MALANG, Tugumalang.id – Relief Candi Jago yang berada di posisi paling bawah bercerita tentang aneka fabel atau Tantri Kamandaka. Salah satu cerita yang menarik adalah tentang seekor bangau yang memakai sorban di kepalanya. Cerita tentang bangau bersorban ini terpahat di bagian depan Candi Jago menghadap ke arah barat.
Dikuti dari situs kemedikbud.go.id, dalam relief tersebut dikisahkan tentang seekor bangau yang memakai sorban di Telaga Malini. Ia hidup bersama dengan burung-burung lainnya. Di telaga itu sendiri terdapat ikan-ikan yang hidup secara damai.
Si Bangau rupanya memiliki pemikiran yang serakah. Alih-alih memakan ikan secukupnya, ia ingin menghabiskan semua ikan di Telaga Malini. Ia pun memikirkan cara agar ia bisa mendapatkan apa yang ia mau.
Suatu hari, ia berdiri di telaga dan berakting seolah-olah ia tidak ingin menyakiti atau membunuh makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Padahal, biasanya ia makan ikan seperti burung lainnya. Ikan-ikan pun heran melihatnya. Mereka akhirnya bertanya apa yang menyebabkan tingkahnya berubah seperti itu.
Kepada para ikan, Bangau bercerita bahwa ia telah mendapat nasihat dari seorang pendeta agar menjauhi perbuatan dosa dan tidak membunuh makhluk hidup. Ia pun ingin pergi bertapa ke tempat yang sunyi dan berbuat baik kepada sesama. Para ikan tersentuh mendengar perkataan Bangau tersebut dan ingin berteman dengannya.
Keesokan harinya, Bangau menangis sesenggukan dan memberi kabar pada para ikan bahwa ia mendengar nelayan-nelayan akan menangkap semua ikan yang ada di telaga Malini. Ia menangis karena merasa tak berdaya dan tak bisa menyelamatkan sahabat-sahabatnya.
Para ikan pun putus asa. Mereka tak tahu harus melakukan apa untuk menyelamatkan diri. Bangau akhirnya menyampaikan bahwa ia memiliki sebuah ide brilian. Ia mengatakan ada sebuah telaga bernama Andawahana milik Batara Rudra yang tak bisa didatangi manusia. Ia pun menyarankan para ikan agar pindah ke sana sehingga tak bisa ditangkap oleh nelayan.
Untuk memindahkan para ikan, Si Bangau menawarkan dirinya untuk menerbangkan mereka ke telaga itu. Mendengar itu, ikan-ikan pun setuju. Si Bangau menerbangkan mereka dengan cara mencengkeram dengan menggunakan cakarnya dan digigit menggunakan paruhnya.
Bukannya membawa ikan-ikan itu ke telaga seperti yang telah dijanjikan, Si Bangau malah membawa mereka ke puncak gunung. Di sana, ia memakan habis semua ikan-ikan yang ia bawa. Akibat perbuatannya, habislah semua ikan di Telaga Malini.
Seekor ketam yang hidup di Telaga Malini menghadap kepada Bangau dan meminta untuk dipindahkan ke telaga Andawahana agar ia bisa tetap bersama dengan teman-temannya. Bangau pun setuju dan menerbangkannya ke puncak gunung.
Sesampainya di sana, ketam melihat ada banyak tulang ikan. Ia pun mengetahui apa yang terjadi dan meminta kembali ke Telaga Malini. Ia mengancam akan membunuh Bangau apabila ia tidak mau membawanya kembali. Bangau pun setuju untuk mengembalikan si ketam ke Telaga Malini. Setelah Bangau membawanya kembali ke telaga, ketam yang geram atas perbuatan Bangau itu kemudian mencapit lehernya hingga mati.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko