Oleh: Trilis Agung Rudy Hermawan*
Tugumalang.id – Pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan hidup Dr Aqua Dwipayana adalah tidak ada sebuah kenikmatan yang datang secara kebetulan. Tidak mungkin sebuah kesuksesan hadir tanpa sebuah perjuangan.
Hal inilah yang sudah dijalani dan dibuktikan oleh seorang Dr Aqua Dwipayana, yang sekarang jadi aset nasional. Motivator handal yang telah mencurahkan sebagian besar waktu, tenaga, pikiran, dan materinya untuk kemajuan umat.
Pertemuan kami pertama kali belasan tahun lalu saat sama-sama bekerja di sebuah perusahan semen multi nasional, yang berkantor pusat di Jakarta, menyisakan kesan dan kenangan yang sangat mendalam. Meski kami tidak pernah kumpul dalam satu departemen, tetapi beberapa kali terlibat pada sebuah pekerjaan yang harus ada kolaborasi antara kantor pusat dan daerah.
Dulu nama perusahaan tempat kami bekerja adalah Semen Cibinong yang memproduksi Semen Kujang dan Semen Nusantara. Kemudian berganti nama jadi Holcim Indonesia, seiring dengan beralihnya kepemilikan sebagian besar sahamnya ke korporasi yang kantor pusatnya di Swiss. Setelah itu namanya berubah lagi jadi Solusi Bangun Indonesia sesudah saham mayoritasnya dibeli Semen Indonesia, holding Semen milik pemerintah.
Sejak awal ketemu dengan Pak Aqua, rasanya langsung “click”. Ngobrolnya terasa nyaman dan beliau sangat peduli di setiap interaksi dan komunikasi dengan semua orang. Tidak ada kesan angkuh dan sombong sedikitpun, meski lebih senior dan bahkan sudah pernah menjadi wartawan di beberapa media nasional.
Setiap kami ketemu, selalu terjadi obrolan ringan tapi penuh makna. Diiringi dengan canda dan terkadang Pak Aqua melontarkan “nada sindiran” agar saya berusaha secara mandiri, segera lepas dari atribut dan status sebagai karyawan.

Bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana itu selalu tampak tenang dan tidak pernah emosi, dengan senyum khasnya. Meski saya yakin banyak hal besar dan strategis yang terus dipikirkannya baik dalam hal pekerjaan maupun urusan lainnya.
Tetap Hangat dan Tenang
Kami sempat berpisah dan putus kontak selama beberapa tahun, sejak Pak Aqua 30 September 2005 meninggalkan hiruk pikuk industri semen sebagai karyawan, hingga akhirnya Allah SWT mempertemukan kami kembali. Kondisinya sudah berbeda.
Staf Ahli Ketua Umum KONI Pusat Bidang Komunikasi Bidang Komunikasi Publik itu sudah jadi orang bebas merdeka dengan atasan satu-satunya hanya Allah SWT. Juga jam terbangnya telah tinggi sekali, selama belasan tahun hampir setiap hari kemana-mana termasuk ke mancanegara. Sedangkan saya masih bertahan jadi pegawai di Solusi Bangun Indonesia di Cilacap, Jawa Tengah.
Meski hidupnya sudah sukses, sikap Pak Aqua tidak berubah kepada siapapun termasuk ke saya. Tetap hangat dengan senyum khasnya, selalu tenang, tidak pernah emosi, dan selalu menghargai orang yang bicara dengannya. Bahkan hal yang menonjol dari dirinya adalah makin rendah hati.
Saya amati, tanpa memandang perbedaan kasta, suku, agama, ras, antargolongan, jabatan, pangkat, pendidikan, dan status sosial lainnya, Pak Aqua dapat “masuk lebih dalam” ke tengah-tengah berbagai komunitas dengan mudahnya. Itu bisa terjadi karena dia menguasai Ilmu Komunikasi secara lengkap, baik formal hingga pendidikan doktor Komunikasi maupun informal selama puluhan tahun bekerja di sektor ini.
Saat ketemu dengan komunitas dan sekelompok orang, Pak Aqua langsung menjiwai bahkan bisa merasakan yang ada dalam pikiran mereka. Sehingga tidak jarang “membius” mereka, meski banyak yang usianya lebih tua dari pria kelahiran Pematang Siantar, 23 Januari 1970 itu.
Kalimat-kalimat yang dilontarkan saat “manggung”, seolah mengalir dengan ringan, mudah dicerna, gampang diterima, tapi penuh bobot dan makna serta puncaknya sering “menusuk” dengan sindiran mautnya. Ketika membahas salah seorang peserta yang mudah melanggar sebuah peraturan institusi dan norma agama.

Presentasi yang disampaikannya banyak menyitir dan menukil Alquran yang merupakan kalam Ilahi, tetapi bisa diterima semua peserta meski sebagian ada yang beragama non muslim. Tanpa ada yang merasa digurui. Itu terjadi karena selama ini Pak Aqua melihat manusia secara universal.
Doktor Komunikasi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini seperti seorang dai yang tidak memakai peci, meski jamaahnya dari berbagai agama yang berbeda. Semuanya menyimak yang disampaikannya. Setelah itu melaksanakan pesan-pesannya.
Terus Berbagi
Saya tidak menyangka Pak Aqua berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Dengan cucuran keringat dan air mata, pria yang gigih dan ulet ini bisa menyelesaikan kuliah S1 di Universitas Muhammadiyah Malang. Kuliah sambil bekerja sebagai wartawan di berbagai media.
Keprihatinan, kegigihan, dan tempaan kerasnya kehidupan masa lalu membuat Pak Aqua menjadi manusia yang berbeda dari kebanyakan orang sukses lainnya. Tetap selalu mengingat masa lalunya yang susah dan harus berjuang keras untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Kesuksesan tidak membuatnya takabur, sombong, dan merendahkan orang lain. Bahkan begitu mudah membantu sesama dengan caranya yang khas. Bukan hanya lembaran rupiah secara kontan, tetapi sering memberikan berbagai fasilitas akomodasi dan bantuan lainnya kepada banyak orang.
Selain jalan-jalan ke berbagai objek wisata, juga sering memberikan hadiah berupa ibadah yang merupakan impian semua umat muslim, yaitu umroh. Telah dibagikan ke ratusan orang baik di dalam negeri maupun manca negara.
Insya Allah jika pandemi Covid-19 berakhir, akan banyak lagi jamaah yang berangkat umroh berkat ridho Allah swt atas wasilah “tangan dingin” Pak Aqua. Saya meyakini hal tersebut.
Semoga selalu sehat Pak Aqua agar bisa terus berbagi untuk umat dan menjadi hamba Allah yang khusu’ dan terpilih bersama orang-orang sholeh di muka bumi ini. Aamiin ya robbal aalamiin…
*Penulis adalah karyawan Solusi Bangun Indonesia yang tinggal di Cilacap, Jawa Tengah.
Editor : Herlianto. A