Tugumalang.id – Virus COVID-19 tak pandang bulu karena bisa menginfeksi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja anda berada. Seperti dialami Sunoto (50), seorang penyandang disabilitas warga Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, yang pernah merasakan kengerian paparan virus asal Wuhan China ini.
Bapak 2 orang anak yang kehilangan tangan kanannya sejak 1994 itu, menuturkan pentingnya berpikir tenang dan positif saat mengetahui diri anda terpapar. Meski memang sulit karena dihadapkan dengan beban psikologis tubuh yang menjalani isolasi atau karantina.
”Terus terang saya pernah melalui hari-hari sulit selama hidup ada 2 kali. Mulai kehilangan tangan, lalu operasi wajah karena kecelakaan. Namun begitu tahu positif COVID-19, ini bagi saya jauh lebih ngeri daripada itu,” tuturnya, sembari bergidik.
Memang, gejala klinis yang dia alami terkategori ringan, berupa flu, pilek, meriang, dan sekujur tubuh ngilu tak keruan. Namun, dia mengalami serangan psikis luar biasa. Tak hanya dihantui bayang-bayang kematian, tapi juga halusinasi tak menentu.
”Saya sampai sempet stres dan uring-uringan saat menjalani isoman itu. Rasanya yang ada di pikiran saya itu mati. Saya takut mati, gak bisa bayangin nasib istri dan 2 anak saya kalau saya mati,” kisahnya.
Dikisahkan dia, pada hari itu sekitar tanggal 13 Juni 2021, badannya terasa meriang. Disertai flu, pilek, dan nyeri tulang di sekujur tubuh. Merasa tidak beres, akhirnya dia memeriksakan diri. Namun saat di tes swab, hasilnya terkonfirmasi positif COVID-19. Padahal, dia sudah divaksin dosis pertama.
Oleh dokter, mantan Ketua RT tiga periode berturut-turut ini disarankan menjalani isoman karena gejala ringan. Diapun menjalani isoman mulai 28 Juni hingga 8 Juli 2021, di lantai 2 rumahnya, seorang diri. Beruntung, hasil swab tes istri dan 2 anaknya menunjukkan hasil negatif.
Mulanya, dia menjalani isoman hari pertama dengan stabil. Namun, begitu masuk hari kedua, meriang yang dia rasakan seolah menghebat. Dia mengaku sering mengalami halusinasi hingga stres.
”Rasanya kayak minum pil koplo, pusing, tidur gak tenang. Hari kerasa lama sekali, cuapek banget rasanya. Pikiran campur aduk gak karuan. Fase-fase itu yang paling ngeri, saya alami di hari kedua sampe kelima,” kisahnya.
”Tambah ngeri dan halusinasi saat banyak kabar tetangga sini juga mulai terpapar satu-satu. Ada juga yang meninggal. Pas itu memang di Tlogomas dinyatakan zona merah,” tambah Alumnus UMM angkatan tahun 1990 ini.
Di tengah situasi itu, dia mencoba untuk tetap menghibur diri dan pasrah atas apa yang sedang dia alami. Pikiran tenang dan positif itulah yang cukup membawa perubahan pada kondisinya. Terhitung di hari ketujuh masa isoman, kondisi tubuh dan psikis mulai membaik.
”Saya mulai disiplin minum obat, minum rempah jawa, degan ijo, sampai bawang lanang. Perlahan, saya merasa enak, gerak sudah bisa, saya buat senam dan berjemur tiap pagi,” ujar pria yang kini aktif di Komunitas Difabel Creative Community ini.
Sunoto dinyatakan sembuh dari COVID-19 per 8 Juli 2021. Tidak ada gejala sisa setelah masa inkubasi virus yang mencapai 14 hari. Sepekan setelah sembuh, Sunoto mulai kembali menata hidupnya dan memberanikan diri untuk kembali beraktivitas.
Sehari-hari, Sunoto menghidupi keluarganya dengan berjualan bumbu pecel. Di tengah keterbatasannya, dia sendiri yang mengantar bumbu pecel itu ke para pelanggannya, dengan sepeda roda tiga yang sudah dia modifikasi.
”Mobilitas saya memang keliling-keliling ya ngantar bumbu pecel ini. Tapi saya disiplin prokes (protokol kesehatan) kok, masker dobel hingga pulang itu pasti ganti dan cuci baju. Tapi ya tetap saja kena,” ujarnya, heran.
Terlepas dari apa yang dia alami itu, dia berbagi hikmah bahwa kunci kesembuhan yang paling penting itu terletak di pikiran. Dengan berpikir positif maka ketenangan batin menyertai dan seiring dengan itu optimisme untuk sembuh akan bangkit.
”Saya sudah pernah mengalaminya, jangan mikir macem-macem karena itu yang justru buat kondisi kita drop. Imun kita jadi lemah. Percayalah, bahwa masih ada harapan untuk sembuh,” pesannya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti