Tugumalang.id – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar seminar nasional bertajuk “Tantangan dan Peluang Pelaksanaan Merdeka Belajar dalam Rangka Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila”, pada Sabtu (26/6/2021).
Kegiatan ini dalam rangka mendukung penerapan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM),
Ketua LP2M UM, Prof Dr Markus Diantoro MSi, mengatakan bahwa seminar yang rutin digelar setiap tahun ini, mengusung tema yang menarik lantaran membahas penerapan MBKM dari segala aspek. Antara lain tantangan pelaksanaan peluang MBKM dari aspek kurikulum, pembelajaran, evaluasi, bimbingan dan konseling, dan manajemen.
“Tema ini sungguh luar biasa dan topik yang diangkat darj tantangan pelaksanaan peluang MBKM dari banyak. Setelah ini, kita masih terus harus belajar mengimplementasikan evaluasi dan bagaimana MBKM diterapkan supaya bermanfaat bagi kita semua,” ujarnya.
Kendati semnas ini sudah sering didengar, lanjut dia, namun disajikan bersama dengan hasil yang tak kalah luar biasa. Sebab, MBKM bukan sekedar wacana, namun dapat diimplementasikan dengan tepat jika berdampak positif pada masyarakat.
Hal itu didukung dengan hadirnya berbagai narasumber berkompeten, antara lain Staf Ahli Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbudristek, Drs Zulfikri Anas MEd; Kepala Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Dra Asrijanty MA PhD; Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM, Prof Abdur Rahman As’ari MPd MA; Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan UM, Dr Achmad Supriyanto MPd MSi; Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan UM, Dr Muslihati MPd; hingga Praktisi Pendidikan, Dr Supriyono Subakir MPd.
Kegiatan ini juga diikuti kurang lebih 918 peserta non pemakalah dan 24 pemakalah dari berbagai daerah. Tak hanya Jawa namun juga luar pulau Jawa, seperti Riau, Papua (Musamus), Flores, Kalimantan Barat (Singkawang), Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan (Makassar), hingga Kalimantan Utara (Kabupaten Tana Tidung dan Tarakan).
Dari jenjang peserta juga beragam. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, sampai Dinas Pendidikan.
“Di masa yang diskursif saat ini, artinya tidak monoton dan tidak linier. Untuk itu, dengan perkembangan pendidikan yang tidak bisa diprediksi maka kita harus siap dengan perubahan ini,” tukasnya.(ads)
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Lizya Kristanti