Tugumalang.id – Menulis sosok inspiratif bukan perkara mudah. Pasalnya, diperlukan teknik-teknik khusus agar para pembaca memiliki simpati kepada sosok yang kita tulis dan mau membacanya.
Oleh karena itu, dalam Fellowship Jurnalis Pendidikan Batch 2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan PT Paragon Technology and Innovation memberikan materi terkait cara menulis sosok inspiratif tersebut.
Dalam kegiatan tersebut hadir juga Wartawan Senior sekaligus Asesor Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Nurcholis MA Basyari. Wartawan Senior M Nasir, Wartawan Senior Haryo Prasetyo, Wartawan Senior Frans Surdiasis, dan Konsultasi Komunikasi Tri J Sukaryana.
M Nasir mengatakan bahwa orang-orang di bidang pendidikan adalah orang-orang hebat, karena mereka itulah yang bisa diangkat sebagai sosok inspiratif dengan pertimbangan sendiri mulai dari prestasinya, kehebatannya, pencapaiannya, hingga sumbangsihnya di dalam dunia pendidikan.
“Kalau itu oke, bisa dijabarkan dalam satu paragraf bahwa orang ini pantas diceritakan, dan alasan kita menulis orang itu. Dengan begitu pembaca mengerti bahwa orang tersebut memang orang hebat di bidang pendidikan dan lainnya. Saya kira itu judgementnya dari kita,” ujarnya, kepada para audiens, pada Senin (28/06/2021).
Ia juga menegaskan bahwa berita pendidikan memiliki segmen pembacanya sendiri.
“Masalah menarik atau tidak, saya kira orang yang membaca soal pendidikan ada jutaan di Indonesia. Mereka adalah pembaca segmented di bidang pendidikan,” ucapnya.
Sementara itu, Haryo Prasetyo mengatakan bahwa wartawan bisa menulis keluar dari pakem untuk membuat suatu tulisan yang menarik, dan kuncinya ada di dalam eksekusi.
“Sebenarnya materi-materi yang inspiratif sangat kaya, tapi saat kita olah jadi tidak menarik. Itulah yang disebut keberhasilan untuk membuatnya menarik atau tidak,” bebernya.
Ia memberikan tips bahwa lead berita memegang kunci yang penting untuk membuat pembaca tertarik. Tapi yang jadi permasalahan lead adalah terkadang tidak dimasukkan kalimat-kalimat berikutnya.
“Kita sering terjebak pada apa yang dimaksud terburu-buru. Sebenarnya leadnya udah enak, tapi penulisnya terburu-buru pingin masuk dan melompat pada suatu konklusi. Itu yang membuat pembaca yang awalnya tertarik jadi loyo lagi,” pungkasnya.
Reporter: Rizal Adhi
Editor: Lizya Kristanti