Dor! rumor selama kurang lebih dua minggu terakhir perihal isu pemecatan Shin Tae-yong (STY) berhembus kencang. Rumor tersebut pada akhirnya menjadi kenyataan setelah Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengumumkan pemutusan hubungan kerja dengan STY pada Senin (6/1/2024) lalu.
Berakhir sudah kebersamaan ‘Oppa’ STY bersama Timnas Indonesia yang sudah terjalin selama hampir enam tahun sejak Desember 2019.
Sontak, keputusan PSSI tersebut menuai respon beragam dari penggemar Timnas Indonesia maupun pengamat sepak bola. Ibarat dalam sebuah perusahaan korporasi, STY masih dalam track mewujudkan target lolos ke Piala Dunia 2026.
Sesuatu yang menurut saya hanya sebatas mimpi sejak pertama kali melihat Timnas Indonesia berlaga di Piala Tiger (sekarang AFF) 2002.
Baca Juga: Ungkap Rasa Kecewa Usai Shin Tae-yong Dipecat, Justin Hubner: Saya Sangat Menghormatimu
Jangankan lolos ke Piala Dunia, menembus ronde ketiga rasanya mustahil.
Tapi di tangan STY harapan melihat Garuda berlaga di pentas Piala Dunia seperti menjadi kenyataan. Bukan simsalabim dalam semalam, pelatih berusia 54 tahun itu merubah peruntungan Timnas Indonesia.
Ia dihadapkan pada situasi sulit, dimana Timnas Indonesia terpuruk pasca sanksi FIFA 2015-2016 (koreksi jika salah) hingga terjun bebas di ranking FIFA menyentuh posisi ke-173. Posisi terburuk dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Belum lagi masalah mental hingga teknis yang harusnya sudah matang sejak usia dini. STY harus membenahi segala aspek, kedisiplinan, masalah gizi pemain, fisik, yang paling miris membenahi masalah passing yang seharusnya diajarkan pada level anak-anak SSB bukan pemain profesional.
Pandemi Covid-19 yang mewabah di seluruh penjuru dunia juga membuat sang juru taktik belum bisa menunjukkan racikan terbaiknya untuk Timnas Indonesia.
Kesempatan akhirnya datang di Piala AFF 2020 yang dihelat di penghujung tahun 2021. STY yang mengandalkan pemain muda mampu menembus final Piala AFF 2020.
Tetapi endingnya pun sudah bisa ditebak, Evan Dimas dkk takluk dari Thailand di partai final dan mempertegas label spesialis runner up di ajang sepak bola paling bergengsi di kawasan Asia Tenggara itu.
Prestasi gemilang berlanjut hingga lolos Piala Asia 2024. Sesuatu yang telah ditunggu-tunggu penggemar Timnas Indonesia selama 17 tahun. Terakhir kali Timnas Indonesia mentas di Piala Asia pada 2007.
Kemudian tampil apik di Kualifikasi Piala Dunia 2026 hingga lolos ronde ketiga yang semakin dekat dengan perhelatan akbar sepak bola dunia itu.
Dari STY, tentu semua orang bisa belajar bahwa tidak ada yang instan. Mie instan saja butuh proses untuk memasaknya apalagi prestasi dalam sepak bola.
Walaupun belum memberikan trofi sekalipun bagi Timnas Indonesia. Tetapi sebagai penggemar saya melihat ada progres positif selama lima tahun terakhir.
STY menanamkan filosofi penting dalam membangun sepak bola Indonesia.
Tetapi berbagai dalih dan tekanan ditujukan kepadanya yang seharusnya tidak ditanggung STY sendirian.
Federasi seperti enggan bersabar menunggu Kualifikasi Piala Dunia 2026 rampung kemudian baru melakukan evaluasi.
Entah keputusan tepat atau prematur, yang jelas keputusan berisiko tinggi ketika memutuskan ganti pelatih kepala.
Erick Thohir bersama Exco PSSI tentu sudah menghitung secara matang segala kemungkinan dampaknya untuk prestasi Timnas Indonesia.
Kini, juru latih pengganti asal Belanda akan segera merapat.
Ya semoga saja keputusan tersebut tepat. Tetapi sekali lagi tidak (bisa) instant membangun sebuah tim dan menuai prestasi secara berkelanjutan.
Menarik disimak seperti apa blue print PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir untuk memajukan prestasi Timnas Indonesia pasca berpisah dengan STY.
Dengan segala hormat atas dedikasi menghadirkan prestasi untuk Timnas Indonesia. Kamsahamnida Coach STY.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Bagus Rachmad Saputra
Content Writer Tugumalang.id dan penggemar sepak bola.
Redaktur: jatmiko