Tugumalang.id – Guru SDN 3 Purwodadi, Mukhlis, menceritakan sulitnya melaksanakan pembelajaran online di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Setiap terjadi hujan dan angin, membuat listrik di desanya padam. Hal ini otomatis membuat sinyal internet di sana benar-benar terputus.
“Hari ini sebenarnya tidak separah awal-awal dulu. Sudah ada bantuan paket internet dari pemerintah. Cuma kendalanya kalau terjadi pemadaman listrik itu pasti sinyalnya hilang. Karena terus terang listrik yang masuk ke Desa Purwodadi ini melewati hutan, kalau ada angin dan hujan sudah pasti mati listriknya. Kalau listrik mati otomatis tower juga mati, karena tidak ada pembangkit listrik atau gensetnya. Seperti hari ini pemadaman, dan pemadam ini sering, malahan saking seringnya pemadaman kita membeli genset,” terangnya, di rumahnya, beberapa waktu lalu.
Ketika listrik padam, terpaksa dia dan murid-muridnya harus menunda pembelajaran online. “Mau gimana lagi. Sayakan mengajar di kelas 4 SD ada 33 siswa, jadi tidak mungkin mendatangi mereka satu-satu,” jelasnya.
Mukhlis menceritakan, saat awal-awal pandemi COVID-19 dan mulai pembelajaran online, dirinya pernah mendatangi beberapa murid yang tidak memiliki HP Android untuk mengajar di rumah mereka masing-masing.
“Kalau itu saya lakukan pada awal-awal Corona pada tahun 2020 awal. Sayakan ngajar kelas 4 SD dan ada beberapa anak yang tidak memiliki HP Android. Jangankan beli HP Android, kondisi rumah dan perekonomiannya saja memperihatinkan,” ungkapnya.
“Berawal dari situ saya berinisiatif untuk mendatangi secara rutin selama seminggu sekali. Saat itu, ada 6 siswa di kelas 4 SD. Kemudian memasuki tahun 2021 ini ada 2 siswa yang belum memiliki HP Android,” sambungnya.
Kini, seluruh murid Mukhlis sudah memiliki HP Android berkat perjuangan para wali murid, meskipun dalam kondisi krisis akibat pandemi. “Kemudian akhir-akhir ini dengan segala daya dan upaya keluarganya mereka membeli HP Android yang tidak terlalu mahal, yang penting bisa WA (WhatsApp),” bebernya.
“Kalau pembelajaran kita lebih ke grup-grup WA, kalau untuk Zoom meeting kita terkendala jaringan internet,” imbuhnya.
Terakhir, pria yang juga relawan PMI Kabupaten Malang ini berpendapat, internet desa harus ada dan anggaran desa bisa dialokasikan untuk internet desa. “Karena saat ini biaya untuk paket internet juga tidak murah. Meskipun sudah ada bantuan paket internet dari pemerintah, tapi itu ada yang dapat dan ada yang tidak,” bebernya.
“Kemudian ada program jaringan internet masuk desa, di sini memang sudah ada, tapi mahal. Untuk pemasangan saja dari provider untuk pasang WiFi biayanya Rp 3 juta, dan per bulannya Rp 200 ribu,” pungkasnya.
Reporter: Rizal Adhi
Editor: Lizya Kristanti