MALANG – Wardah Inspiring Teacher (WIT) ternyata melahirkan banyak guru-guru inspiratif dengan banyak metode pembelajaran yang revolusioner dan inovatif. Salah satunya adalah Ika Ayu Pratiwi yang juga guru TKIT VMC Depok, Jawa Barat.
Ika begikan pengalamannya mengajar PAUD sejak tahun 2012. Tapi sebenarnya ia sebelumnya sudah mengajar Bahasa Perancis di salah satu SMA, namun, suaminya tidak mengijinkan ia mengajar di SMA lagi.
“Sebelumnya saya oleh Kepala Sekolah (PAUD) dituntut untuk mengurus administrasi tanpa melihat kondisi profil kurod itu seperti apa sih, kemudian proses pembelajaran yang harus saya berikan seperti apa,” terangnya saat membagikan cerita kepada para jurnalis dalam acara Fellowship Jurnalis Pendidikan yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan PT Paragon Technology and Innovation beberapa waktu lalu.
Mengetahui hal ini Perempuan berhijab ini merasa kurang sreg, oleh sebab itu mencoba sebisa mungkin untuk membuat media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa siswinya.
“Jadi, sejak 2012 saya dibilang seperti pemulung oleh murid-murid saya, karwna saya selalu mengumpulkan barang-barang bekas berupa koran hingga kardus sebagai media pembelajaran,” ungkapnya.
Tapi, waktu itu tidak ada satupun guru yang mendukung Ika, para guru tersebut justru bilang buat apa repot-repot melakukan hal tersebut.
“Dan proses saya tidak diterima oleh teman-teman guri itu cukup lama, tapi saya terus saja,” kenangnya sedih.
“Lalu saya bergabung dengan Komunitas Guru Belajar di Depok, dari situ saya baru menemukan teman-teman sefrekuensi, sevisi misi. Jadi, mengajar bukan sekedar dari administrasi, tapi bagaimana kita mengenal profil murid kita sehingga bisa memberikan stimulasi untuk anak-anak sesuai dengan kebutuhan mereka,” lanjutnya.
Sebenarnya Ika sendiri sudah mengetahui program Wardah Inspiring Teacher, namun ia tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengikuti program bikinan PT Paragon Technology and Innovation ini.
“Awalnya saya mengira ini adalah sebuah kompetisi, makanya saya tidak mencoba mendaftar secara mandiri. Tapi saya menceritakan ini kepada mantan-mantan murid saya, salah satunya yang paling besar saat ini sudah masuk (kuliah) semester 3,” ungkapnya.
“Akhirnya dari murid-murid ini ingin mendaftarkan saya ke Wardah Inspiring Teacher, tapi saya bilang saya gak percaya diri. Dalam benak saya waktu itu ini seperti ajang pemilihan Puteri Indonesia gitu. Jadi, tidak terpikirkan ini adalah sebuah pelatihan yang diberikan oleh Wardah, dan saat masuk saya tidak menyangka bisa sampai ke tahap akhir,” imbuhnya.
Saat memasuki program Wardah Inspiring Teacher pada tahun 2020, total ada 1.200 peserta, hingga akhirnya berkurang sampai 200 peserta.
“Dan di sini tidak ada kompetisi sama sekali, kita sebagai peserta satu sama lain saling mengisi dan saling berkolaborasi. Walaupun kita hanya berkomunikasi secara virtual, kita merasa bahwa ini bukanlah perlombaan,” tuturnya.
“Saya belajar bersama Kampus Guru Cikal, dimana saya bisa menulis. Sebelumnya menulis itu terasa susah banget, tapi setelah gabung di sini ternyata ada ilmunya atau ada atap yang saya dapatkan,” tambahnya.
Dan terceburlah Ika di Wardah Inspiring Teacher, dan ia merasa tercebur di jalan yang benar.
“Karena dapat materi-materi baru dan dapat pengalaman-pengalaman baru, kemudian teman-teman di Wardah Inspiring Teacher ini saling mengisi saling melengkapi. Kalau kita butuh apa, teman-teman langsung menjawab di grup itu,” ungkapnya.
Kemudian setelah masuk dan mendapatkan bimbingan, ia merasa semakin yakin bahwa dirinya mampu mengembangkan media yang sudah dibuat untuk mengajar PAUD di tahun 2012.
“Dan setelah semua percobaan dan masukan, akhirnya jadilah media saya ini bernama ‘Karena Cinta,’ atau singkatan dari Kartu Ediplasi Nama Cara Inovasi Pra Membaca dan Pra Menulis Bermakna dengan Tema,” tegasnya.
Perempuan ramah senyum ini tidak pernah mengira bahwa media yang ia biat ini dapat membantu anak-anak dan juga orang tua merasa senang.
“Orang tua merasa terbantu karena ternyata stimulasi-stimulasi yang diberikan ternyata membuat tidak nyaman. Membuat anak merasa capek, karena anak harus les dan ingin istirahat. Lalu akhirnya anak tersebut saya ajak diskusi maunya pembelajaran seperti apa, lalu saya buat inovasi pembelajaran menggunakan puzzle dari kardus, tapi anak tersebut masih merasa sudah pernah main tersebut,” terangnya.
Setelah Ika menerima pelatihan dari Wardah Inspiring Teacher, ternyata ada poin-poin penting yang ia terima.
“Contohnya ternyata saya itu purna rupa atau saya perfeksionis. Ternyata itu salah besar, ternyata saya haris lebih berani mencoba duku da diaplikasikan dulu, gak usah menunggu ini perfek selesai,” jelasnya.
“Akhirnya saya membuat stimulasi dari kartu-kartu baca yang bisa digunakan anak-anak. Lalu stimulasi tersebut saya ambil dari alat dan bahan yang biasa dia mainkan di kelas. Jadi, alat-alat yang mereka sukai saya kumpulkan seperti batu warna-warni, dan ini tidak hanya hisa digunakan stimulasi belajar membaca atau menulis saja, tapi juga berhitung,” pungkasnya.