Tugumalang.id – Pesantren Luhur Baitul Hikmah Kepanjen, Kabupaten Malang, menyambut tahun baru Islam 1445 Hijriah dengan hal-hal bermanfaat. Salah satunya dengan menggelar khitanan massal bagi anak yatim-piatu, duafa dan warga sekitar pada Sabtu (15/7/2023).
Pesantren asuhan Gus Ach Dhofir Zuhry tersebut bukan kali ini saja menghelat khitanan massal. Tetapi ini sudah yang kedua kalinya, sebelumnya juga dilakukan oleh pesantren filsafat tersebut di lokasi yang sama.
Acara tersebut diikuti oleh belasan anak dari beberapa daerah di Kabupaten Malang, di antaranya Desa Kemiri, Gampingan, Sukorejo, Gagak, bahkan sampai daerah Tajinan.
Baca Juga: Pesantren Attamur di Bandung Bina Anak Jalanan, Warga Kurang Mampu, hingga Pecandu Narkoba
Ketua pelaksana acara, Difan, mengatakan bahwa sebelum kegiatan tersebut digelar sudah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui media sosial dan penyebaran pamflet ke beberapa daerah di Malang Selatan mulai 27 Juni sampai 13 Juli 2023.
“Untuk kuota, awalnya kita tetapkan 20 anak, cuma kita dapat 11 orang,” kata Difan saat sesi acara berlangsung.
Acara dimulai pukul 07.00 WIB dengan pembacaan istigosah dan doa bersama sekitar lima belas menit di musala. Kemudian diteruskan dengan menghidupkan petasan oleh pengasuh pesantren Luhur Baitul Hikmah, Gus Dhofir, sembari peserta khitan dinaikan odong-odong untuk dibawa jalan-jalan keliling desa supaya tidak tegang.
Baca Juga: Bawaslu Kabupaten Malang Tolak Usulan TPS Khusus Pondok Pesantren
Acara tersebut juga didukung oleh Wani Piro Car Community, lembaga amal dan sedekah di Kepanjen. Suhadak Sando, pendiri lembaga tersebut mengatakan bahwa memang pihaknya selalu mendukung jika ada acara yang bersifat sosial.
“Komunitas Wani Piro ini baru berjalan 1 tahun, dari pertemanan dengan niat setiap bulan membuat kegiatan yang baik. Salah satunya dengan khitanan massal ini,” Suhadak Sando di lokasi acara.
Sebelas anak lalu dikhitan di ruang khusus Pesantren Luhur Baitul Hikmah dengan petugas khitan berjumlah 2 orang.
Dengan diiringi salawatan, satu persatu peserta dikhitan ‘dieksekusi’ dengan estimasi waktu 15 menit. Ketika proses khitan berlangsung, ada salah satu peserta berumur 7 tahun menangis hebat ketika memasuki ruangan.
Ada juga yang bermain handphone ketika pelaksanaan khitan, bahkan ada anak dengan wajah tenang dari awal pelaksanaan sampai selesai dikhitan.
“Gak loro Mas, mek pas dijahit kerih-kerih tok (tidak sakit, Mas, hanya geli saja ketika dijahit),” kata Moh Nanang Saiful, salah satu peserta khitan setelah selesai disunat.
Sementara, di tempat yang sama, mahasiswa KKN Universitas Brawijaya datang menghibur anak-anak yang sudah sunat dengan berbagai permainan seperti tebak-tebakan, game, kuis, tanya jawab agar anak-anak tidak merasakan sakit.
Reporter: M Reza Amrullah
Editor: Herlianto. A