Malang, tugumalang.id – Seruan toleransi antar beragama dan persatuan antar anak bangsa mengemuka dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (31/10/2023) malam.
Peringatan Sumpah Pemuda itu dihadiri oleh ribuan peserta dari 72 lembaga lintas agama dan budaya hingga mahasiswa di Malang Raya. Peringatan itu digelar UMM bersama Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKAUB) Malang lewat talkshow Generasi Muda Lintas Agama dan Kepercayaan bertajuk Geregah Taruna Nusantara.
Dalam momen itu juga disuguhkan penampilan para anak muda yang mengangkat tema persatuan dan toleransi di kalangan anak-anak muda. Mulai tari-tarian nusantara, kuda lumping, aksi teatrikal dan lain-lain.
Dalam kegiatan itu juga dihadiri Kepala Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo hingga Asisten Deputi Revolusi Mental Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) Maman Wijayan.
Dalam agenda talkshow tersebut, Romo Benny menjelaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia menjadi faktor utama dalam upaya memperkuat keutuhan bangsa untuk bersatu meski memiliki latar belakang suku, ras, serta agama yang berbeda.
“Komunikasi itu sangat penting. Kita punya satu bahasa pemersatu yakni bahasa Indonesia. Sebagai contoh, di India itu sampai saat ini masyarakatnya sulit bersatu karena tidak punya bahasa pemersatu seperti kita,” katanya.
Romo Benny juga memberikan apresiasi kepada UMM, karena meski tercatat sebagai perguruan tinggi berbasis agama Islam, namun mampu mengimplementasikan kerukukan antar umat beragama. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya rasa eksklusif pada diri sivitas akademika kampus putih, termasuk para anak mudanya.
Sementara itu, Asisten Deputi Revolusi Mental Kemenko PMK RI Maman Wijayan menilai, generasi muda kini menghadapi tantangan pola pikir yang skeptis sekaligus memasuki era post truth. Maman mewanti-wanti agar para pemuda waspada terhadap musuh-musuh ideologi pancasila. Termasuk musuh yang kini tidak ada wujudnya secara fisik, namun dapat membahayakan pola pikir.
Baca Juga: Jagongan FKUB Malang Raya Wujudkan Pemilu Tanpa Politisasi Agama
“Kalau zaman dulu sebelum kemerdekaan, sudah jelas musuh kita adalah penjajah. Namun saat ini, musuh kita sudah bertransformasi menjadi penjajah yang tidak terlihat. Saya mewakili Kemenko PMK RI harus mengatakan kepada kalian semua untuk tetap untuk berhati-hati dengan ideologi transnasional,” tegasnya.
Menurutnya, ideologi transnasional yang berbahaya tersebut dapat memuncukan pandangan-pandangan yang menciptakan kembali neo-komunisme serta neo-liberalisme. Apalagi mengingat bahwa ideologi ini dapat mudah masuk ke anak-anak muda yang masih belum matang dalam alur logikanya.
“Maka, jangan bosan-bosan menambah ilmu dan memperkuat ideologi Pancasila. Pemikiran dengan alur logika yang kurang matang itu berbahaya. Apalagi jika tidak selektif dalam memilah informasi di era digital,” tegasnya.
Sementara itu, Rektor UMM Fauzan mengatakan jika dirinya sangat berbahagia karena dapat menjadi saksi dalam momen persatuan tersebut. Fauzan merasa bersyukur bisa hadir dalam suasana persatuan, tanpa sekat agama, ras, suku dan lainnya.
“Peringatan hari ini akan menjadi titik pangkal dari rajutan tali persahabatan antar anak bangsa di malang raya, tanpa sekat apapun. Mari kita bersatu menuju kedamaian,” ungkapnya.
Sekjen FKAUB Malang Pdt David Tobing menambahkan jika momen ini menjadi kado spesial bagi bangsa Indonesia karena bisa menyatukan seluruh lini generasi bangsa di Malang Raya.
“Harapan kita semua nanti bisa menginspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus berkarya dan merajut persaudaraan sejati,” ungkapnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
reporter: ulul azmy
editor: jatmiko