Tugumalang.id – Hari Badak Internasional digagas oleh World Wide Fund Nature (WWF) Afrika Selatan, lembaga non-pemerintah yang bergerak untuk melindungi satwa liar termasuk populasi badak di Afrika Selatan.
Seperti diberitakan Media Neliti, WWF fokus melaksanakan program-program yang telah dibuat dan melakukan kerja sama dengan pemerintah untuk kegiatan konservasi, perluasan kawasan hutan lindung, translokasi, dan peningkatan manajemen.
Hingga hari ini, penggunaan bagian tubuh makhluk hidup, salah satunya cula badak untuk bahan obat, sebagai hiasan dekorasi properti, atau sebagai koleksi guna menunjukkan status sosial, masih kerap terjadi. Hal inilah yang membuat para pecinta alam tergerak hatinya sehingga banyak terbentuk komunitas lingkungan.
Sebagaimana dikutip dari HIMAKOVA IPB, tahun 2010 adalah kondisi terburuk badak di seluruh dunia. Hanya kurang dari 30.000 badak yang hidup di dunia saat itu. Kemudian diumumkanlah pada tahun 2011 bahwa setiap 22 September, dunia memeringati World Rhino Day atau Hari Badak Sedunia dalam upaya penyelamatan badak yang masih tersisa di seluruh dunia.
Simak beberapa faktor penyebab kepunahan satwa ikonik yakni badak:
1. Cula badak diincar karena harganya selangit
Diberitakan National Geographic Grid, harga cula badak sangat tinggi, sampai organisasi Save the Rhino melarang media di seluruh dunia untuk mempublikasikannya. Hal itu dilakukan para konservasionis karena mereka khawatir, hal ini justru akan mendorong lebih banyak penjahat masuk ke perdagangan cula badak dan merangsang lebih banyak permintaan konsumen.
2. Kandungan Cula Badak
Terlepas dari berapa harga cula badak, perlu dicatat bahwa tanduk badak mengandung keratin, senyawa yang juga ada pada kuku kuda, paruh kakatua, dan juga di rambut dan kuku kita. Harga cula badak tinggi karena digunakan untuk pengobatan tradisional China, meski belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan cula badak memiliki nilai obat
3. Betina Hanya Melahirkan 1 Ekor Badak
“Seekor badak betina hanya melahirkan seekor anak setiap kali melahirkan setelah mengandung sekitar 18 hingga 20 bulan,” kata Koordinator Lapangan Camera Trap WWF, Ridwan Setiawan pada salah satu artikel LIPI.
4. Badak Sulit Diawasi
Badak Jawa termasuk hewan yang soliter atau suka menyendiri sehingga sulit untuk diamati atau dipantau keberadaanya. Badak lebih memilih berada di tengah hutan karena sangat peka dengan keberadaan manusia sehingga dibutuhkan puluhan kamera penjebak untuk memperkirakan keberadaannya. Tak hanya itu, badak hanya mencari calon pasangan kawinnya pada musim kawin yang berlangsung antara bulan Juli hingga November.
Penulis: Aulia Hesti
Editor: Lizya Kristanti