MALANG – Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan didukung oleh PT Paragon Technology and Innovation telah sampai pada ujungnya. Setelah 3 bulan sejak Bulan 1 Juni 2021 sampai 31 Agustus 2021 para jurnalis dari berbagai media lokal hingga nasional mendapatkan materi dari berbagai narasumber dan pelatihan dari para mentor terkait bagaimana mencari, mengumpulkan, dan menulis artikel terkait dunia pendidikan.
Direktur GWPP sekaligus Pimpinan Redaksi tugujatim.id, Nurcholis MA Basyari, mengatakan bahwa Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 ini adalah pengalaman yang luar biasa karena beberapa kali baik mentor maupun peserta digempur oleh COVID-19 meskipun pelaksanaan pelatihan dilaksanakan secara daring.
“Sungguh pengalaman yang luar biasa baik para peserta dan para mentor yang langsung berada di front terdepan sebagai orang yang terpapar Corona masih memiliki semangat luar biasa untuk terus berkobar menyala dan konsisten mengikuti agenda program Fellowship Jurnalisme Pendidikan tanpa jeda,” terangnya saat Pelepasan Peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 yang dilaksanakan melalui aplikasi Zoom Meeting pada Rabu (01/09/2021).
Pria ramah senyum ini mengatakan bahwa disiplin dan komitmenlah yang memungkinkan produktivitas tetap terjaga meskipun kecamuk perang semesta melawan Corona belum mereda.
“Hingga program ini berakhir pada 31 Agustus 2021 kemarin, tercatat tidak kurang dari 600 artikel karya jurnalistik dari para peserta di 15 media dari berbagai wilayah di Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara,” ungkapnya.
“Selain itu tidak kurang dari setengah 600 artikel itu adalah artikel indepth reporting, features, dan yang terakhir adalah liputan bersama karya teman-teman peserta yang topiknya kita angkat adalah Kampus Merdeka. Ini luar biasa karena hanya dalam seminggu teman-teman melaksanakan peliputan bersama yang berkedalaman di berbagai tempat,” sambungnya.
Lebih lanjut, Nurcholis menceritakan bahwa Program Fellowship Jurnalisme Pendidikan ini berawal dari niat menebar kebajikan di jalur jurnalistik.
“Ini juga terinspirasi dari Chief Salman (CEO PT Paragon) sebagai salah satu penggagas program ini, bahwa betapa pentingnya untuk mengedukasi, menginspirasi, dan juga memotivasi menggerakkan seluruh semangat komponen bangsa baik di akar rumput maupun di puncak elit,” bebernya.
“Formula semangat Fellowship Jurnalisme Pendidikan memadukan tiga aspek diantaranya mengenai pelatihan itu sendiri, kemudian praktik, dan terakhir adalah pendamping atau coaching dan mentoring. Sehingga selama 3 bulan para peserta mendapatkan pelatihan, praktik-praktik penugasan dari para mentor yang tidak lain adalah wartawan senior,” tukasnya.
Sementara itu Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbud, Prof Ir Nizam MSc DIC IPU Asean Eng, mengatakan bahwa Fellowship Jurnalisme Pendidikan adalah bentuk gotong royong untuk menciptakan dunia pendidikan yang lebih maju di Indonesia.
“Kemampuan kita untuk menciptakan pendidikan berkualitas itu masih sangat terbatas. Sehingga sangat dibutuhkan gotong royong, kolaborasi, kerjasama semua pihak yang peduli dan ingin melihat Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera untuk bersama-sama membangun dunia pendidikan kita. Kita perlu gotong royong kita semua untuk mendidik anak-anak kita demi memajukan Indonesia. Tanpa itu sangat berat bagi kita mewujudkan Indonesia Emas yang kita cita-citakan,” tuturnya.
Oleh karena itu, ia mengapresiasi program yang dibuat oleh GWPP dan PT Paragon Technology and Innovation ini.
“Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan apresiasi saya kepada rekan-rekan jurnalis yang perduli pendidikan. Insyaallah kita hisa membangun sumber daya manusia kita melalui pengembangan pendidikan,” pungkasnya.
Lebih lanjut, CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat, mengatakan bahwa ia banyak belajar terkait dunia pendidikan dari Nurcholis MA Basyari dan Dr Aqua Dwipayana selaku Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional.
“Pendidikan itu adalah anak itu sendiri, yang artinya harus dirawat, karena kita besarkan dia untuk masa depan. Sehingga harus sangat berhati-hati sekali, kalau kata Pak Aqua Dwipayana itu ‘Dengan Hati dan Berhati-hati,”‘ bebernya.
“Sebenarnya ini kan terinspirasi dari Pak Nurcholis dan Pak Aqua yang menjahit Indonesia yang sebisa mungkin yang saya lihat sebagai gerakan pendidikan yang luar biasa juga, tapi tidak dilabeli pendidikan. Saya jalan selama 7 bulan sama Pak Nurcholis dan Pak Aqua itu bener-bener seperti kuliah S2 di kompres,” tambahnya.
Ia bahkan mengaku bahwasanya Fellowship Jurnalisme Pendidikan sudah seperti laboratorium hidup untuk mengembangkan dunia pendidikan di Indonesia.
“Mudah-mudahan ini juga menjadi model dan pengarus utamaan atau mungkin ada yang bilang laboratorium hidup atau komunitas atau paguyuban yang karena ditulis jadi mudah diikuti. Sehingga efek amal jariyah dan efek dominonya jadi lebih besar,” paparnya.
“Saya juga banyak belajar di sini sehingga jadi pakai hati dan berhati-hati kalau menulis. Saya lebih berterima kasih dan hanya bisa support secukupnya, dan pahlawan-pahlawan sebenarnya adalah teman-teman semua,” lanjutnya.
Terakhir, Founder PT Paragon Technology and Innovation, Nurhayati Subakat, mengungkapkan bahwa menurutnya jurnalis adalah jantungnya Indonesia saat pandemi ini.
“Saya bisa merasakan bagaimana cara kerjanya para jurnalis dalam suasana COVID-19 ini. Seperti juga dari karyawan kami di lapangan, semua yang bekerja di lapangan itu betul-betul jantungnya, kalau di perusahaan adalah jantungnya perusahaan. Kalau di Indonesia, saya kira ini wartawan adalah jantungnya Indonesia, atau rohnya Indonesia. Di suasana COVID-19 ini berita terutama di era digital, bahwa berita baik itu akan benar-benar menambah imun orang yang membaca,” tegasnya.
Sehingga menurunkan kalau ada jurnalis yang lolos dari COVID-19 itu adalah karena semangatnya yang sangat tinggi.
“Insyaallah dengan semangat tinggi itu maka imunnya akan naik. Saya merasakan kalau hidup kita bermanfaat bagi orang lain, itu hidup kita bersemangat. Kalau para jurnalis saya kira satu tulisan yang bagus itu menyebar ke jutaan orang, apalagi keluarga 600 artikel, dan saya baca beberapa artikel dan luar biasa bagis sekali,” tutupnya.
Reporter Rizal Adhi Pratama
Editor: Soejatmiko