TuguMalang.id – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma) dalam membekali Mahasiswa Kandidat Sarjana Mengabdi menggelar FEB Unisma Goes to Village dengan tema “Pendayagunaan potensi desa dalam mendukung Sustainable Village”, pada Senin (11/07/2022).

Hadir dalam gelaran itu Nur Diana,SE.,M.Si selaku Dekan FEB Unisma; Esti Pratiwi,SE, pegiat desa/Tenaga Ahli Kabupaten Malang; dan Winartono, M.IKom, Kordinator TPP P3MD Kabupaten Malang.
Acara ini dihadiri secara Luring oleh 500 Mahasiswa yang diselenggarakan di Hall Abdurahman Wahid Lt. 7, Unisma, dan 400 Mahasiswa secara daring.
Dekan FEB UNISMA, Nur Diana, S.E., M.Si. dalam pembukaan mengatakan, bahwa UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa menempatkan desa sebagai subyek pembangunan. Desa menjadi pihak yang memfasilitasi tumbuh kembangnya kemandirian dan kesejahteraan desa melalui upaya-upaya untuk mengembangkan keberdayaan dan pembangunan masyarakat desa di bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan.
”Hal ini memiliki keselarasan dengan program Merdeka Belajar Membangun Desa/ Kandidat Sarjana Mengabdi tematik. Untuk itulah perlu ada keselarasan upaya-upaya program merdeka belajar Membangung Desa dalam Mendukung Potensi Desa,” jelasnya.

Sebagai salah satu pembicara, Nur Diana SE,MSI, mengupas Arah Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dalam Mendukung Pencapaian Sustainable Village. Pada kesempatan itu, Diana menekankan bahwa dalam MBKM mahasiswa diberikan hak belajar 3 semester untuk memilih bebas memilih beberapa program dari 8 program merdeka belajar.
”Salah satunya Program Membangun Desa/Kandidat sarjana Mengabdi yang bisa diikuti dalam 1-2 semester sehingga bisa dikonversi menjadi 20 sampai dengan 40 SKS. Dan ada juga model KSM tematik yang diikuti selama 40 hingga dikonvesi menjadi 3 sks,” ujarnya.
Lebih jauh Diana menjabarkan bagaimana program Membangun Desa Mahasiswa selaras dengan pencapaian Sustainability Goals Desa. Pada pencapaian itu ada 18 tujuan dan tercover dalam empat pilar menunjukkan ada dan pentingnya keseimbangan di antara pilar/dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi lingkungan hidup, dan pilar tata kelola.
“Untuk menjalankan program dapat mengembangkan soft skills dan hard skills mahasiswa serta mampu membangkitkan, menumbuhkan, dan mengembangkan berbagai dimensi kecerdasan tersebut.
Hal ini selaras dengan misi perguruan tinggi sebagai salah satu stakeholder Desa yang memiliki peranan dalam mewujudkan pembangunan Desa,” jelas Diana.
Sementara itu, Esti Pratiwi,SE, pegiat desa/Tenaga Ahli Kabupaten Malang menyampaikan, Desa tidak semata-mata bicara anggaran, dana desa, dan uang. Tapi bagaimana peradaban di desa ini benar- benar terjadi dengan baik melalui kelola yang baik pula.
Untuk itu, kata Esti, dalam tataran implementasi UU Desa ada yang diwadahi Perpres 12/2015 dan Permendesa No. 3 /2015 tentang pendampingan desa salah satunya dapat dilakukan oleh pihak ke 3 yang melibatkan perguruan tinggi.
“Disinilah sepertinya peran program MBKM dapat diikutsertakan dalam pemberdayaan desa ”
Lebih Lanjut Esti, bahwa masyarakat desa merupakan faktor utama dalam kemandirian desa. Desa merupakan kesatuan hukum yang memiliki batas wilayah tertentu didasari dengan prakarsa desa, tokoh masyarakat dimana secara lapangan banyak mendapatkan tantangan-tantangan.

Esti menambahkan, bahwa cita cita tertinggi UU desa adalah kesejahteraan ekonomi, sosial, budaya, politik ini merupakan tujuan tertinggi dimana membutuhkan waktu yang sangat lama.
”Hal ini bukan ditafsirkan hanya tercapainya Indeks Pembangunan Desa, tetapi adalah situasi keberdayaan di masyarakat desa atau keberdayaan desa itu,” katanya.
Sedangkan Winartono, M.IKom Kordinator TPP P3MD Kabupaten Malang, pada kesempatan itu mengatakan, bahwa Desa butuh mahasiswa untuk membuat perubahan. Hal ini sebagaimana diamanatkan Undang-undang bahwa Desa sebagai subyek, masyarakatnya desa harus diperlakukan sebagai subyek dalam pembangunan baik secara hukum maupun secara sosial.
Untuk itulah, lanjut Winartono, terkait peran perguruan tinggi dalam membangun desa atau program inovasi desa yang melibatkan mahasiswa dan dosen harus membuat pemetaan secara partisipatif. Membawa mindset kita atau cara kita untuk mengetahui desa secara baik.
“Desain program yang harus mahasiswa susun harapannya harus ada luaran program yang harus ada tidak lanjutnya yang mana desa sudah ada wadah –wadah yang sudah menerima seperti BUMDES, Koperasi. Buat desain program kerja hulu ke hilir yang saling berkaitan sehingga hal ini akan mempermudah dalam mendorong kemajuan perekonomian Desa berdasarkan potensi desa,” pungkasnya.(*)
editor: jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id