MALANG, Tugumalang – Nestapa ratusan korban Tragedi Kanjuruhan mendapat perhatian banyak pihak. Tak hanya dari kalangan pecinta sepak bola, tapi juga dari para pelaku seni di Malang. Mereka menuntut penegakan hukum Tragedi Kanjuruhan ditegakkan seadil-adilnya.
Puncaknya, suara-suara itu kembali bergaung lewat Pameran bertajuk ‘Menyerang Kota’ yang diinisiasi puluhan seniman ‘Street Art’ Malang di gedung Dewan Kesenian Malang (DKM). Pameran digelar dalam rangka peringatan 100 Hari Tragedi Kanjuruhan ini berlangsung hingga 11 Januari 2023.
Berbagai bentuk karya seni dipamerkan. Mulai dari mural, poster, desain printing, karya foto hingga arsip koran. Hampir semua karya yang ada berisi pesan agar Tragedi Kanjuruhan dituntaskan dengan keadilan.
Selain pameran, para seniman lintas genre di Kota Malang ini juga menyajikan perform art, live sablon, live cukil, cetak zine hingga mural jalanan. Total ada 20 pelaku seni yang terlibat dalam pameran ini.
Pameran yang membawa pesan solidaritas ini juga menginisiasi diskusi yang menghadirkan narawicara asal Korea Selatan. Terutama dalam membahas soal penindasan dan ketidakadilan. Seperti terjadi dalam peristiwa Tragedi Kanjuruhan.
”Ada banyak layer yang akan dibahas. Terutama soal menginisiasi warga dalam membuat gerakan sosial. Dalam hal ini terutama dalam upaya menuntut keadilan Tragedi Kanjuruhan,” kata Ketua Panitia Pameran, Dapeng Gembiras.
Pada prinsipnya, pameran ini diinisiasi sebagai sikap dari para seniman atas penegakan hukum Tragedi Kanjuruhan yang saat ini masih terkatung-katung. Dalam hal ini, masyarakat sekali lagi masih menjadi korban.
Hanya saja dalam hal ini seniman memang punya cara sendiri dalam mengekpresikan kritiknya. Yaitu dari bidang seni. ”Tapi sikap kita jelas, sebagai orang Malang, kami menolak segala bentuk penindasan. Kami menolak bungkam. Usut Tuntas!,” tegasnya.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko