MALANG, Tugumalang.id – Kolaborasi antara STIE Malangkucecwara (ABM) dengan Kanda University of International Studies Jepang terus berlanjut. Melalui implementasi program Hanabi dan BIPA Khusus, kampus ini kembali kedatangan beberapa mahasiswa Jepang.
Implementasi program itu ditandai dengan ‘Penyambutan dan Pembukaan Program Hanabi dan Program BIPA Khusus 2023’ bertema ‘Pesona Indonesia’, di ruang H STIE Malangkucecwara, Sabtu (5/8/2023).
Ketua STIE Malangkucecwara, Drs Bunyamin MM PhD, beserta jajarannya menyambut hangat kedatangan mahasiswa asing tersebut. Menurutnya, kerja sama ini merupakan wujud nyata hubungan antar dua universitas di beda negara ini terbina dengan sangat baik.
Baca Juga: Implementasi Program iHiLead, STIE Malangkucecwara Gelar Seminar Internasional Bahas Inovasi Bisnis
Tidak hanya pada program pertukaran budaya dan bahasa, namun ada juga student exchange.
“Ini sebuah kebanggaan, mahasiswa Kanda University belajar di kampus kita. Saya ucapkan selamat datang. Hubungan kerja sama kita dengan Kanda University itu sudah sangat lama, sekitar 21 tahun, bahkan sudah berjalan hampir 23 tahun,” kata ketua yang juga akrab disapa Beni itu.
Ia juga turut mengapresiasi mahasiswa Jepang yang sebelumnya telah belajar lebih dulu di STIE Malangkucecwara. “Mahasiswa Kanda, punya semangat dan kemauan yang luar biasa. Hanya dengan satu bulan, mereka bisa menguasai budaya dan ditampilkan secara real baik membatik, pencak silat dan sebagainya,” terangnya.
Baca Juga: STIE Malangkucecwara Bekali Calon Lulusan Melalui Sharing Bersama Alumni
Untuk itu, sebuah keistimewaan bagi perguruan tinggi bisnis ini memiliki program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). “STIE Malangkucecwara merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang tidak punya fakultas ilmu budaya tapi punya program BIPA, ini kepercayaan yang luar biasa,” tukasnya.
Direktur Indonesian Studies Program (ISP) ABM, Suprapti SPd MPd menjelaskan, bahwa program Hanabi sejatinya sudah berjalan sejak tahun 2002 silam setiap bulan Agustus, akan tetapi baru kali ini nama ‘Hanabi’ itu disematkan.
Program ini akan berjalan intensif selama satu bulan. Selain belajar di kelas, mahasiswa Jepang angkatan 23 ini juga akan berbaur langsung dengan masyarakat dan dikenalkan dengan berbagai budaya khususnya yang berada di kawasan Malang Raya.
“Sebenarnya kami sudah lakukan program intensif ini sejak 2002, tapi baru kali ini kami ‘Hanabi’, dulu namanya ‘Matahari’. Hanabi ini kami laksanakan di bulan Agustus, intensif satu bulan, dan akan kami titipkan (tinggal) di keluarga homestay yang sudah kami siapkan di warga sekitar kampus yang tidak bisa berbahasa Jepang,” lanjutnya.
Selain itu, mahasiswa asing ini juga akan didampingi dengan peer tutor yang notabene adalah mahasiswa STIE Malangkucecwara. Dengan begitu, diakhir program, diharapkan mahasiswa Jepang dapat lebih mahir berbahasa Indonesia.
Ditambahkan Suprapti, kali ini ada 9 mahasiswa program Hanabi dan dua mahasiswa BIPA Khusus. Sedangkan tema yang diusung bertajuk ‘Pesona Indonesia’.
“Kami berharap mahasiswa yang datang kesini akan tahu banyak tentang Indonesia dan apa yang menjadi daya tarik sehingga bisa disebarluaskan. Dari situ, kami ingin Indonesia lebih banyak dikenal melalui BIPA, khususnya di Malang,” imbuh Suprapti.
Di sisi lain, Pendamping Program ISP dari Kanda University, Prof Suyoto menambahkan bahwa peserta program Hanabi ini adalah mahasiswa tahun ketiga Studi Bahasa Indonesia dan Budaya Kanda University.
Ke depan, ia juga membuka kesempatan bagi jurusan lainnya yang berminat ikut serta dalam program Hanabi sehingga tidak hanya diikuti oleh satu jurusan saja.
“Sebenarnya di kampus kami (Kanda University), Studi Bahasa Indonesia dan Budaya ini sebagai pilihan kedua, pesertanya dari berbagai jurusan antara 20-30 orang. Sehingga kedepan program Hanabi akan kami bidikkan ke mereka yang sudah mulai punya minat terhadap budaya Indonesia,” ucapnya.
Sementara mahasiswa asal Jepang yang memiliki nama Indonesia Olivia mengaku antusias mengikuti program Hanabi. Menurutnya, meski sudah pernah ke Indonesia, namun ini jadi pengalaman pertamanya tinggal di Malang.
“Saya sudah belajar dua setengah tahun di kampus, saya sudah pernah ke Indonesia tapi ini pertama kali ke Malang. Saya ingin belajar Bahasa Indonesia juga tentang budaya Indonesia,” tukasnya.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A