MALANG – Kabupaten Malang menyimpan banyak peninggalan sejarah dari kerajaan Singhasari. Salah satunya adalah Candi Sumberawan di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Bentuknya yang berupa stupa mengingatkan pada Candi Borobudur yang berada di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Stupa sendiri merupakan ciri dari bangunan suci agama Budha.
Oleh karena itu, Sumberawan diyakini dibangun sebagai tempat beribadah penganut Budha pada masanya. Keyakinan ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah arca Budha sekitar 500 meter dari bangunan stupa. Oleh warga setempat, arca tersebut diberi nama Watu Gundul (Batu Gundul).
“Berdasarkan informasi dari beberapa tokoh masyarakat itu memang dulu ada arca yang gundul. Nah kemungkinan itu arca Budha yang nggak pakai mahkota,” tutur Dika Maulana, Juru Pelihara Candi Sumberawan.
Sayangnya, arca tersebut dihancurkan karena adanya pembangunan pabrik. “Waktu itu belum ada undang-undang tentang cagar budaya. Dulu ketika ada pembangunan pabrik, arca itu dihancurkan oleh tukang batu. Tapi kemudian orangnya meninggal,” kata Dika.
Di Jawa Timur, ada banyak candi beraliran Buddha, seperti Candi Jawi di Kota Pasuruan dan Candi Brahu di Kabupaten Mojokerto.
Candi Sumberawan memiliki alas berbentuk persegi dengan ukuran 6,25 x 6,25 meter dengan tinggi 5,23 meter. Bagian puncaknya masih belum sempurna karena ada para ahli belum bisa menemukan bentuk yang pas.
“Di tahun 1937 itu kan memang ada beberapa kali percobaan mengenai bagian puncaknya. Sempat dua kali dilakukan pemugaran, namun bentuknya terlihat aneh. Kemudian diubah lagi sehingga ini yang paling cocok,” jelas Dika.
Ia kemudian memaparkan proses pemugaran yang rupanya tidak mudah. “Sebelum pemugaran itu ada pra pemugaran dulu. Jadi batunya ditata dulu di bawah. Kalau bentuknya udah cocok, batunya dinaikkan,” katanya.
Karena belum ditemukan bentuk yang cocok, batu-batu yang seharusnya berada di puncak stupa kini dibiarkan begitu saja di sisi taman. “Mungkin nanti akan dikaji lagi bentuk yang pas seperti apa,” imbuh Dika.
Di samping itu ada juga batu-batu dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi yang bukan bagian dari candi. Ada yang berbentuk mirip kursi, ada juga yang menyerupai pahatan arca yang belum selesai.
“Ini temuan lepas. Jadi ditemukan berada di sekitaran candi. Nah, ini kami masih belum tahu batu-batu ini bagian apa. Arkeolog menduga ini untuk arca tapi belum selesai,” ujar Dika sambil menunjuk salah satu batu yang menyerupai arca.
Meskipun dipugar pada tahun 1937, namun diperkirakan Dinas Purbakala Belanda telah menemukan candi ini di sekitar tahun 1904. Hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti di area candi dalam bahasa Belanda yang berbunyi, “Candi Sumberawan dipugar sebagian oleh Dinas Purbakala Belanda pada tahun 1904.”
Sebelum itu, candi ini tidak tersentuh oleh orang Belanda sama sekali karena mereka lebih terkesima dengan situs sejarah yang berada di pusat kota Singosari.
Candi Sumberawan sendiri diperkirakan sudah ada pada masa pemerintahan Hayam Wuruk atau sekitar abad ke-14 M. Menurut Kakawin Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca, Raja Hayam Wuruk pernah melakukan perjalanan ke candi ini.
Selain nilai sejarahnya yang tinggi, Candi Sumberawan juga merupakan tempat yang asyik untuk dijadikan tujuan wisata. Candi ini berada di tengah hutan pinus dan dikelilingi oleh mata air. Suasananya yang sunyi dan sejuk bisa membantu menenangkan pikiran yang sumpek.
Lokasinya hanya enam kilometer dari Pasar Singosari dan jalan menuju candi cukup lebar untuk dilalui mobil. Situs ini dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 dengan tiket masuk yang sangat terjangkau, yaitu Rp 5 ribu per orang.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor:jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id