Tugumalang.id – Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang diawali dari etika yang baik. Hal tersebut disampaikan berdasarkan sudut pandang mahasiswa sekaligus Duta Bahasa Jawa Barat 2020, Erfin Nurfalah, dalam Lecture Coaching Movement series 2 bertajuk “Komunikasi Efektif antara Mahasiswa dan Dosen”, pada Sabtu (29/5/2021).
“Jadi memang ada beberapa etika yang seringkali harus diperhatikan oleh mahasiswa saat memulai komunikasi dengan dosen dan ini saya rasakan sendiri. Jadi ketika kita memperhatikan etika kita, maka respon dosen akan baik,” ujarnya.
Etika yang perlu ditekankan menurut mahasiswa semester 8 UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini antara lain memperhatikan jam kerja. Kemudian saat akan menghubungi melalui WhatsApp atau aplikasi penyampai pesan lainnya, perlu memperhatikan salam, perkenalan diri, sampaikan tujuan, dan salam penutup.
“Kalau misal kesan pertama kita saat menghubungi terkesan jelek pada dosen nanti akhirnya juga tidak baik. Misal contoh kasus, dalam tugas nih, ada mahasiswa yang takut berkomunikasi. Alasannya takut dimarahi dan sebagainya, itu karena etikanya tidak diperhatikan. Jadi memang etika juga menjadi faktor utama dalam komunikasi,” jelasnya.
Ibarat menanam bibit, lanjut Erfin, kalau bibit yang ditanam baik maka proses tanaman tumbuh akan baik. Sehingga apabila suatu saat bertemu, bisa berdiskusi dengan baik. Bahkan, bisa berkolaborasi hingga menghasilkan suatu karya.
“Itulah hasil daripada etiket yang dikedepankan. Begitu juga kalau ada kendala di kampus, saat komunikasi sudah baik maka tidak ada ketakutan komunikasi dengan dosen. Beda halnya kalau mahasiswa yang seringkali tidak memperhatikan etiket, akan muncul paradigma negatif,” sambungnya.
Ke depan, dia berharap dosen bisa menjadi kolega sekaligus partner yang akan menstimulus mahasiswa untuk lebih semangat terus berkarya. Seperti penulisan jurnal, penelitian, dan sebagainya. Mengingat ketika mahasiswa ingin ikut porlombaan, juga akan meminta bantuan pada dosen.
Kemudian menciptakan gaya komunikasi dan proses belajar dengan suasana kelas yang lebih hidup. Sehingga mahasiswa bisa merasakan bahwa dosen menjadi teman diskusi yang sangat cocok untuk berkembang dan berkolaborasi sehingga membawa kampus menjadi lebih baik lagi.
“Dengan begitu, diharapkan tidak ada paradigma dosen yang negatif. Dengan saling menghargai dan memahami tidak akan timbul kesalahpahaman. Karena dasarnya kesalahpahaman bisa terjadi karena komunikasi yang baik. Bahkan bersinergi bersama-sama menorehkan sebuah karya untuk almamater tercinta,” tandasnya.
Kegiatan yang berlangsung secara daring ini, juga dihadiri oleh Chief Executif Officer (CEO) PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat; Pakar Komunikasi serta Motivator dan Penulis Buku, Dr Aqua Dwipayana SIkom; dan Dosen Psikologi FISIP UB sekaligus Board of Business Coach, Ilhamuddin Nukman SPsi MA.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Lizya Kristanti