Tugumalang.id – Pernahkah anda membayangkan rasanya hidup hingga 120 tahun lebih? Adalah Waniti, seorang nenek yang tinggal di Kota Batu, Jawa Timur, telah mengalaminya. Diyakini, Waniti kini telah menginjak usia di atas 120 tahun dan masih tergolong sehat.
Reporter Tugumalang.id berkunjung ke kediamannya pada Selasa (7/3/2023). Saat itu, dia hanya bisa tergolek di kursi sofa ruang tamu. Matanya hanya bisa menerawang. Sesekali, dia akan berbicara saat tahu ada orang di sekitarnya.
Sehari-hari, Waniti tinggal bersama anaknya yang juga sudah berusia lanjut, Ngatminah (83). Ngatminah adalah satu-satunya anak Waniti dari 12 bersaudara yang masih hidup. Ngatminah sendiri sekarang juga mengalami penurunan indra pendengar seperti ibunya.
Meski indra penglihatan dan pendengarannya sudah melemah, namun daya ingat Waniti masih tajam. Dia bisa saja mengenali siapa yang datang ke rumahnya tanpa melihat. Saat itu, reporter datang bersama cucunya, Anggi Dwi Supramana (35).
“Ow, Anggi. Sama anakmu ta?,” ujar Waniti yang disapa Mbah Buyut itu.
Anggi menuturkan, daya ingat neneknya itu memang masih kuat. Bahkan, Waniti tahu jika sebentar lagi bulan Ramadan akan tiba. Meski tak bisa melihat dan mendengar, neneknya bisa saja hapal satu per satu cucunya yang datang.
Bahkan, sampai hari ini, neneknya selalu marah dan menolak ketika dibantu berjalan. Kondisi itu saja baru dialaminya sekitar 6 bulan lalu pasca terjatuh di kamar mandi. Sebelum ini, dia masih bisa berjalan dan beraktivitas normal.
Saat ini, Waniti hanya bisa menghabiskan waktunya sehari-hari dengan berjemur di pagi hari, duduk di sofa dan ke kamar mandi. Semua dilakukannya sendiri, meski dengan berjalan merangkak sekali pun. Ketika dibantu, Waniti justru marah-marah, “Aku iki lo sik sehat,” tutur Anggi menirukan neneknya.
Kepastian Usia Waniti
Saat ini, dia tercatat sebagai warga Dusun Junwatu, Desa Junrejo. Dia tinggal di Jalan Diponegoro Gang VA 1. Jika merunut data pada KTP, Waniti lahir pada 2 April 1919. Artinya, usianya genap 104 tahun. Namun, keluarga besar meyakini Waniti berusia 120-130 tahun.
Ini mengingat teman-teman sesepuh yang lain juga meninggal di usia 100 tahun beberapa puluh tahun lalu. Waniti dilahirkan dari pasangan Mbah Kasbi dan Mbah Arki. Dia adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara dan satu-satunya yang masih hidup. Adiknya yang terakhir saja, sudah meninggal di atas usia 100 tahun.
“Soal valid tidaknya saya tidak tahu karena rata-rata sesepuh kan tidak ingat kelahirannya. Dulu, Mbah Yut ini termasuk tokoh yang babat alas di Dusun Keliran di Dusun Bulukerto,” jelas Anggi.
Jika begitu, maka Waniti bisa saja tercatat sebagai manusia yang lolos pagebluk (pandemi) sebanyak 2 kali. Pertama, ketika wabah pes menyerang di era 1919-1939 lalu terbaru adalah pandemi COVID-19. Bahkan, dia sudah menerima vaksin 2 kali.
Dulu, saat Waniti masih sehat, kisah Anggi, sering berbagi cerita saat zaman-zaman penjajahan. Saat itu, yang diingat hanya momen pelariannya bersembunyi dari kejaran tentara Belanda. Bahkan saat itu dia juga pernah melihat kantor Belanda di Junrejo dibakar penduduk.
Suaminya juga dimungkinkan ialah veteran pejuang. Namun sudah meninggal jauh lebih dulu dibanding Waniti. Anggi tidak begitu ingat kapan karena dirinya masih bayi waktu itu. “Sekarang kalau bicara ya seputar masa lalunya waktu panen apel, pernah dilangkahi macan dan suaminya yang meninggal duluan,” ujarnya.
Terlepas dari itu, banyak cucu mereka masih tinggal di sekitar sana sehingga mudah untuk mengawasi neneknya. Namun sejauh ini, berdasarkan hasil medical check-up pada sekitar 2 bulan lalu, tidak ditemukan riwayat penyakit satu pun.
“Hanya satu saja, asam lambung karena memang pola makannya sudah tidak teratur. Terakhir, dari puskesmas juga sering ke sini,” kata Anggi.
Soal rahasia umur panjang Waniti sendiri juga tidak begitu diketahui pihak keluarga, Yang jelas, pola makan neneknya memang teratur dan tidak aneh-aneh. “Jarang makan daging, lebih banyak makan sayur mayur dan tahu tempe,” ungkapnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A