Oleh: Mila Arinda*
Untuk menyambung tali persaudaraan, silaturahmi terus akan berlanjut selagi manusia masih bernafas. Menjalin silaturahmi dengan sesama juga menjadi salah satu sarana kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, silaturahmi juga dapat menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan sesama.
Kali ini, saya mendatangi kantor Dinas Lingkungan Hidup, berniat menggali sebuah data. Untuk itu, saya harus menemui kepala bidang yang menangani masalah yang akan saya gali. Sebelumnya saya sudah membuat janji dengan Ibu Muhayanah. Setelah sampai di depan ruangan beliau teryata tamunya lumayan banyak, jadi saya memutuskan untuk menunggu.
Bukannya berkurang, semakin saya menunggu, tamu Ibu Muhayanah terus berdatangan dan mereka dipersilahkan masuk duluan, sedangkan saya harus menunggu. Tak apa, mungkin urusan mereka lebih penting.
Setelah hampir satu jam, satu persatu tamu mulai keluar dari ruangan. Tak mau membuang kesempatan lagi, saya langsung berlari menuju depan pintu ruangan Ibu Muhayanah. Tak berselang lama kemudian beliau membukakan pintu dan mempersilahkan saya masuk.
Kami bercengkrama panjang lebar mengenai masalah yang saya tanyakan ke beliau. Rasa gugup yang biasanya datang ketika berbicara dengan orang pertama bertemu, kali ini justru tak ada sama sekali. Ibu Muhayanah ini sangat ramah.
Bahkan di akhir percakapan, beliau menasehati saya pentingnya rasa syukur dan memaknai sebuah masalah dengan lapang dan iklas. Seperti yang terjadi saat diberlakukannya PPKM Darurat dan mengharuskan beberapa instansi untuk bekerja di rumah.
“Justru kalau kita WFH banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Yang biasanya nggak bisa sholat berjamaah, sekarang bisa sholat berjamaah bareng keluarga. Yang biasanya jarang baca Alquran, sekarang bisa lebih banyak waktu untuk membaca Alquran,” kata Ibu Muhayanah.
Beliau juga mengajarkan belajar mensyukuri nikmat yang telah diberikan, bahkan rasa capek setelah bekerja seharian juga bisa menjadi nikmat jika bisa disyukuri.
“Dulu saya pulang pergi Bojonegoro-Gresik naik bus selama 20 tahun. Setiap hari selama perjalanan naik bus itu saya senang sekali, karena banyak temennya, bisa menikmati suasana jalanan,” sambungnya.
Beliau juga menceritakan bagaimana teman-temannya tidur di bus dengan hawa yang panas dan berdesak-desakan.
“Bahkan saya di dalam bus itu melihat teman saya lagi tertidur pulas padahal busnya dulu kan panas dan sumuk ya, tapi teman saya bisa tidur nyenyak. Saya berfikir betapa nikmatnya rasa capek. Kalau kita nggak lagi capek kan nggak bisa to tidur sepulas itu di dalam bis,” tuturnya sambil matanya yang menyipit karena senyumnya yang melebar.
Tak hanya pengetahuan baru, silaturahmi kali ini juga mendapat pelajaran tentang hidup, tentang bagaimana cara kita mensyukuri semua yang telah tuhan berikan kepada kita, sehingga bisa membuatnya menjadi sebuah kenikmatan.
*Penulis merupakan wartawan Tugu Jatim ID