MALANG – Bersamaan dengan praktik klinik di RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang, sebanyak 50 mahasiswa Departemen Kesehatan Jiwa, Prodi Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSK) dr. Soepraoen mendapatkan nilai rata-rata tertinggi dalam penilaian kompetensi.
Dosen Departemen Kesehatan Jiwa, Prodi Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSK) dr. Soepraoen Ns. Alfunnafi’Fahrul Rizzal, M. Kep., Sp. Kep.J menjelaskan, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam gelombang 2 itu mendapat Juara 1 di kategori nilai rata-rata terbanyak, Juara 1 5R (Rajin, Rapi, Ringkas, Rawat, Resik) dan Juara 1 Video Kreatif.
Menurutnya, praktik klinik ini merupakan salah satu bagian dari kompetensi pembelajaran yang wajib diikuti para mahasiswa tingkat 3. Tujuannya, menyiapkan mahasiswa setelah lulus sudah siap untuk terserap di lahan pekerjaan.
“Selama prosesnya, bukan hanya untuk sekedar praktik tapi kompetensi, pengetahuan dasar hingga aspek sikap juga dinilai oleh preseptor klinik atau pembimbing di tempat mereka praktik,” ujarnya
Adapun, penilaian tersebut meliputi aspek holistik yang terdiri dari keilmuan, integritas, kedisiplinan, skill dan kompetensi penanganan pasien. Dalam praktiknya, mahasiswa ITSK bersaing dengan mahasiswa Prodi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya dan Pendidikan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
“Meski sasarannya berbeda, tapi karena sama-sama mahasiswa, mereka tetap dinilai dari aspek holistik itu tadi. Kebetulan setelah diakumulasi nilai mahasiswa dari ITSK yang paling tinggi,” papar dia
Sebelumnya, lanjut Fahrul, pada gelombang pertama praktik klinik di di RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang sebanyak 42 mahasiswa juga ITSK juga memperoleh pencapaian serupa. Dengan demikian, mahasiswa ITSK dinilai mampu mengaplikasikan keilmuan yang diperoleh selama belajar kampus sekaligus mengasah integritasnya.
“Artinya, ini merupakan reward untuk mahasiswa disamping itu juga sebagai apresiasi bahwa dalam proses di lapangan, mereka mampu sehingga pihak di luar kampus memberikan nilai yang bagus juga secara objektif,” tukasnya
Diakui oleh Fahrul, Departemen Kesehatan Jiwa ini memang sangat menekankan pengalaman belajar yang optimal. Nampak dari sederet kurikulum pembelajaran yang diberikan, termasuk adanya praktik klinik atau pelatihan yang diikuti oleh mahasiswa secara langsung.
“Mahasiswa bisa melihat langsung bagaimana role playnya ke pasien sehingga mereka mampu mengaplikasikan praktiknya jauh lebih luwes ditambah dengan reward jni bisa menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri menjadi lulusan atau alumni yang siap memiliki integritas tinggi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia,” tandasnya. (ads)