Tugumalang.id – Pegiat sastra di Kota Malang, Jawa Timur, merayakan hari besarnya, Hari Puisi Indonesia (HPI) pada Rabu, 26 Juli 2023 di Monumen Chairil Anwar di kawasan Kayutangan, Kota Malang. HPI sendiri ditetapkan mengacu dari hari lahir sastrawan ikonik Indonesia, Chairil Anwar pada 26 Juli 1922.
Perayaan HPI yang bertajuk ‘Nyala Api Sang Bohemian: Dedikasi Liar untuk Chairil Anwar’ itu diisi dengan berbagai pertunjukan jalanan oleh pegiat sastra lintas kalangan di Malang. Mulai membaca puisi, musikalisasi puisi, perform art hingga lapak baca gratis.
Sore itu, ada sekitar 25 penyair unjuk gigi membaca puisi, musikalisasi puisi bersama Aji Prasetyo, Petika Romantik dan James Bon hingga Perform Art oleh Max x Jujut. Kegiatan juga mengundang sejarawan Sisco atau FX Domino BB untuk memberi paparan sejarah singkat tentang Chairil Anwar.
Baca Juga: Mengapa Patung Chairil Anwar Ada di Kayutangan Heritage Kota Malang?
Dari kegiatan itu diharapkan dapat mengenalkan kembali spirit dari sosok Chairil Anwar yang dikenal sebagai penyair patriotik, yang ikut serta dalam barisan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lewat syair-syairnya.
“Spirit Sang Bohemian itulah yang kami harapkan bisa menyala lagi. Apalagi, sekarang ini tahu sendiri Malang sedang tidak baik-baik saja. Ada Tragedi Kanjuruhan dan masih banyak lagi,” ungkap Hari Pendek, salah satu penggagas dari Komunitas Sabtu Membaca pada tugumalang.id
Menurut Hari Pendek, keberadaan patung sastrawan pelopor angkatan 45 itu di destinasi wisata baru ini kian terlupakan. Banyak pengunjung atau bahkan masyarakat sekitar tidak tahu siapa sosok di balik patung tersebut.
“Ya, jadi tugas kami untuk mengenalkan siapa sosok Chairil Anwar ke publik. Tapi cukup disayangkan, sejak dibangun Kayutangan Heritage, patung ikonik ini justru tenggelam, tertutup tembok-tembok yang baru dibangun. Padahal, sebaiknya kan dibuat terbuka saja,” ujarnya.
Baca Juga: Batu Andesit di Monumen Chairil Anwar Bakal Dibongkar Lagi
Sementara itu, peneliti dan sejarawan FX Domini B.B Hera atau Sisco menambahkan bahwa memang upaya pengenalan sosok ‘Sang Binatang Jalang’ ini perlu dipopulerkan terus-menerus. Pasalnya, keberadaan patung itu semakin memperkuat nilai historis Kota Malang, terutama dengan sosok Chairil Anwar,
“Patung Chairil Anwar di Indonesia ini hanya ada dua, di Jakarta sama Malang. Jadi, sebaiknya aset sejarah ini sebaiknya dimaksimalkan. Apalagi, sosok Chairil Anwar ini kan juga penting untuk pendidikan,” kata Sisco.
Lalu, kenapa sosoknya dinilai penting? Chairil Anwar memang populer dikenal dengan puisinya berjudul ‘Aku’ yang memang punya daya magis luar biasa dalam membakar semangat pemberontakan pejuang saat dijajah Belanda saat itu.
Sebab itu pula, dalam monumen yang dibangun di Kayutangan ini disematkan sajak ‘Aku’ dibanding 2 sajak lain yang dibuat Chairil Anwar di Malang. Yakni Sorga (1947) dan Sajak untuk Basuki Resobowo (1947).
Menurut Sisco, penggagas patung, Achmad Hudan Dardiri, mantan perwira intel pejuang tersebut lebih memilih sajak ‘Aku’ karena ingin memunculkan semangat patriotik.
Meski dikenal dengan gaya hidup bohemian, Chairil Anwar ternyata disinyalir juga berkontribusi banyak dalam perjuangan kemerdekaan. Seperti salah satunya lewat kata-kata propaganda ‘Bung Ayo Bung’ yang banyak ditemukan di tembok-tembok Kota Malang waktu itu.
Seperti ditemukan di tembok Bank Mandiri (dekat Alun-Alun Kota Malang) sekarang. Lalu, di tembok Balai Kota Malang saat dibumihanguskan. :Tapi memang soal keterkaitan seniman Malang, Chairil Anwar dan intelejen Republik di agenda propaganda ini perlu penelitian lebih lanjut,” timpalnya.
Kendati demikian, kiprah sastrawan yang dijuluki ‘Si Binatang Jalang’ ini semakin terpinggirkan. “Saya kira, hingga saat ini, sosoknya di Malang masih belum jadi ingatan publik. Padahal, patungnya sudah ada,” imbuhnya.
Untuk memaksimalkan monumen itu, juga selaras dengan pengembangan Kayutangan Heritage, Sisco menyarankan agar monumen itu dihadirkan wahana suara (soundscape). Seperti puisi Rimbaud yang dibentangkan di tembok besar di Prancis.
“Suaranya ya pembacaan puisi Chairil Anwar. Suara yang baca bisa ganti-ganti setiap minggunya. Bisa juga kan suara Wali Kota baca puisi ‘Aku’ misalnya. Kan keren. Saya kira itu sangat menarik dihadirkan di sini,” timpalnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A