MALANG – Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan pupuk berpengaruh pada kesejahteraan petani, khususnya di saat harga sayur jatuh.
Suyono (55), seorang petani kubis dan selada di Desa Karangnongko, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang mengeluhkan dampak kenaikan BBM terhadap harga jual sayur. Ia juga mengatakan biaya perawatan tanaman menjadi cukup tinggi setelah harga pupuk naik.
Saat ditemui di kebunnya belum lama ini, Suyono mengatakan ia mencoba menggunakan pupuk kandang agar biaya perawatan bisa ditekan. Akan tetapi, penggunakan pupuk kandang berpengaruh pada ketahanan sayur setelah dipanen.
“Saya akhirnya memakai pupuk kandang. Tapi faktor risiko busuk tanaman sangat besar. (Biasanya) dua hari tahan. Kalau pakai pupuk kandang, dalam waktu satu malam batangnya sudah busuk,” jelasnya.
Pupuk ZA yang biasanya ia gunakan mengalami kenaikan hingga lebih dari 100 persen. Satu karung pupuk ZA yang mulanya seharga Rp 120 ribu, kini naik hingga Rp 300 ribu.
Menurutnya, harga pupuk NPK, SP36, serta obat-obatan untuk memberantas hama juga mengalami kenaikan signifikan.
Saat harga sayur tinggi di bulan Mei-Juni 2022 lalu, ia mengaku masih mendapatkan untung. Namun saat ini harga sayur turun sehingga ia mengalami kerugian. Belum lagi minggu lalu harga BBM juga naik.
“Kemarin waktu harga sayur agak mahal sih nggak papa ya, masih ada untung. Sekarang sudah murah lagi,” ujar Suyono.
Dampak dari kenaikan harga BBM adalah para distributor mencoba menekan harga jual petani agar mereka tidak rugi.
“Karena ongkosnya tinggi, jadi mereka menawar ke petani supaya mereka jualnya di pasar tetap bisa murah,” kata Suyono.
Ia biasanya menjual sayurnya ke distributor yang ada di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Saat ini, kubis di petani dibeli dengan harga Rp 750 per kilo. Menurut Suyono, biaya perawatan kubis mulai semai, tanam, dan panen bisa mencapai Rp 1 ribu per kilo. Sehingga dengan harga jual semurah itu, petani mengalami kerugian.
Suyono berharap ada kebijakan pemerintah yang bisa meringankan petani. “Moga-moga pemerintah bisa membantu, terutama untuk pupuk karena harganya cukup mahal,” ujarnya.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko