Tugumalang.id
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
No Result
View All Result
Tugumalang.id
No Result
View All Result
Home News

Tantangan Mahasiswa Kedokteran di Masa Pandemi, Jarang Bertemu Pasien

Redaksi by Redaksi
Senin, 14 Feb 2022
in News, Pendidikan
Reading Time: 2 mins read
A A
Prof. Dr. Mulyadi, dr. Sp.P (K), FISR, guru besar pertama Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). (Foto: Dokumen/Basra)

Prof. Dr. Mulyadi, dr. Sp.P (K), FISR, guru besar pertama Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). (Foto: Dokumen/Basra). (Foto: Dokumen/Basra)

Share WhatsappShare FacebookShare Twitter

Tugumalang.id – Pembelajaran yang dilakukan dengan daring selama masa pandemi tidak sepenuhnya menjadi solusi bagi sektor pendidikan, termasuk fakultas kedokteran. Karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diatasi dengan daring. Misalnya, kebutuhan mahasiswa untuk bertemu dengan pasien. Keadaan ini mengkhawatirkan.

Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Mulyadi, dr. Sp.P (K), FISR, guru besar pertama Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi yang disampaikannya pada Sabtu (15/10/2021), dia mengatakan pembelajaran jarak jauh selama pandemi membuat mahasiswa kedokteran mengalami keterbatasn untuk berinteraksi dengan pasien.

“Saat pandemi COVID-19 dan mengacu pada Surat Edaran Kementerian No. 1 tahun 2020 tentang pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah, telah mengurangi kesempatan mahasiswa pendidikan profesi dokter dapat berinteraksi dengan pasien. Ini telah mengusik nurani saya terhadap pendidikan dokter,” katanya kepada Basra partner Tugujatim.id, (15/10/2021).

Dikatakan guru besar kelahiran Trieng Meduro, Sawang, Aceh Selatan, pada 19 Agustus 1962 ini, dalam pidatonya yang berjudul judul Tantangan Pendidikan Dokter Serta Rumah Sakit Pendidikan dalam Pandemi Covid-19 bahwa menghadapi keadaan pandemi para pendidik kedokteran diharuskan untuk menggunakan sistem berbasis teknologi dan simulasi melalui daring.

“Ini merupakan tantangan sekaligus pertaruhan. Mengingat prinsip utama dalam pendidikan kedokteran –prinsip pengajaran klinis ideal yang tidak dapat digantikan adalah tidak ada guru yang lebih baik selain pengalaman langsung menghadapi pasien,” katanya mengungkapkan.

Suami dari Dr. Arti Lukitasari, dr.,Sp.M ini mengatakan, kegiatan pedagogis memakai simulasi dan inovasi teknologi selama pandemi seperti kuliah daring, simulator virtual webcasting, diskusi ruang daring, telah menghilangkan setidaknya mengurangi esensi pendidikan yang bertujuan menghasilkan seorang dokter yang sesuai dengan panduan pendidikan dokter Indonesia.

“Regulasi yang membatasi hubungan antara peserta pendidikan dokter dengan pasien pada masa pandemi merupakan dilema, karena seorang dokter kelak akan menghadapi orang yang sakit, sesuai tingkat kompetensinya. Ke depan, merupakan suatu keniscayaan agar mahasiswa pendidikan profesi dokter untuk terlibat dan ikut melihat pasien yang nyata di rumah sakit dengan alat pelindung diri maksimal, serta mengikuti protokol kesehatan,” katanya.

Menurut Prof Mulyadi, mahasiswa kedokteran harus dibekali kesiapan menghadapi kasus pandemi.

“Mahasiswa kedokteran harus siap menghadapi kasus-kasus yang terjadi berulang dan terjadi kapan saja, dimana saja,” tandasnya.

Pandemi COVID-19, lanjutnya, memberikan banyak pelajaran baru dalam berbagai lini kehidupan yang harus dipelajari dan diterapkan agar seseorang bisa survive.

“Pandemi ini sebenarnya masalah perilaku. Jadi kalau kita bisa menjaga perilaku sebagaimana seharusnya yang sudah ditetapkan maka pandemi ini akan cepat selesai,” tegasnya.

Pandemi COVID-19, kata Prof Mulyadi, tak berbeda jauh dengan TBC, Demam Berdarah, ataupun Malaria dimana dibutuhkan perilaku hidup sehat untuk menangkalnya.

“Masalah utama menghadapi Pandemi terletak pada perilaku dan kebiasaan hidup,” imbuhnya.

 

Sumber Artikel : Berita Anak Surabaya (Basra).

Editor : Herlianto. A

Tags: Mahasiswa KedokteranMasa PandemipendidikanUniversitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Previous Post

Terseret Arus Sungai Amprong, Warga Poncokusumo Ditemukan Tak Bernyawa

Next Post

Antisipasi Gejolak COVID-19 Gelombang 3, Pemkot Malang Siapkan Vaksin Booster

Next Post
Penyaluran vaksin COVID-19 bagi masyarakat di Kota Malang. Foto: Rubianto

Antisipasi Gejolak COVID-19 Gelombang 3, Pemkot Malang Siapkan Vaksin Booster

BERITA POPULER

  • Kiai asal Sanan Kota Malang

    Mengenal KH Achmad Dachlan, Kiai Asal Sanan Kota Malang yang Hari Wafatnya Diperingati Tiga Hari Berturut-Turut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Percepat Perbaikan Jalan Rusak, Bupati Malang Upayakan Dana dari ADD dan PAK

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Penampakan Wajah Baru Pasar Induk Among Tani Kota Batu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Coldplay, Bagaimana Perjalanan Chris Martin Cs Menuju Kesuksesan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berlari Bisa Berbahaya Bagi Diri, Begini 8 Tips Berlari yang Benar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Tugumalang.id

© 2022 Tugu Malang ID - Powered by Tugu Media Group

Navigate Site

  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Form Pengaduan
  • Pedoman Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan

© 2022 Tugu Malang ID - Powered by Tugu Media Group