari neneknya.
Pekerjaannya sebagai buruh tani lepas tak cukup untuk menghidupinya secara layak. Rudik mengaku penghasilannya tak menentu karena dia baru bekerja jika ada yang membutuhkan. Paling banter, dalam seminggu ia bisa bekerja sebanyak 3 kali dengan penghasilan Rp 60 ribu sehari.

”Itu pun dibayarnya gak langsung, harus nunggu 1-2 minggu,” kata dia.
Alhasil, hari-harinya selama 7 tahun kerap diwarnai dengan tidak punya uang sepeserpun. Kerap kali ia tidur tanpa penerangan karena tidak punya uang untuk beli listrik.
Pernah Puasa hingga 4 Bulan
Jika tidak punya uang, ia juga rela untuk puasa makan atau terpaksa minta singkong untuk dimasak dan dimakan.
Namun, Rudik adalah pria yang kelewat mandiri. Ia lebih memilih menanggung beban hidupnya sendiri karena tidak ingin merepotkan. Pernah ia berpuasa selama 4 bulan dan hanya bisa lemas tertidur di kasur usangnya.
”Itu rasanya sudah gelap sekali mata saya. Saya sudah lemes, mau ke kamar mandi saja itu saya harus ngesot. Saya bertahan hanya dengan air putih saja. Waktu itu akhirnya ada ponakan-ponakan dan tetangga yang gedor pintu rumah saya,” kisahnya.
Rudik sendiri sebenarnya juga memiliki 3 orang anak yang ikut dengan istrinya. Terkadang, mereka hanya bisa menjenguk ayahnya beberapa kali. Rudik bilang jika sudah 4 bulan ini, anaknya belum ada yang menengok.
”Ya tapi itu bukan salah anak saya. Ini murni karena saya sendiri yang tidak ingin merepotkan siapa-siapa,” ungkapnya.
Tak Terdeteksi Pemerintah
Sebab itulah mungkin Rudik tidak terdeteksi oleh pemerintah. Sejauh ini, ia mengaku juga tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. ”Misal kalau dapat ya mau saja. Tapi kalau dari orang lain saya pikir-pikir karena tidak ingin merepotkan orang lain,” ujarnya.
Rudik menambahkan jika baru-baru ini dari Pemdes Bumiaji sudah berkunjung ke rumah menengok dirinya. Mereka berjanji akan membangun rumah yang layak bagi dirinya. ”Tapi katanya gak bisa cepat, mungkin nunggu setahun lagi,” ujarnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A