Anda mungkin tau siapa Chairil Anwar. ya, si binatang jalang. mungkin metafor ini jamak dibincangkan. ingar bingar. berkawan banyak orang. mulai pemimpin, proletar hingga kolong melarat.
Tapi dia tak selalu begitu. seorang penyair seperti dia, sering dilanda sepi. seperti lirik lagu kosong Dewa 19. di keramaian, tetap merasa sepi. ada gejolak yang selalu mengganggunya. gejolak itulah yang menurut saya, bikin dia tak tenang. lalu mencipta karya-karya fenomenal.
Cinta, kehidupan, kemelaratan, kekasih. topik-topik itu banyak diangkatnya. ke dalam puisi. berupa catatan di kertas, dan yang tayang di koran. tahun 90an, saya ingat. lomba baca puisi, wajib pakai Aku. yang monumental itu.
Balik lagi ke sepinya Chairil. yang kaya pengetahuan. kaya pengalaman. Sajak-sajaknya, atau puisi-puisinya. banyak ditemukan kata sepi. di puisinya yang berjudul Hampa. ada 4 kata sepi di 1 bait saja. sepi sebagai rentetan peristiwa. repetisi. tekanan dalam situasi.
“Mampus kau dikoyak-koyak sepi.” di puisinya yang berjudul Sia-Sia.
Bukan maksudku mau berbagi nasib.
Nasib adalah kesunyian masing-masing.
Kupilih kau dari yang banyak. Tapi
Sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring.
Puisi ini juga dahsyat. judulnya Pemberian Tahu.
Kesepian Chairil bagi saya adalah nasib. nasib seorang penyair. berbeda dengan sepinya orang kaya. kata Prof Rhenald Kasali, orang kaya hanya bisik-bisik. tidaklah kaya kalau pamer-pamer. kekayaan itu privasi. orang kaya memilih sepi. sepi yang damai. berbagi tanpa perlu diketahui.
Nah, si Chairil ini ada hubungannya dengan Malang. dibuktikan dengan patungnya di Kayutangan. yang sekarang viral. kayutangan heritage. dekat gedung Dewan Kesenian Malang (DKM).
Saya tidak bahas sejarahnya. yang dibangun satu dekade pasca kemerdekaan RI. tapi mari kita lihat nasibnya sekarang. Di terakota.id, Guru Besar Bahasa Indonesia UM Prof Djoko Saryono bilang; patung Chairil Anwar seperti terasing, sendiri, tak dikenali lagi.
Wah padahal. patung Chairil cuma ada di Malang. selain di Monas. penyair Malang patut bangga. pelopor angkatan 45 itu pernah ke Malang. memberi arti. perjuangan anak muda. teman saya Musawir, pernah cerita. sering kontemplasi di patung itu. sama kawan-kawannya. yang punya karya hebat. belajar pada yang sepi.
Sekarang kita lihat, kayutangan dibuat pusat perhatian. kawasan wisata. yang luput sepertinya cuma Chairil. yang tetap sepi. lambang kesunyian. ya biarkan saja, biar mampus.
Nasib memang nasib. apalagi nasib Chairil. kata Sapardi Djoko Damono, nasib si binatang jalang dulu, berada di tangan orang-orang politik. jadi bahan taruhan. sebab punya peran penting nasional. termasuk dalam perkembangan sastra kita.
Barang kali sama dengan DKM sekarang. sebagai organisasi. lembaga. juga kesepian. pelintir saja jadi Dewan Kesepian Malang. yang terombang-ambing. katanya sepi perhatian pemerintah.
Tapi saya punya usul. DKM yang hidupkan patung itu. kan sama-sama kesepian. bikin pertunjukan seni. ajak para seniman kita. sastrawan kita. dan DKM jadi TIM nya Malang. ya kalau tidak digusur itu gedung.
“Waduh kita tidak punya SK,” kata Mas Bobby. Ketua DKM.
Hazim Amir pernah bersurat ke wali kota. Tom Uripan. bahwa DKM milik bersama. pemerintah dan seniman. jadi jangan alergi. karena Tom juga tak bisa menang. main gaple lawan seniman. (*)
Fajrus Sidiq
GM Tugumalang.id