Tugumalang.id
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
No Result
View All Result
Tugumalang.id
No Result
View All Result
Home Catatan

Citra Filsafat dan Duduk Perkara Al Ghazali Sebagai Biang Keladi

Redaksi by Redaksi
3 bulan Lalu
in Catatan
Reading Time: 2 mins read
A A
Dr Fahruddin Faiz, dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus pegiat filsafat.

Dr Fahruddin Faiz, dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus pegiat filsafat. Foto/tangkap layar YouTube Gita Wirjawan

Share WhatsappShare FacebookShare Twitter

Tugumalang.id – Filsafat secara umum di Indonesia tidak populer, sering dicurigai bahkan sampai disebarluaskan bahwa filsafat itu haram. Ini pengakuan Dr Fahruddin Faiz, salah satu pegiat filsafat sekaligus dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, saat berbicara di podcast Gita Wirjawan belum lama ini.

Anggapan itu, menurut Fahruddin Faiz, tidak tepat karena berdasarkan pengalamannya membaca sejarah peradaban besar dunia, justru peradaban besar itu tumbuh atau diawali dari kajian filsafat.

“Padahal sejauh yang saya baca, peradaban-peradaban besar dunia itu muncul karena jayanya filsafat di peradaban itu,” tutur Dr Fahruddin Faiz.

Sementara itu, di kalangan masyarakat Indonesia filsafat justru sering dicurigai. Termasuk di kalangan umat muslim sendiri, sering sekali membanggakan zaman keemasan Islam di masa lalu akan tetapi lupa bahwa kejayaan itu karena filsafat.

Menurutnya, transformasi kejayaan Islam itu terjadi pada abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi. Saat itu memang dukungan sangat besar untuk dunia ilmiah dan filsafat dari para penguasa dinasti dan kerajaan-kerajaan Islam.

Yang sangat masyhur dalam hal ini adalah khalifah Al Ma’mun yang menyuport penerjemahan karya-karya filsafat ke dalam bahasa Arab.

Pada masa kejayaan itu, kata dia, mereka umat Islam menunjukkan keterbukaan tidak hanya pada filsafat Yunani saja tetapi juga membuka diri dan belajar dari India dan Tiongkok.

Namun demikian, kejayaan Islam mulai menurun semenjak abad ke-13. Tentu saja faktornya tidak tunggal, ada beberapa hal. Pertama, diserangnya Baghdad, ibu kota Dinasti Abbasiyah, oleh Hulagu Khan.

Kedua, ditemukannya mesin cetak di Eropa pada abad ke-15 yang bisa mengakselerasi dokumentasi pengetahuan dalam bahasa Eropa. Sehingga mereka lebih berpengetahuan, lebih berpendidikan, dibanding yang ada di timur tengah waktu itu.

Menyoal Al Ghazali

Ketiga, ini masih dalam perdebatan yaitu hadirnya Imam Al Ghazali, yang sering dituduh meruntuhkan semangat filsafat dalam Islam. Ghazali memang sering dituduh begitu gara-gara tulisan-tulisannya mengkritik filsafat Ibn Sina dan Al Farabi sebagai figur filsuf terkemuka kala itu.

Akhirnya, peradaban ilmiah umat Islam jadi macet. Namun ini tidak sepenuhnya benar. Menurut Fahruddin Faiz, harusnya dipahami kaitannya Imam Al Ghazali yang memilih menjadi sufi.

Dia menulis karya monumental berjudul Ihya Ulumuddin. Dan, dia menulis dalam genre kesufian dengan gaya sufistiknya yang lebih cenderung ke akhirat, orientasinya tidak duniawi.

Nah, menurut Fahruddin Faiz, hadirnya karya sufistik Al Gahazali itu bertepatan dengan momentum penyebab pertama keruntuhan peradaban Islam yaitu kalahnya umat Islam atas pasukan mongol.

“Situasi yang turun ini ketemu wawasan-wawasan sufistik yang agak pasrah. Semuanya jadi diserahkan kepada Allah ini cocok sudah,” katanya.

Itu ibaratnya, seperti orang sudah kalah disuruh sabar, disuruh ngalah. Bukan berarti nasehat untuk sabar dan ngalah ini salah, tapi momennya tidak pas.

“Jadi disaat orang harus bangkit tapi malah disuruh sabar. Semuanya sudah ketentuannya Allah, kita pasrahkan saja. Ini tidak jadi bangkit, akhirnya banyak orang yang menuduh bahwa Imam Al Ghazali jadi biang keladinya, sebenarnya mentalitas zamannya. Baru ditaklukkan, baru kalah, sedang trauma. Dan, pada akhirnya dapat pelarian, ajaran-ajaran untuk lebih cenderung pasrah,” kata dia.

Penulis: Sekar Ayu Damayanti

Editor: Herlianto. A

Tags: Al GhazaliCitra FilsafatFahruddin FaizFilsafatNgaji Filsafat
Previous Post

Gebyar Seni dan Budaya Gunung Kawi Jelang Pergantian Tahun

Next Post

Remaja di Gondanglegi Berbonceng Tiga Disenggol Truk R-6, Dua Orang Tewas

Next Post
Remaja korban kecelakaan

Remaja di Gondanglegi Berbonceng Tiga Disenggol Truk R-6, Dua Orang Tewas

BERITA POPULER

  • Poster mudik gratis yang disediakan Pemkab Malang.

    Pemkab Malang Sediakan Mudik Gratis dengan 6 Rute

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tarik Ulur Realisasi Pelebaran Jalan Ir Soekarno Kota Batu Milik Pemprov Jatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Progres Pasar Induk Among Tani Kota Batu Sentuh 90 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pelican Crossing di Kabupaten Malang Mulai Jadi Wacana

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penertiban Pedagang Nasi Goreng Babi di Kota Malang Menjadi Perbincangan Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Tugumalang.id

© 2022 Tugu Malang ID - Powered by Tugu Media Group

Navigate Site

  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Form Pengaduan
  • Pedoman Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan

© 2022 Tugu Malang ID - Powered by Tugu Media Group