Malang, Tugumalang.id – Spanduk penolakan praktik prostitusi yang diduga terjadi di Red Doorz dan Smart Tlogomas terbentang di beberapa titik RW 8 Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kini, manajemen hotel Smart Tlogomas mulai buka suara.
Perwakilan pemilik hotel Smart Tlogomas, Jemmy menyampaikan bahwa pihaknya membantah adanya praktek prostitusi di penginapannya. Dia mengaku menjaga penginapannya dari praktek prostitusi.
Menurutnya, puncak dugaan adanya praktik prostitusi itu bermula dari insiden perempuan mengejar pria yang disebut sebut tidak membayar jasanya. Jemmy menegaskan bahwa insiden itu melibatkan tamu RedDoorz, bukan Smart Tlogomas.
“Sebetulnya yang menjadi titik puncak permasalahan itu ya kejadian itu. Tapi itu terjadi di RedDoorz. Jadi saya gak paham spanduk penolakan itu juga menuliskan Smart Tlogomas,” kata Jemmy, Senin (15/5/2023).
“Buktinya dari mana, kalau memang terbukti ya silahkan. Tapi kan bukti itu ditemukan di RedDoroz. Kejadian ini merembet ke tempat kami bahwa diduga juga ada prostitusi di tempat kami,” imbuhnya.
Dia mengaku, Smart Tlogomas dan RedDoorz yang lokasinya bersebelahan memang kerap dianggap sama oleh masyarakat bahkan pelanggan. Namun menurutnya, fasilitas, harga hingga manajemen kedua penginapan itu berbeda.
Baca Juga: Ditengarai Jadi Tempat Prostitusi, 2 Penginapan di Tlogomas Diprotes Warga
Dia juga mengatakan Satpol PP tidak pernah melakukan penggerebekan pada Smart Tlogomas. Jemmy mengaku, memang Satpol PP pernah melakukan razia ke Smart Tlogomas karena salah sasaran yang ternyata tujuannya adalah RedDoorz.
“Ini saya juga lagi mengumpulkan berkas berkas untuk mengklarifikasi ke kelurahan dan masyarakat bahwa kami beda dengan RedDoorz,” ujarnya.
“Kami komitmen menjaga, kalau memang ditemukan (praktek prostitusi) gak papa, sampaikan ke kami. Masalahnya, ini barang buktinya ada di sebelah, tapi kami kok juga kena bahkan juga minta ditutup,” tambahnya.
Jemmy mengatakan juga akan merubah tampilan bangunan depan Smart Tlogomas yang memiliki 49 kamar itu agar tampak berbeda dengan RedDoorz. Sebab, dampak dugaan prostitusi itu telah mempengaruhi jumlah tamunya menurun.
“Ini kami tutup separuh, tinggal penghuni penghuni lama. Karena di kami ini ada kos dan hotel,” jelasnya.
Disisi lain, perizinan Smart Tlogomas menurutnya juga sedang berproses menjadi home stay sejak 2021 lalu. “Ini kami lagi menunggu keputusan Pemkot, ini lagi berproses,” ujarnya.
Sebelumnya, spanduk penolakan praktik prostitusi telah terbentang di beberapa titik sekitar 2 penginapan tersebut. Diketahui, spanduk itu dipasang oleh warga sebagai bentuk protes atas adanya dugaan praktik prostitusi di 2 penginapan di wilayahnya.
Setidaknya ada 7 spanduk penolakan praktik prostitusi yang tersebar di RW tersebut. “Warga RW 8 & Jamaah Masjid Menolak Kegiatan Prostitusi di Wilayah RW 8 Serta Menuntut Penutupan Operasional Reddoorz & Smart Hotel Tlogomas,” pesan dalam salah satu spanduk itu.
Selain itu, juga ada spanduk bertuliskan “Warga Tlogomas dan Sekitarnya Menolak Adanya Kegiatan Esex-Esex (Mbalon) Ndek Tlogomas!!! Mbalon o Ndek Kampungmu Dhewe Cok!!!”.
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko