MALANG – Salah seorang guru dari SMKN 1 Turen, Dra Ghoniyatul Maziyah MPd ditunjuk sebagai salah satu pemateri dalam seminar yang diselenggarakan Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Surabaya, di Hotel Wyndam Surabaya, pada Selasa (15/3/2022).
Seminar itu mengusung tema Pentingnya Mencanangkan Program dan Kebijakan untuk Pencegahan Dini Terhadap Ekstremisme Berbasis Sara di Lingkungan Sekolah Sebagai Strategi Berkelanjutan Melalui Pendekatan Multistakeholder dan Human Security.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan materi terkait Pentingnya Pencegahan Dini Ekstrimisme di Sekolah.
“Seminar ini membahas tentang apa itu ekstrimisme. Bagaimana hal itu bisa terjadi dan bagaimana cara penanggulangannya. Sehingga diharapkan di lingkungan seekolah tidak terjadi tindakan ekstrimisme tersebut,” ujar Ghoni, sapaannya.
Kegiatan ini, melibatkan kurang lebih 30 orang peserta dari forum guru lintas sekolah, yang
merupakan representasi dari guru-guru SMA/SMK, Kepala Sekolah SMP di wilayah Jawa Timur, partisipan dari unsur lainnya.
Menurut perempuan yang juga Wakil Kepala (Waka) Kesiswaan SMKN 1 Turen ini, ekstrimisme merupakan adalah doktrin politik atau agama yang membuat aksi untuk mewujudkan tujuannya dengan berbagi macam cara. Seperti gerakan yang keras, dan fanatik terhadap sesuatu.
Paham ini, cenderung menyasar anak muda seperti pelajar yang notebane merupakan generasi milenial dan rentan terpapar paham ekstremis.
“Harus digarisbawahi, bahwa ekstrimisme ini bukan hanya tentang agama, melainkan suku, ras dan golongan dan juga tindakan pembully-an, menertawakan kekurangan orang lain. Sehingga membuat situasi tidak nyaman,” jelasnya.
Karena saat ini, jika dilihat dari pemberitaan tentang tindakan radikal dan esktrimisme di Indonesia sebagian besar pelakunya adalah remaja (usia sekolah SMA/SMK). Sebab itu, guru memiliki peran penting untuk bisa mendeteksi secara dini ketika siswa mulai terpapar paham ekstrimisme dan radikalisme, sehingga diharapkan hal tersebut tidak hanya dibebankan pada guru BK dan guru agama saja.
Terlebih, tegas Ghoni, guru yang baik adalah yang bisa menggali potensi pada siswa dan bisa mengaktualisasikan potensi tersebut. “Kadang, siswa itu memiliki paham yang berseberangan karena ada ketidaknyamanan dan ketidaktahuan bagaimana cara menempatkan dirinya. Maka, agar posisinya menjadi nyaman, diperlukan bimbingan,” sambungnya.
Lebih jauh, ia juga menjabarkan peran serta pejabat sekolah dalam pencehan ekstrimisme ini, diantaranya membangun visi bersama, kemudian mengidentifikasi gelagat atau gejala dini yang menunjukkan siswa terpapar ekstrimisme.
Kemudian, mengkaji ciri-ciri atau gejala dini yang ditemukan, menjalin suasana saling menghargai dan menghormati setiap perbedaan, memonitor dan mengevaluasi setiap kegiatan di sekolah hingga mengajak dan melibatkan seluruh komponen di sekolah.
Diketahui, kegiatan ini juga turut mengundang beberapa narasumber. Yakni, Dirbinmas Polda Jatim Kombes Pol Asep Irpan Rosadi SIk MPA; Wakil Gubernur Jawa Timur Dr Emil Elestianto Dardak; Kepala Bakesbangpol Jatim Heru Wahono Santoso SSos MM; Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Dr Ir Wahid Wahyudi MT; Anggota Komisi A DPRD Surabaya Dr Freddy Poernomo SH MH dan beberapa narasumber lainnya.
Reporter: Feni Yusnia
editor:jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id