MALANG | TuguMalang.id – Majelis Daerah (MD) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Kota Malang, menggelar diskusi di The Grand Palace Hotel Kota Malang, pada Senin (15/8/2022). Diskusi yang dimulai pukul 13.00 WIB ini dibuka Koordinator Kahmi Forum Harianto dan sambutan oleh Koordinator Presidium MD Kahmi Kota Malang, Lutfi J. Kurniawan.
Harianto dalam membuka acara menyampaikan, bahwa Kahmi Forum merupakan forum diskusi rutin yang dilaksanakan 2x setiap bulan yakni, tanggal 1 dan 15. Kahmi Forum yang sudah berjalan selama 4 kali ini, diharapakan dapat menjadi sarana diskusi para akademisi, Pakar, tokoh masyarakat dan praktisi di Malang raya.
Sementara itu Lutfi Koordinator MD Kahmi Kota Malang dalam sambutannya mengatakan, Kahmi sebagai organisasi civil sociate, sudah seharusnya menjadi sarana gagasan yang tujuannya dapat mempengaruhi kebijakan dalam rangka mengawal pembangunan daerah disegala bidang.
Diskusi selanjutnya dipandu Eko Widianto Wartawan tempo, sekaligus Pimred Terakota.
Pada diskusi ini mengundang sejumlah tokoh pers di Jawa Timur dan Kota Malang, Tokoh ormas di Kota Malang dan Akedemisi, serta dihadiri pula oleh Kadis Kominfo Kota Malang Nur Widianto.
Adapun undangan pembicara yang hadir antara lain, Lutfil Hakim Ketua PWI Jawa Timur, Arief Rahman Ketua AMSI Jawa Timur, Tiawan Ketua IJTI Malang, Tauhid Wijaya Direktur Radar Malang, Cahyono Ketua PWI Kota Malang dan M. Zainuddin Ketua AJI Kota Malang.
Sementara itu Ormas yang hadir antara lain M. Nuruddin atau Gus Din Ketua IKAPMI Kota Malang, Zainuddin Sekretaris Majelis PDM Kota Malang dan tokoh-tokoh Kahmi yang ada di Malang.
Diskusi yang berjalan kurang lebih 2 jam setengah ini, membahas tentang tantangan pers dimasa kini. Menurut Gus Din, perlu ada kritik terhadap kondisi Pers saat ini. Karya jurnalistik saat ini dianggap hanya mementingkan sisi “Bombastis” untuk mengejar perhatian publik. Senada dengan itu, ketua Arief Ketua AMSI Jawa Timur, media online kerap memunculkan judul “kontroversial” untuk menarik perhatian publik, bahkan tidak jarang judul dan isi kemudian tidak nyambung. Hal ini, sangat disayangkan karena bisa dikatakan menyesatkan publik.
Sementara itu Widianto Kadis Kominfo Kota Malang, memandang bahwa diera pesatnya teknologi digital dan industri seperti saat ini, perjuangan pers untuk menghidupi diri sendiri memang membutuhkan energi yang besar, sehingga dapat mempengaruhi kualitas berita. Lebih lanjut Widianto sebagai institusi pemerintahan mencoba adaptif dalam membangun kemitraan dengan insan pers.
Irham Thoriq selaku CEO Tugumalang.id mengungkapkan bahwa, konten berita “receh” lebih profitable dari pada berita “serius” yang mengikuti kaidah jurnalistik. Hal tersebut tentu sangat ironis dikala peran pers dibutuhkan untuk turut mencerdaskan kehidupan berbangsa, namun harus berbenturan dengan realitas industrialisasi dan digitalisasi saat ini. Senada dengan itu, M. Zainuddin Ketua AJI Bahkan melihat saat ini pagar api yang ada dalam dunia pers sudah tidak ada lagi.
Lutfil Hakim yang merupakan pembicara terakhir melihat pers saat ini sebagai kontrol sosial, kualitasnya menurun. Hal ini disebabkan kualitas jurnalis yang belum teruji yang dimiliki media massa. Sebagai tanggung jawab moral insan pers, saat ini media massa dituntut menjaga kualitas kecerdasan dan integritas jurnalisnya.
Tantangan besar yang dihadapi pers seperti di atas tentu sangat memprihatinkan. Namun tetap saja, sebagai pilar ke-4 demokrasi kita semua masih patut berharap masa depan pers Indonesia akan semakin baik dalam mengiringi kemajuan masyarakat Indonesia.(*)
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id