Erwin Kustiman*
(Bagian Terakhir dari Empat Tulisan)
Waktu semakin beringsut menuju malam. Sekira pukul 22.15, Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana kemudian mengoptimalkan silaturahim menuju kediaman Dr Dadang Sugiana di Komplek Bumi Rancaekek Kencana. Bersilaturahim kepada Ketua Prodi S3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) itu untuk mendiskusikan ihwal rencana dan niat Bapak Nurcholis MA Basyari melanjutkan studi ke jenjang S3.
Dr Aqua selalu mendorong para sahabatnya untuk mau melanjutkan pendidikan dan bahkan memberikan dukungan penuh. Bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana ini sering mengatakan salah satu cara untuk mengubah kehidupan agar lebih baik adalah dengan meningkatkan pendidikan.
Sebelumnya, Dr Aqua menelefon langsung Dr Dadang Sugiana agar tidak mengganggu waktu istirahat dan menyampaikan niat bersilaturahim. Pria yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Dekan I Fikom Unpad itu menyampaikan kegembiraannya akan dikunjungi Dr Aqua yang memang sudah dikenalnya dengan baik. “Siap Pak Aqua, saya masih melek nih, lagi ngopi di teras. Mari silakan Pak, saya menunggu Bapak di sini Pak,” kata Pak Dadang Sugiana di ujung telefon.
Alhamdulillah, rekan saya Kang Ope Destrian, ASN tendik di Unpad berkenan mengantar kami menuju kediaman Pak Dadang Sugiana. Kang Ope sudah menunggu dengan mobilnya di depan Hotel Khatulistiwa Jatinangor.
Saya sampaikan kepada Pak Sunarko, sopir yang membawa kami untuk mengikuti arah mobil Kang Ope. Maka, dari Kawasan Jatinangor kami dua mobil beranjak menuju Kompleks Bumi Rancaekek Kencana.
Tanpa bantuan Kang Ope, kami pasti akan kesulitan mencari alamat Pak Dadang Sugiana karena kompleks Bumi Rancaekek Kencana sangat luas dan jalannya berbelok-belok. Harus mengikuti rute beberapa kali sebelum bisa hafal menuju alamat yang dituju.
“Mas Erwin tolong nanti sebelum pulang saya ingin berkenalan dulu dengan Kang Ope sekalian ada sedikit pemberian untuk beliau,” demikian disampaikan Pak Aqua. Sudah menjadi karakter beliau yang memang peduli dan selalu ingin membalas kebaikan setiap orang.
Saya kemudian mengontak Kang Ope dan ternyata beliau memang berkenan menunggu kami agar bisa kembali sampai ke jalan utama tanpa nyasar. “Siap Pak Erwin, saya akan menunggu di sini. Nggak apa-apa, saya tidak ikut masuk ke rumah Pak Dadang,” ujarnya.
Kami pun tiba di kediaman Pak Dadang Sugiana. Selama ini dia dikenal sebagai dosen yang memiliki kepakaran di bidang Metodologi Penelitian Kuantitatif. Beliau bersama beberapa dosen Fikom Unpad lainnya cukup beruntung bisa menimba langsung ilmu Riset Komunikasi dan Psikologi berbasis Metode Kuantittatif kepada salah seorang dosen legendaris Fikom Unpad almarhum KH Dr Jalaluddin Rakhmat, MSc. Kecerdasan Pak Dadang Sugiana menurun kepada putri beliau yang belum lama ini lulus dari Fikom Unpad dengan predikat lulusan terbaik.
“Alhamdulillah ayo masuk. Wah, ini kejutan. Pak Aqua memang selalu menyempatkan untuk bersilaturahim. Namun, saya tak menyangka malam ini rumah saya giliran didatangi Pak Aqua. Saya senang sekali,” kata Pak Dadang Sugiana dengan ramah.
Banyak Teladan
Pak Aqua kemudian seperti biasa memperkenalkan dan menyampaikan niat Pak Nurcholis yang hendak berkuliah S3 di Fikom Unpad. Pak Nurcholis kemudian juga memaparkan keinginannya itu sembari menyampaikan kemungkinan tema yang akan diambil sebagai bagian dari proposal riset S3.
“Alhamdulillah, saya sudah menulis beberapa buku. Ini tiga di antaranya buku-buku saya yang terakhir, mohon berkenan kalau Bapak ada waktu untuk membacanya,” kata Pak Nurcholis dengan santun.
Dr Dadang Sugiana menyambut positif niat tersebut. Beliau kemudian menyampaikan jadwal penerimaan mahasiswa baru Prodi S3 semester ini dan persyaratan yang harus dipenuhi.
Saat kami sedang asyik ngobrol, Pak Dadang menanyakan kabar Ero, panggilan akrab Savero Karamiveta Dwipayana, putra bungsu Pak Aqua. Beliau sangat familiar sama Ero yang kini semester terakhir di Jurusan Ilmu Komunikasi Fikom Unpad.
“Ero bagaimana kabarnya Pak Aqua? Sebelum pandemi kami sering ketemu. Ero suka mampir ke ruangan saya. Kami diskusi berbagai hal,” ujar Dr Dadang Sugiana.
Semua kiprah Ero baik di kampus maupun di luar universitas, diapresiasi Pak Dadang Sugiana. Beliau kagum sama Ero yang masih belia namun sudah aktif di berbagai kegiatan nasional terkait penanganan Covid-19.
“Makanya Ero sangat tepat mendapat penghargaan Mahasiswa Penerima Anugerah Pegiat Gerakan Kemanusiaan dan Pemberdayaan Masyarakat dari Fikom Unpad pada tahun lalu. Ero jadi teladan bagi teman-teman seangkatan dan semua adik kelasnya,” ujar Pak Dadang.
Melihat semua kiprah Ero tersebur, Dr Dadang Sugiana yakin dengan masa depan Ero. Apalagi dalam pengamatannya semua yang dilakukan alumni SMA Regina Pacis itu mengikuti jejak bapaknya Dr Aqua.
“Saya amati Ero persis seperti Pak Aqua. Dia mengikuti yang telah dilakukan bapaknya. Insya Allah Ero sukses dalam karirnya kelak,” lanjut Pak Dadang mengomentari tentang Redaktur Pelaksana tugujatim.id itu
Dari seorang Dr Dadang Sugiana yang juga terlihat sangat respek dan dekat dengan Dr Aqua, saya memetik banyak teladan. Meski menguasai bidang keilmuannya secara mendalam, namun Pak Dadang sangat rendah hati.
Dr Dadang Sugiana meski memiliki kepakaran dalam riset Kuantitatif, hal itu tak membuatnya anti untuk melakukan riset Kualitatif. Sebagaimana disertasinya yang dilakukan dengan pendekatan fenomenologi. “Saya termasuk beruntung bersama beberapa dosen Fikom Unpad lainnya mendapatkan ilmu Metode Riset Kuantitatif langsung dari mendiang Kang Jalal (Jalaluddin Rakhmat) yang baru pulang studi dari AS ketika itu. Namun, saya sendiri tidak mau mengkotak-kotakkan metode riset, karena dua pendekatan ini masing-masing bisa saling melengkapi,” ungkap Dr Dadang Sugiana dalam perbincangan belum lama ini.
Uniknya, beranjak dari sekadar sebuah hobi tapi ketika diseriusi dan dicari makna mendalamnya, maka bisa menjadi jalan bagi pencapaian akademik tertinggi. Itulah pengalaman beliau dalam melakukan riset doktornya beberapa tahun lalu. Tak dinyana, hobi memainkan lagu-lagu khas dengan beragam genre dari kelompok musik legendaris Indonesia Koes Bersaudara dan kemudian menjadi Koes Plus, malah membawa Pak Dadamg Sugiana menulis disertasi tentang bidang yang amat disenanginya itu.
Untuk risetnya tersebut, Dr Dadang Sugiana berkeliling Indonesia – terutama ke wilayah dengan basis pendukung Koes Plus yang besar – guna menuntaskan riset kualitatif tentang salah satu grup musik menyejarah Indonesia tersebut. Pria yang ramah itu menuntaskan disertasi bertajuk “Konstruksi Identitas Dan Perilaku Komunikasi Komunitas Penggemar Musik Studi Pada Komunitas Koes Music Fans Club-Jiwa Nusantara”.
Maka demi mendapatkan kemendalaman data, ia melakukan wawancara mendalam dan observasi kepada subjek penelitian yakni para anggota Komunitas Koes Music Fans Club-Jiwa Nusantara yang berdomisili di beberapa kota di Indonesia, yang meliputi Medan, Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Tangerang, Cimahi, Padalarang, Tegal, Banyumas, dan Surabaya.
“Instrumen utama dalam penelitian ini adalah saya sebagai peneliti yang mengumpulkan data melalui metode wawancara mendalam dengan beberapa narasumber, observasi partisipatif, dan melakukan studi dokumentasi yang berkaitan objek penelitian. Hal itu baik melalui kegiatan penelaahan berita-berita surat kabar dan majalah, baik yang tercetak maupun online, dan laporan-laporan penelitian sejenis yang relevan,” katanya menguraikan.
Dari risetnya itu pula, pria yang juga pernah menjabat Wakil Dekan I Fikom Unpad itu mengungkapkan banyak fakta menarik dan menjadi informasi penting terkait eksistensi Koes Bersaudara dan kemudian menjadi Koes Plus. “Syair lagu, lirik, maupun musikalitas Koes Plus kalau dikaji mendalam memiliki nuansa filosofis yang tinggi. Kesemua bersumber dari kearifan mereka dalam membaca jiwa kehidupan yang melingkupi zaman ketika mereka bermusik. Terutama hal ini didorong oleh Tony Koeswoyo yang menjadi kakak sekaligus mentor bermusik bagi anggota Koes Plus yang lain,” ucap pria kelahiran 13 Juli 1961 ini.
Terkait dengan kontroversi bahwa Koes Plus sempat distigma sebagai pembawa pengaruh musik “ngak, ngik, ngok” di era Orde Lama, menurut Dadang Sugiana, hal ini sejatinya sudah dijawab sendiri oleh mendiang Tony Koeswoyo. “Musik kami ini bukan ‘ngak, ngik, ngok’, tapi ‘tang, ting, tung’ yang bersumber dari khazanah kearifan bermusik Nusantara,” ucapnya.
Membalas Kebaikan
Sebagai Kaprodi S3 Fikom Unpad, Dr Dadang Sugiana berharap lahir sebanyak mungkin riset-riset menarik, kontekstual, dan memiliki kontribusi bagi pengembangan keilmuan khususnya di bidang komunikasi.
Hobi dan pemahaman mendalam Dr Dadang Sugiana tentang kelompok musik legendaris Koes Plus menarik atensi Pak Nurcholis. Pemimpin Redaksi tugujatim.id ini sudah memiliki rencana untuk menguak semua aspek menarik tentang riset dan hobi Pak Dadang Sugiana ini untuk dibahas mendalam dalam portal yang dipimpinnya termasuk mengggelar diskusi dan event-event lainnya. “Bagus sekali Pak Nurcholis. Mudah-mudahan rencana tersebut bisa memberi manfaat kepada banyak orang,” kata Pak Aqua memberikan dukungan.
Dr Dadang Sugiana sangat antusias dan kemudian memberikan pengarahan kepada Pak Nurcholis tentang langkah dan prosedur yang mesti ditempuh dalam pendaftaran prodi S3 Fikom Unpad. Pria rendah hati yang menyusun disertasi fenomenologis tentang Koes Plus tersebut juga memberikan pemaparan menarik tentang Filsafat Keilmuan Komunikasi.
Tak terasa waktu bergegas cepat dan jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Dr Aqua berpamitan kepada Dr Dadang Sugiana dan mengakhiri rangkaian silaturahimnya pada malam itu. Kami pun kembali ke mobil dan ternyata Kang Ope masih ada mengantar kami hingga ke jalan utama menuju arah Pintu Tol Cileunyi.
“Mas Erwin jangan lupa sampaikan kepada Kang Ope untuk berhenti dulu. Saya ingin berkenalan,” kata Pak Aqua mengingatkan. Langsung saya kontak Kang Ope, “Kang mohon berhenti dulu, Pak Aqua ingin berkenalan,” ujar saya.
Mobil Kang Ope pun berhenti. Pak Aqua bergegas turun dan menghampiri Kang Ope. Saya pun memperkenalkan beliau kepada Kang Ope. Usai bersalaman, Pak Aqua menyelipkan sesuatu kepada Kang Ope yang sempat ditolak Kang Ope tapi tetap dipaksa oleh Pak Aqua untuk menerimanya.
Begitulah Pak Aqua, selalu peduli dan berusaha membalas kebaikan siapapun dengan kebaikan lebih besar. Juga sekecil apapun kebaikan setiap orang selalu dihargai dan diingat terus.
Kang Ope menghaturkan terima kasih dan kami pun berpisah perjalanan. Waktu sudah melewati pukul 24.00. Pak Aqua mengajak kami untuk makan malam yang terpaksa diakhirkan. Di kawasan Cibiru dekat Kampus UIN Sunan Gunung Djati, kami berempat akhirnya menemukan rumah makan yang masih buka.
Pak Aqua bertanya apakah saya langsung pulang ke rumah atau bagaimana karena beliau tahu mobil saya diparkir di kantor tadi sore.
“Kalau mau Mas Erwin juga bisa ke hotel saja kalau memang sulit pulang ke rumah, tapi jika mau pulang saya antar sampai ke rumah. Tidak usah segan,” kata Pak Aqua.
Saya akhirnya memilih langsung pulang ke rumah dengan diantar Pak Aqua sampai ke depan rumah. Kami berpamitan karena Pak Aqua dan Pak Nurcholis juga langsung menuju hotel di kawasan Pasteur Kota Bandung. Mereka berdua masih akan melanjutkan silaturahim keesokan harinya, termasuk mengunjungi kediaman Prof Deddy Mulyana, MA, PhD yang amat dihormati Pak Aqua.
Hari itu sekira lebih kurang delapan jam, saya alhamdulillah bisa mengalami sendiri silaturahim yang selama puluhan tahun terus dilakukan Pak Aqua Dwipayana tanpa henti. Subhanallah, Allahu Akbar. (HABIS).
*Penulis adalah Dosen Tetap Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan Bandung, Mantan Wapemred HU Pikiran Rakyat Bandung, Jawa Barat.