Oleh Nurcholis MA Basyari*
Terjangkit Covid-19 bukanlah kiamat. Itu cara Allah menunjukkan kasih sayang-NYA. Respons baik terhadap Covid-19 kala datang menerpa sangat berpengaruh bagi daya tahan dan proses penyembuhan.
Begitulah yang kami rasakan saat saya, istri saya Yayah Nuriyah, dan anak sulung kami Nur Muhammad Romdhoni (Dhoni) positif terpapar penyakit virus Corona 2019 (Covid-19). Kamis (1/7/2021) pagi atau sekira 12 jam sepulang dari Bandar Lampung, saya merasa tidak enak badan. Saya menangkapnya sebagai sinyal alarm tubuh agar segera ambil langkah-langkah yang diperlukan. Curiga terpapar Covid-19, saya langsung tes swab antigen mandiri. Hasilnya reaktif alias positif Covid-19.
Sebelum tes itu, saya meminta seluruh anggota keluarga, termasuk dua putri kami Nurul Amelia Assalavi dan Mikyal Rahmadhani Assalavi untuk memakai masker medis dan menjaga jarak sebagai bagian dari protokol kesehatan. Kedua anak kami terkecil itulah yang kemudian bahu membahu menyiapkan kebutuhan tiga “pasien” Covid-19 yang sedang isolasi mandiri (isoman) di rumah kami itu.
Kami tidak kaget dengan hasil tes tersebut karena sebelumnya kami sudah tanamkan dalam diri kami bahwa apa pun hasilnya, kita terima dan jalani saja. Dua hari kemudian, istri saya Yayah dan anak kami Dhoni kehilangan fungsi penciuman. Mereka berdua memang punya kontak erat karena semobil menjemput saya dari Bandara Soekarno-Hatta Tangerang menuju rumah kami di Depok, Jawa Barat. Alhamdulillah Amel dan Mikyal negatif. Anak kedua kami Nur Habibur Rohman Assalavi yang bekerja di Garuda Maintenance Facility (GMF) dan tinggal di Tangerang juga negatif, meski rekan kerjanya banyak yang terpapar Covid-19.
Nikmati sebagai Cuti dari Sang Maha Kasih
Saya sangat bersyukur karena kami dapat menerima kenyataan terpapar Covid-19 dengan lapang dada dan tidak menjadikannya sebagai momok yang menakutkan. Bagi saya, ini bonus cuti dari Allah, Tuhan Yang Maha Penyayang. Ya, ini sebagai cara Allah mengistirahatkan saya, istri, dan anak kami tersebut. Kami meyakini ini sebagai jeda sekaligus untuk menumbuhkan antibodi secara alami.
Bagi saya, jeda itu sangat relevan karena sepanjang lebih dari setahun masa pandemi Covid-19, saya tetap aktif bergerak di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan ke berbagai kota di sejumlah provinsi di Indonesia. Pergerakan itu untuk berbagai keperluan, termasuk silaturahim, menguji kompetensi wartawan, dan bersama tim mengelola Tugu Media Group yang menaungi dua situs berita (siber), yakni Tugumalang.id dan Tugujatim.id.
Sebagai ilustrasi, selama Juni 2021, saya menempuh jarak 1.127 km mengunjungi 49 tempat di 10 kota di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Lampung. Total perjalanan saya selama semester pertama 2021 itu mencapai jarak sepanjang 17.257 km atau sekira 43% keliling dunia. Selama enam bulan itu, saya menyinggahi 65 kota dan mengunjungi 631 tempat di kota-kota itu.
Kami menikmati isoman sebagai cuti alias libur dari berbagai aktivitas yang selama ini saya jalani. Saya istirahat total sembari bermuhasabah, komtemplasi untuk berusaha makin mendekatkan diri pada-NYA. Kalau Yayah dan Dhoni hanya bergejala kehilangan fungsi penciuman (anosmia), gejala yang saya alami agak lebih “nikmat”. Meski suhu normal di kisaran 36-37 derajat Celcius, saya terkadang merasa kedinginan, terutama setelah terkena air. Penciuman dan indera perasa saya juga normal berfungsi, tapi saya merasakan ngilu yang teramat sangat di perut bagian kanan atas dan punggung kanan bagian bawah. Rasa sakitnya seperti mengalami dislokasi persendian, salah urat atau cedera otot.
Sepekan kami berjuang menikmati paparan Covid-19 dan melawannya dengan semangat tempur tinggi menghadapi perang semesta melawan penyakit virus korona 2019 itu. Kami disiplin mengatur waktu istirahat, makan-minum, dan berolah raga sambil berjemur di waktu dhuha. Kami tidur setelah sholat Isya dan bangun sebelum waktu subuh tiba. Kami makan buah, sayur, dan makan pokok sebagai bernutrisi untuk menjaga asupan dan stamina tubuh.
Bersyukur Merasakan Kasih Sayang-NYA yang Berlimpah
Alhamdulillah, pada hari ke-8 Isoman, saya sudah negatif Covid-19. Istri saya Yayah dan anak kami Dhoni “hanya” empat hari mengalami anosmia. Pada hari ke-5, penciuman mereka sudah pulih. Meski begitu, kami bertekad tetap melanjutkan Isoman, memakai masker, dan menjaga jarak.
Sungguh, kami merasakan syukur yang teramat dalam karena dapat merasakan nikmat dan kasih sayang Gusti Allah Yang Maha Welas Asih di tengah serbuan Covid-19. Betapa tidak? Dalam kondisi terpapar Covid-19 dan Isoman, kami dapat tetap tenang menghadapinya dan tidak merasakannya sebagai momok menyeramkan dan menakutkan.
Selain itu, Tuhan mengirimkan para malaikat dalam wujud orang-orang pilihan-NYA yang begitu sayang pada kami. Mereka mengirimkan simpati, doa-doa, dan dukungan sebagai wujud perhatian dan kasih sayangnya kepada kami.
Sahabat saya yang seorang pengusaha properti sukses, Dirut PT Duta Anggada Realty Ventje Suardana begitu dapat kabar kami terpapar Covid-19 tampak terpukul. Beliau yang juga sedang Isoman karena terpapar Covid-19 langsung menyiapkan obat-obatan dan multivitamin dalam jumlah yang banyak dan cukup untuk kami sekeluarga.
“Pak Nur, saya ikut sedih Bapak, Bu Yayah, dan Dhoni terpapar Covid-19. Pak Nur dan keluarga harus sembuh dan tetap semangat. Hari ini juga saya kirim obat-obatan dan vitamin ke rumah Pak Nur. Tolong Pak Nur dan keluarga minum setiap pagi ya biar lekas sembuh dan fit,” kata pria asal Surabaya, Jawa Timur, itu.
Ventje segera mengutus putranya, Alvin Suardana, untuk memesan obat-obatan dan multivitamin, termasuk Azithromycin, vitamin B kompleks, vitamin C dosis 1.000 mg, vitamin D3, dan vitamin E. Dalam hitungan jam, kiriman obat-obatan dan vitamin itu sampai ke rumah kami.
Kakek satu cucu yang sangat rendah hati dan penggemar balapan MotoGP itu pun tidak lupa menyelipkan semangat dalam balutan humor. “Ayo Pak Nur, kita lomba siapa yang duluan negatif, ha…ha…ha…”
“Siap, dokter Ventje. Terima kasih banyak atas kiriman obat-obatan dan vitaminnya. Juga doa dan atensinya. Hanya Tuhan yang dapat membalas kebaikan Pak Ventje sekeluarga,” jawab saya yang disambut tawa lepas Ventje.
Pemilik banyak hotel itu memang dikenal sebagai “dokter” berjalan. Itu antara lain berkat jejaringnya yang luas dengan kalangan medis, baik di dalam maupun luar negeri. Jejaring itu dia bangun saat merawat kedua orang tuanya, yakni Bapak Rudy Suardana dan mendiang Ibu Susianawati Harlim Suardana. Ventje dikenal sebagai anak yang sangat berbakti dan penuh perhatian kepada kedua orang tuanya.
Kiriman Telur Ayam Kampung
Saudara saya lainnya, yakni pakar komunikasi dan motivator kondang DR Aqua Dwipayana dan istrinya, Retno Setiasih juga kompak sigap bertindak. Selain intensif memantau perkembangan kondisi kesehatan kami setiap hari, pasutri yang rendah hati dan humanis itu mengirimkan tiga rak telur ayam kampung. Mereka tahu kami kesulitan mendapatkan komoditas berprotein tinggi itu. Langganan kami biasa belanja telur ayam kampung lempar handuk memenuhi order kami lantaran barangnya langka.
“Assalamualaikum Mas Nurcholis, bagaimana kondisi kesehatannya? Bagaimana juga dengan Mbak Yayah dan Dhoni? Mohon maaf, kiriman telur kami sudah sampai belum?” kata Aqua.
“Alaikumsalam Mas Aqua. Mohon maaf, belum. BTW, terima kasih atas atensi, doa, dan kiriman telurnya,” jawab saya.
Retno Setiasih yang mendengar percakapan telepon kami itu kemudian langsung mengontak peternakan ayam kampung tempat ibu dua anak itu biasa berlangganan beli telur. Setengah marah-marah, Retno menegur mereka dan meminta agar telur ayam kampung pesanannya segera dikirimkan.
“Assalamualaikum Mbak RETNO, Mas AQUA. Alhamdulillah kiriman telurnya yang buanyaak banget sudah sampe. Terima kasih banyak…. Semoga Mbak RETNO dan Mas AQUA sekeluarga tetap sehat dan fit, rezekinya bertambah dan barokah. Aamiin Yaa Robbal aalaamiin,” demikian kata Yayah dalam pesan singkat yang dikirim via WhatsApp (WA) kepada Retno dan Aqua.
“Sama-sama ya Mbak Yayah. Semoga lekas sembuh dan sehat seperti sediakala,” kata kedua orang tua Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana itu senada.
Adik sepupu kami, Laeli Isnovianti, dari Purwakarta, Jawa Barat, juga mengirimkan antivirus Oseltamivir. Dia juga mengirimkan mangga yang langsung kami lahap setelah kami menerimanya.
Selain meminum obat-obatan dari Ventje dan Laeli, kami sekeluarga setiap pagi juga makan dua butir telur ayam kampung setengah matang.
Saudara-saudara kami lainnya, termasuk jamaah umrah The Power of Silaturhim (POS) juga memberikan simpati, dorongan semangat, dan doa-doa. Ibu Guru Siti Amanah, kakak kandung saya yang juga jamaah POS I asal Makassar, Sulawesi Selatan, mengirimkan obat dan minuman herbal. Kakak saya lainnya, Muthmainnah, dari Slawi, Jawa Tengah, mengirimkan rempah-rempah dan aneka makanan kesukaan kami. Haryo Prasetyo Dwiatmoko, wartawan senior yang juga jamaah POS I mengirimkan dua botol obat herbal sambiloto yang berisi 120 butir kapsul dan kopi gayo. M Evendi dan istrinya, Prapti Riyanto, jamaah POS III asal Makassar mengirimkan sekeranjang buah.
Ibu mertua saya, Siti Aminah, dari Tiga Herang, Rajadesa, Ciamis, Jawa Barat, juga mengirimkan 30-an butir telur ayam kampung, saur mayur dan buah-buahan, termasuk dua karung besar kelapa muda. Adik sepupu Yayah, yakni Lia Nursofa juga mengirim dua rak telur ayam kampung. Teman-teman kuliah Dhoni di Jurusan Sosiologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta juga mengirimkan simpati, doa, dan sekeranjang buah. Dhoni sempat kuliah dua semester di UIN sebelum pindah menuntaskan kuliah S1 di Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia.
Tangis Kesembuhan yang Melegakan
Pada hari ke-5 dan ke-6, saya intensif merenung di atas sajadah. Saya renungkan betapa tak terbilangnya nikmat dan karunia Tuhan kepada kami. Dan betapa tidak ada apa-apanya bilangan syukur kami kepada-NYA. Saya bayangkan wajah saudara-saudara, sahabat, dan kerabat yang baik, penuh kasih, dan perhatian tersebut. Juga rekan-rekan dan saudara yang tengah dirundung duka terkena Covid-19 dan dibalut nestapa lantaran sanak famili mereka pergi mendahului ke alam baka karena diserang virus SARS-CoV-2 itu.
Dalam renungan-renungan muhasabah itu, tanpa terasa air mata deras mengalir, jatuh membasahi kain sarung dan sajadah. Seiring dengan itu, deras pula mengucur –mohon maaf- lendir ingus dari kedua lubang hidung. Bersamaan dengan itu, saya merasakan virus-virus itu mati kepanasan dan keluar. Alhamdulillah, lega sekali rasanya.
Pada hari ke-8, kami tes swab antigen lagi. Hasilnya nonreaktif alias negatif. Kami lanjutkan Isoman lagi dalam sepekan ke depan. Tujuannya untuk tetap berjaga-jaga dan memulihkan kondisi kesehatan kami. Juga agar tidak berpotensi menyebarkan Covid-19 ke orang lain.
Alhamdulillah, kepasrahan, ketenangan disertai disiplin berikhtiar melawan Covid-19, telah mengantarkan kami menuju gerbang kemenangan dari satu pertempuan dalam perang semesta melawan Covid-19. Kami menyadari, perang semesta melawan Covid-19 belumlah usai. Pertempuran demi pertempuran harus dihadapi hingga akhirnya benar-benar kita memenangi perang semesta melawan Covid-19.
Dan saya yakin kita bisa memenanginya. Kuncinya, seperti kata Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, dr Tjatur Prijambodo, MKes. Menghadapi pasukan Covid-19 yang tidak kasat mata, kata beliau, kita harus berikhtiar memadukan senjata medis dan teologis (spiritual). Jangan mengedepankan salah satunya. Jika medis yang dikedepankan, yang terjadi ialah kecongkakan. Sebaiknya, jika teologis yang dikedepankan, yang terjadi ialah kesalahpahaman lantaran munculnya oligopoli bahkan monopoli kebenaran tafsir.
Dan, semua ikhtiar kami menghadapi Covid-19 itu tentunya sebagai wujud syukur kepada Tuhan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang begitu besar kepada kami sekeluarga.
Maha benarlah Allah atas firman-NYA dalam Surat Ibrahim: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku (Allah) akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-KU), maka pasti azab-Ku sangat berat (QS 14:7).
**Direktur Pelaksana Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Pemimpin Redaksi Tugujatim.id, Tugumalang.id (Tugumedia Group) dan kini menempuh Program S3 di Universitas Pajajaran.