Bondowoso, Tugumalang.id– Kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat dalam masa pandemi mendorong Baskoro untuk melakukan gerakan sosial. Founder Lokal Preneur Indonesia itu telah membangkitkan perekonomian guru ngaji, pekerja proyek, pekerja salon hingga juru parkir (jukir) di Bondowoso.
Baskoro, Founder Lokal Preneur Indonesia mengungkapkan bahwa dahulu dirinya merasa miris dan prihatin atas kondisi teman temannya yang kesulitan ekonomi pada masa pandemi 2020 lalu. Tak hanya teman temanya, masyarakat di sekitarnya ternyata juga mengalami hal yang sama.
Dia kemudian menemukan orang orang berbagai latar belakang yang mengalami kesulitan ekonomi. Mulai guru ngaji, pekerja proyek, pekerja salon hingga jukir.
Diketahui, guru ngaji itu merupakan pengajar tanpa gaji. Guru itu mencukupi kebutuhan sehari harinya dengan bekerja sebagai pekerja proyek. Namun sumber penghasilan itu terkendala saat pandemi.
Kemudian ada seorang pekerja salon, pekerja proyek hingga jukir yang tak mendapatkan penghasilan akibat pandemi. Baskoro kemudian memberikan bantuan modal usaha kepada mereka agar bisa bangkit dari kondisi yang ada.
“Tujuan saya sederhana, saya hanya ingin teman teman ini punya sumber penghasilan,” kata Baskoro.
Baskoro mendorong mereka untuk memulai usaha baru agar tidak tergantung pada pekerjaan sebelumnya yang memang tengah krisis ekonomi. Dia memberikan modal berwirausaha mulai berjualan jajanan, bakso, warung kopi hingga budi daya lele.
“Siapapun yang belum punya kesempatan bangkit untuk meraih mimpinya, percayalah dalam keadaan separah apapun pasti ada peluang,” ucapnya.
Program Lokal Preneur Indonesia yang digagas Baskoro itu kini telah membuahkan hasil positif.
Suyanto (45), guru ngaji asal Botolinggo, Bondowoso yang menerima manfaat Lokal Preneur Indonesia itu mengaku saat ini telah memiliki 3 usaha yakni penjualan sosis, bakso dan budi daya ikan lele.
“Saya sampai sekarang masih ngajar ngaji, memang dari dulu ikhlas tidak digaji. Dulu untuk mencukupi kebutuhan sehari hari saya kerja proyek konstruksi, tapi terkendala karena pandemi,” paparnya.
BACA JUGA: Belajar Kepedulian dari Eko Baskoro, Pejuang Lingkungan dan Kemanusiaan Asal Bondowoso
Dia kemudian mengaku bersyukur telah bertemu dengan Baskoro hingga menjadi penerima program Lokal Preneur Indonesia. Melalui program wirausaha itu, Suyanto kini bisa mewujudkan cita cita anaknya untuk memiliki kendaraan pribadi.
“Alhamdulillah bisa mewujudkan keinginan anak saya untuk memiliki sepeda motor sendiri,” ucap ayah 2 anak itu.
Suyanto bahkan juga menjalankan program makan gratis dan belanja gratis untuk masyarakat sekitarnya. Sejak setahun terakhir, Suyanto melakukan program makan gratis di kediamannya setiap hari Jumat.
Kemudian dia juga menjalankan program belanja gratis di warung klontong sekitarnya sejak 8 bulan terakhir. Setiap hari Minggu, Suyanto mendatangi salah satu warung klontong untuk melangsungkan program belanja gratis itu. Di warung itu, sekitar 30 warga bisa berbelanja gratis.
“Itu memang sengaja untuk membantu warung warung di desa saya agar laris, bahkan juga desa sekitar. Ini sekarang banyak warung yang ngantre untuk program belanja gratis,” ujarnya.
Sementara itu, Cholil (30), warga Tenggaran, Bondowoso yang juga merupakan penerima program Lokal Preneur Indonesia mengaku telah memiliki usaha warung kopi dan budi daya lele.
Cholil yang dahulu merupakan pekerja proyek di Surabaya sejak 2015 itu merasa senang bisa berkarya di tanah kelahirannya.
“Sekarang saya bisa punya usaha kopi dan ternak lele, dan bisa bekerja dekat dengan keluarga,” kata dia.
“Saya memang punya mimpi memiliki usaha UMKM sendiri saat kerja proyek di Surabaya. Sekarang sudah terwujud setelah bertemu Pak Baskoro,” imbuhnya.
Senada dengan Cholil, Siti Aminah (33), warga Tegal Ampel, Bondowoso yang juga penerima program Lokal Preneur Indonesia merasa bersyukur bisa memiliki usaha yang menjanjikan. Dia yang sebelumnya memiliki usaha salon, kini juga telah memiliki usaha budi daya ikan lele.
Aminah saat ini juga diberi kepercayaan untuk memasarkan hasil budi daya ikan lele dari teman teman seperjuangannya.
“Saya juga memasarkan hasil panen lele teman teman ini. Saya memasarkan di marketplace, permintaan lele sangat tinggi sampai kewalahan,” jelasnya.
“Meski masih baru terjun, usaha ternak lele ini cukup menjanjikan dan potensial untuk meningkatkan perekonomian,” lanjutnya.
Di sisi lain, Farid Wibowo (30), mantan Jukir asal Blindungan, Bondowoso mengaku terbantu dengan program Lokal Preneur Indonesia. Dia saat ini sudah memiliki usaha warung kopi sendiri dan tak lagi menjadi jukir ruko.
“Gaji jukir ruko dulu sebulan hanya Rp 150 ribu. Kerjanya panas panasan, kalau hujan ya kehujanan. Sekarang alhamdulillah punya warung kopi,” paparnya.
Melalui usaha warung kopi itu, Farid mengaku bisa membantu kebutuhan sehari hari orang tuanya. “Alhamdulillah setidaknya bisa membantu orang tua,” ujarnya.
Farid membuka usaha warung itu setiap malam. Siangnya, dia juga aktif membantu budi daya ikan lele dari teman teman sesama penerima program.
“Kalau siang saya bantu ternak lele, sekalian untuk belajar agar nanti bisa mengelola sendiri ketika sudah punya lahan,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko