Tugumalang.id – Sejumlah pegiat lingkungan meggelar aksi di Alun-alun Kota Malang, Jawa Timur, dengan mengusung keresahan atas kondisi Sungai Brantas. Aksi itu dilakukan bertepatan dengan Hari Lahan Basah Internasional pada Kamis (2/2/2023).
Mereka berasal dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) dan Asosiasi Komunitas Sungai Nusantara (AKSI Nusantara). Dalam aksi itu mereka juga mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai yang ada di Kota Malang.
Pegiat Zero Waste Ecoton, Tonis Afrianto, menjelaskan bahwa kampanye ini juga merekomendasikan Pemerintah Kota Malang untuk mempeluas layanan tata kelola sampah hingga di setiap kelurahan.
“Jadi Pemerintah bisa membangun TPS 3R di setiap kelurahan dengan didukung fasilitas sampah di kelurahan dan masyarakat yang hidup di bantaran sungai,” ucapnya.
Dia juga mendorong pemerintah untuk mengalokasikan anggaran yang cukup untuk memperbanyak kawasan bebas sampah atau Zero Waste Cities. Kawasan ini bisa menjadi solusi pengelolaan sampah mandiri skala kelurahan agar sampah terkelola dengan baik, benar dan tidak bocor ke sungai.
Selain itu, pemerintah juga didorong untuk melakukan edukasi kepada masyarakat dalam upaya mengurangi sampah plastik maupun menggelorakan gaya hidup bebas sampah.
“Penegakan hukum juga harus tegas bagi pelaku pembuangan sampah ke sungai,” tegasnya.
Pihaknya menilai bahwa kondisi Sungai Brantas di Kota Malang cukup memprihatinkan. Padahal sungai merupakan ekosistem lahan basah yang menyimpan aneka ragam hayati dan bermanfaat bagi ekonomi, ekologi maupun budaya.
Namun sampah sampah plastik yang dibuang ke sungai mengakibatkan munculnya polusi mikroplastik. Bahkan hasil penelitian Ekspedisi Sungai Nusantara pada 2022 menyatakan bahwa Jatim menjadi salah satu provinsi tertinggi yang terkontaminasi mikroplastik.
Sebagaimana diketahui, sampah plastik tidak mudah terurai dan hanya akan terpecah menjadi mikroplastik. Faktor yang menyebabkan sampah plastik terpecah menjadi mikroplastik adalah pelapukan, fotolisis, abrasi, mekanik, dan bahkan dekomposisi mikroba.
Peneliti mikroplastik dari Ecoton, Rafika Aprilianti, mengatakan bahwa sifat persisten dari mikroplastik yang ada di sungai tidak akan mudah dihilangkan dari aliran sungai.
“Tingkat kontaminasi polusi mikroplastik dapat berdampak pada rantai makanan di perairan. Mulai dari mikroorganisme seperti plankton, berbagai jenis ikan, dan mamalia,” jelasnya.
“Mikroplastik yang telah terakumulasi di lingkungan akan mempengaruhi kesehatan lingkungan beserta biota yang ada di dalamnya,” imbuhnya.
Menurutnya, mikroplastik yang ada di sungai juga bisa menyerap dan mengangkut racun menuju rantai makanan manusia. Dia menyebutkan bahwa 50 persen penyakit manusia timbul akibat faktor lingkungan.
“Paparan mikroplastik pada ibu hamil bisa menyebabkan berkurangnya berat testis pada calon bayinya. Selain itu juga bisa merusak sel epitel pada reproduksi dan penurunan jumlah sperma,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A