Malang, Tugumalang.id – Pernah merasa cemas karena melihat teman-teman memposting liburan, acara, atau kegiatan menarik di media sosial, sementara Kamu hanya duduk di rumah? Perasaan tersebut dikenal sebagai FOMO, atau Fear of Missing Out. FOMO adalah ketakutan atau kecemasan yang muncul karena merasa ketinggalan sesuatu yang menyenangkan atau penting yang dilakukan orang lain.
Di era digital saat ini, media sosial memainkan peran besar dalam memicu FOMO, terutama di kalangan anak muda. Unggahan-unggahan yang menampilkan kehidupan sempurna sering kali membuat orang merasa kurang puas dengan hidupnya. Misalnya, melihat teman memamerkan produk terbaru, momen liburan eksotis, atau pencapaian karier bisa memicu perasaan iri dan tidak ingin ketinggalan. Kami akan membantumu memahami lebih dalam tentang FOMO dan memberikan panduan untuk mengatasi masalah ini.
Baca Juga: Dosen Psikologi UM Teliti Pengaruh Norma Sosial Terhadap Maskulinitas dan Kesehatan Mental Pria di Indonesia
Dampak Negatif FOMO
FOMO tidak hanya sekadar perasaan cemas; dampaknya terhadap kesehatan mental bisa cukup serius. Ketika seseorang terus-menerus merasa takut kehilangan sesuatu, perasaan ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka.
Kecemasan dan Stres
Ketika terus-menerus merasa harus mengejar pengalaman atau pencapaian orang lain, seseorang dapat mengalami kecemasan yang berkepanjangan. Perasaan stres ini bisa memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Depresi
FOMO sering kali menimbulkan perasaan rendah diri dan ketidakpuasan terhadap kehidupan. Melihat orang lain selalu terlihat bahagia dan sukses dapat membuat seseorang merasa tidak cukup baik, yang pada akhirnya memicu depresi.
Baca Juga: Gelar Kuliah Tamu Bersama IAIN Manado, Fakultas Psikologi UM Bahas Tantangan Kesehatan Mental di Era Transformasi Digital
Gaya Hidup Konsumerisme dan Hedonis
Demi merasa ikut serta, banyak orang tergoda membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan atau menghadiri acara hanya untuk ikut tren atau terlihat “tidak ketinggalan.” Kebiasaan ini tidak hanya menguras finansial tetapi juga memberikan kepuasan sementara yang tidak berkelanjutan.
Mengisolasi Diri
FOMO dapat membuat seseorang terlalu fokus pada dunia maya, sehingga mengabaikan interaksi sosial nyata. Ironisnya, hal ini justru bisa membuat mereka merasa semakin kesepian.
Perbandingan Diri
Melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial dapat memicu kebiasaan membandingkan diri sendiri secara tidak sehat. Ini bisa menggerus rasa percaya diri dan membuat seseorang merasa rendah diri dan tidak puas.
Penyebab FOMO
FOMO tidak muncul begitu saja; ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perasaan ini, terutama di era media sosial.
Media Sosial
Media sosial adalah faktor utama yang memicu FOMO. Algoritma yang dirancang untuk menarik perhatian pengguna membuat mereka terus-menerus melihat konten yang memengaruhi emosi dan pemikiran mereka.
Perbandingan Sosial
Melihat postingan orang lain tentang liburan mewah, pekerjaan impian, atau kehidupan romantis yang tampak sempurna dapat membuat seseorang merasa kurang dalam hidupnya.
Takut Ketinggalan
Ketakutan kehilangan pengalaman atau kesempatan berharga, baik itu acara sosial atau tren terbaru, dapat membuat seseorang terjebak dalam siklus FOMO.
Cara Mengatasi FOMO
Meskipun FOMO bisa berdampak besar, ada cara-cara yang dapat membantu mengatasinya.
Sadari FOMO
Langkah pertama adalah mengenali bahwa Kamu sedang mengalami FOMO. Kenali tanda-tanda seperti perasaan cemas saat melihat media sosial atau keinginan kuat untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Batasi Penggunaan Media Sosial
Kurangi waktu yang dihabiskan untuk berselancar di media sosial. Kamu bisa menggunakan fitur pengingat waktu di aplikasi atau mengatur jam tertentu untuk mengakses media sosial.
Fokus pada Hal Positif
Alihkan perhatian pada hal-hal baik yang sudah Kamu miliki, jangan hanya melihat apa yang Kamu tidak miliki. Latih rasa syukur untuk meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi keinginan untuk membandingkan diri.
Ubah Pola Pikir
Mengubah pola pikir juga penting; pahami bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari memiliki lebih banyak atau melakukan lebih banyak, tetapi dari bagaimana Kamu menjalani hidup dengan penuh makna. Pahami bahwa kebahagiaan dan kesuksesan tidak hanya diukur dari apa yang terlihat di media sosial. Fokuslah pada pencapaian pribadi Kamu.
Cari Aktivitas Lain
Luangkan waktu untuk mencoba hobi baru atau kegiatan yang bermanfaat. Aktivitas ini dapat mengalihkan perhatian dari media sosial dan memberikan rasa puas yang lebih mendalam. Carilah aktivitas yang membuat Kamu merasa bahagia tanpa harus bergantung pada validasi dari media sosial.
Buat Anggaran
Jika FOMO mendorong perilaku konsumtif, buatlah anggaran untuk membantu Kamu mengelola keuangan dengan lebih bijaksana dan menghindari belanja impulsif.
Kesimpulan
FOMO adalah fenomena yang sangat umum di era digital ini, terutama di kalangan pengguna media sosial. Perasaan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, termasuk meningkatkan kecemasan, stres, hingga memicu depresi. Namun, dengan kesadaran dan strategi yang tepat, FOMO dapat dikelola dengan baik.
Penting bagi kita untuk memahami bahwa perasaan takut ketinggalan adalah hal yang wajar, tetapi tidak seharusnya mengendalikan hidup kita. Dengan membatasi penggunaan media sosial, menghargai apa yang kita miliki, dan mengubah cara pandang kita terhadap kebahagiaan, kita dapat hidup dengan lebih tenang dan penuh makna. Saatnya mengambil langkah untuk mengatasi FOMO dan menikmati hidup sepenuhnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Say Martua Panji Tampubolon
Redaktur: jatmiko