Tugumalang.id – “Rasa Sagu Forno di mulut terpisah karena kita makan dengan air, kalau kita tidak makan dengan air, kopi misalnya pasti rasanya seret, karena dia tidak ada pelembut dan pengembang. Dia betul-betul tepung sagu,” kata seorang presenter ketika mencicipi Sagu Forno, makanan khas dari Indonesia timur.
Sagu Forno merupakan makanan khas Suku Tobelo Dalam, Kabupaten Halmahera, yang masih ada dan diproduksi hingga saat ini. Makanan sagu boleh dibilang makanan pokok di sana, sehingga posisi seperti beras bagi masyarakat Indonesia bagian barat. Karena itu Sagu Forno boleh disebut pengganti beras dari Timur Indonesia.
Baca Juga: 5 kuliner Minuman Es di Kota Malang
Untuk membuat Sagu Forno, masyarakat Suku Tobelo Dalam perlu menyiapkan bahan berupa tepung sagu. Awalnya, pohon sagu yang telah berusia satu tahun dipanen untuk diolah menjadi sagu yang siap dikonsumsi. Adapun yang diambil dari pohon tersebut yaitu saripati yang sudah melalui beberapa tahapan.
Sebelum Sagu Forno siap dikonsumsi, ibu-ibu dan bapak-bapak Suku Tobelo Dalam bersama-sama mengolah pohon sagu. Dimulai dari memotong pohon menjadi beberapa bagian, lalu per tiap bagian dicongkel untuk diambil serat dari pohon sagu tersebut. Kemudian, serat direndam dan diperas untuk mendapatkan saripatinya.
Saripati yang telah terkumpul biasanya diendapkan dulu hingga membuat sarinya memiliki tekstur padat. Saripati yang telah dikumpul itu dimasukkan ke dalam wadah pelepah pisang berbentuk tabung lonjong. Kemudian dijemur selama satu hari di bawah terik sinar matahari.
Baca Juga: 15 Kuliner Malang dari yang Legendaris Sampai Populer, Bisa Dikunjungi Saat Liburan Tahun Baru
Setelah kering, saripati siap untuk diayak agar menghasilkan tepung sagu yang halus. Kemudian tepung tersebut siap dimasukkan ke dalam alat pencetak pembakaran atau biasa disebut Forno, karena itulah produknya disebut Sagu Forno.
Biasanya Forno dipanaskan terlebih dahulu sebelum tepung sagu dimasukkan. Hal inilah yang membuat sagu cepat matang dan merata.
Hasil dari Sagu Forno ini biasanya bertekstur keras sehingga tak jarang Suku Tobelo Dalam memakannya bersama air atau kopi agar tekstur sagu menjadi lunak. Dan memang ada perbedaan rasa ketika dikonsumsi dengan air dan kopi, sebagaimana dijelaskan oleh seorang persenter di awal tulisan ini.
Tepung sagu kaya akan karbohidrat namun miskin kandungan gizi lainnya. Biasanya 100 gram tepung sagu mengandung 335 gram kalori di dalamnya. Kalori inilah yang menyuplai kebutuhan makanan masyarakat di sana sehari-hari.
Dengan kata lain, mengonsumsi sagu sudah menjadi kebiasaan masyarakat daerah timur Indonesia sebagai pengganti beras.
Baca Juga Berita tugumalang.id di Google News
Penulis: Oleh: La Ode Abdul Farid
Editor: Herlianto. A