MALANG, Tugumalang.id – Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang menunjukkan tren pengangguran terbuka (TPT) terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Angka TPT sempat menurun sedikit di tahun 2021, namun kembali naik di tahun 2022.
Dimulai pada tahun 2018, angka TPT berada di angka 3,15 persen atau 44.910 jiwa. Kemudian angka ini mengalami kenaikan di tahun 2019 menjadi 3,7 persen atau 53.312 jiwa.
Pada tahun 2020, data BPS mencatat jumlah TPT di Kabupaten Malang sebanyak 5,49 persen atau 81.532. Angka ini meningkat cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga: Disnaker Dorong BLK Segera Dibangun Guna Entas Angka Pengangguran
Kemudian di tahun 2021, terdapat sedikit penurunan. TPT di tahun 2021 tercatat sebesar 5,4 persen atau 77.267 jiwa. Angka ini kembali naik di tahun 2022 menjadi 6,57 persen atau 97.319 jiwa dari total jumlah angkatan kerja di Kabupaten Malang yakni sebesar 1.481.324 jiwa.
Ketua Tim Sosial BPS Kabupaten Malang, Maulidiah Niti Vijaya MSi menjelaskan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya TPT di tahun 2020 adalah pandemi COVID-19. “Kemudian di tahun 2022 angkanya masih 6,57 karena euphoria masyarakat mencari pekerjaan cukup tinggi namun lapangan kerja belum tersedia,” ujar Maul.
Kepala BPS Kabupaten Malang, Surya Astuti mengatakan bahwa pengangguran di sini tak hanya sebatas di sektor industri, tetapi juga di sektor perdagangan dan pertanian.
“Dari sektor pertanian pernah ditemukan fenomena kelangkaan pupuk. Kelangkaan pupuk ini membawa dampak yang cukup besar bagi TPT. Jadi pengangguran ini tidak hanya dilihat dari satu sektor saja,” kata Surya.
Baca Juga: Angka Pengangguran di Kota Batu Tembus 11 Ribu, Waktunya Disnaker Unjuk Gigi
Oleh karenanya, untuk pengentasan pengangguran ini diperlukan kerja sama berbagai pihak, tak hanya Dinas Tenaga Kerja dan sektor industri saja. Ia menyarankan agar ada kerja sama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk bersama-sama menganalisis permasalahan pengangguran ini dan mencari solusinya.
“Jadi kalau ingin mengurangi pengangguran, dilihat dulu sektor mana yang paling besar menyumbang prosentase. Karena bukan hanya dari sektor industri, ada beberapa sektor. Setelah kita tahu mana yang paling besar, bisa bersama-sama mencari solusinya,” tutur Surya.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A