Tugumalang.id – Terkenal dengan layanan plus-plus dari pramusajinya yang muda dan cantik, Warung Kopi Cetol Gondanglegi tidak hanya digandrungi pengunjung pria dewasa, banyak pelajar yang menjadi pelanggan setia di sana.
Para pelajar itu tampak nyaman duduk memesan kopi di warung yang sempat viral di platform media sosial Tiktok dari sumber pengguna dengan nama akun WONGETAN beberapa waktu lalu itu.
Perlu diketahui Warung Kopi Cetol Gondanglegi memiliki tarif kopi yang sangat terjangkau, yaitu Rp 5 ribu untuk satu cangkir kopi tubruk tradisonal.
Namun, yang membuat warung kopi ini berbeda adalah layanan ekstra dari pramusaji yang siap menemani para tamu. Pramusaji yang ada di warung kopi ini tidak hanya memberikan pelayanan biasa, tetapi juga melayani interaksi yang lebih intim, seperti memangku, cium, dan meraba bagian tubuh pramusaji.
Baca Juga: Warung Kopi Cetol Gondanglegi, Pesan Langsung Dapat Layanan Plus Pramusaji
Untuk layanan ini, pengunjung biasanya memberikan tips mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung kesepakatan antara pramusaji dan pengunjung.
Lokasinya berada tepat di tengah Pasar Gondanglegi, Kabupaten Malang. Saat investigasi Tugumalang.id mendatangi lokasi, setidaknya ada 15 bedak atau Warung Kopi Cetol.
Semuanya menempati toko yang sudah tidak terpakai atau habis masa kontraknya. Lokasinya berada satu atap dengan pasar kelontong tradisional lainnya.
Menurut pandangan mata tim, meskipun area Warung Kopi Cetol tampak sepi dan gelap dari luar, namun setelah masuk 50 meter dari area parkir utama pasar, kesan sepi menjadi hilang.
Terdengar hingar bingar suara musik dangdut koplo yang keluar dari speaker aktif portabel pemilik warung, ditambah suara pramusaji yang cekatan menggoda, berloma-lomba merebut hati pengunjung.
Baca Juga: Polisi Tangkap Pasangan Mucikari di Kota Batu, Untung 30 Persen Tiap Transaksi PSK
Menurut info salah satu pedagang, memang terlihat sepi dari luar, maklum, karena beberapa toko yang menjual baju dan bahan makanan pokok terpaksa tutup karena risih dengan keberadaan Warung Kopi Cetol.
Meskipun akses jalannya sempit, harus melewati lorong yang gelap, jalan basah karena banyak atap toko yang rusak sehingga tidak bisa menampung air saat hujan, namun ketenaran nama warung kopi cetol berhasil mendobrak stigma pasar yang kumuh.
Satu alasan kuat yang membuat warung plus-plus itu tetap dipadati banyak pengunjung pria adalah layanan cinta pramusajinya yang menggoda.
Pelajar Asyik Memangku Pramusaji
Banyak pria terjebak layanan cinta instan pramusaji, termasuk pelajar. Bahkan menurut pantauan kami, hampir sebagian besar yang memadati warung kopi itu adalah pelajar.
Setelah kami hitung menggunakan alat hitung manual Hand Tally Counter, dari total 153 pengunjung, setidaknya ada 68 pelajar yang tersebar di 15 warung kopi.
Setiap warung dikunjungi 4 sampai 5 pelajar yang datang berkelompok. Salah satu pelajar dari sekolah menengah pertama negeri di Wagir, berinisial F, mengaku sudah tiga kali berkunjung, dan mengetahui Warung Kopi Cetol dari tanyangan video di Tiktok.
“Sudah tiga kali ke sini om, ngertinya dari Tiktok,” ucapnya dengan tambahan pertanyaan balik kepada Tim Tugumalang.id, “om sendiri sudah berapakali ke cetol?,” timpalnya.
F datang dengan tiga pelajar SMP lainnya yang masih satu sekolah, ia mengaku sudah mengatur kesepakatan untuk menentukan waktunya bersama.
Menurutnya, datang ke Warung Kopi Cetol adalah hiburan tersendiri sekaligus mencari pengalaman baru merasakan cinta terlarang dari pramusaji yang meberikan layanan plus-plus.
“Cari hiburan om, sekalian cari pengalaman, lumayan arek e mening-mening (pramusajinya cantik),” imbuh F.
Suasana di sana terasa pengap karena kepulan asap dan sirkulasi udara yang kurang bagus. Maklum setiap warung kopi hanya memiliki ruangan sekitar 3 x 5 meter.
Namun F sendiri terlihat nyaman, dengan tenang menikmati extra joss susu pesanannya sambil memangku dan membelai rambut pramusaji berkaos ketat hitam, berbando merah dan berkulit kuning langsat.
Pengunjung Dilarang Berhubungan Badan di Lokasi
Meskipun terdapat layanan plus-plus, pengelola warung kopi ini memberikan batasan. Mereka dengan tegas melarang pengunjung untuk berhubungan badan di dalam area warung kopi.
Namun, bagi mereka yang ingin melanjutkan layanan lebih jauh, ada kemungkinan untuk melakukan transaksi melalui aplikasi pesan seperti Mi Chat, di mana pengunjung bisa mengatur pertemuan setelah warung tutup.
Tidak hanya itu, Warung Kopi Cetol ini terbagi dalam dua cluster, satu cluster memiliki pramusaji yang masih remaja, sementara yang lain diisi oleh pramusaji dewasa.
Menurut informasi dari petugas kebersihan yang merangkap keamanan dengan inisial P, pramusaji dewasa berasal dari beberapa lokalisasi yang telah ditutup oleh pemerintah Kabupaten Malang, seperti KDS dan Girun.
Tarif untuk layanan yang lebih intim dengan pramusaji dewasa ini bisa mencapai Rp 350.000, dan dilakukan di luar area Warung Kopi Cetol.
Tidak hanya F siswa kelas 3 SMP Negeri asal Wagir yang datang bersama teman-temannya, siswa SMK swasta asal Turen, berinisial M dan B juga tengah asyik menyeruput kopi di warung milik seorang wanita yang akrab dipanggil dengan nama Mami oleh banyak pramusaji.
“Sudah om jangan ditanyai terus anaknya, malu dia, kasian maunya seneng jadi bingung kalau ditanya terus,” ucap Mami kepada Tim Tugumalang.id supaya kami tidak bertanya kepada M.
Menurut Mami, tidak ada larangan pelajar berkunjung ke warungnya, asalkan tidak berseragam sekolah. “Boleh, ndak ada yang ngelarang, asal jangan pakai seragam,” imbuhnya.
Baik F, M dan B mereka adalah pelajar yang dapat dikategorikan pelanggan setia, terlihat dari cara komunikasinya memanggil pramusaji yang terkesan akrab dan sudah mengenal satu sama lain.
Masih banyak pelajar lainnya yang datang silih berganti ke Warung Kopi Cetol. Yang jelas bukan hanya untuk menikmati kopi tubruk tradisonal yang murah, lebih dari itu mereka juga mencari ruang untuk menyalurkan hasrat birahinya dengan tarif murah, terjangkau oleh kalangan pelajar.
Miris, sedih dan prihatin, pemerintah yang sedang getol menggaungkan Visi Indonesia Emas 2045 harus menghadapi kenyataan pahit.
Generasi muda yang seharusnya ikut membangun negara malah terjebak dalam belenggu layanan cinta terlarang yang diberikan para pramusaji.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Tim investigasi Tugumalang.id
Editor: Herlianto. A