Tugumalang.id – Fenomena resesi seks ramai diperbincangkan sejak beberapa bulan belakangan. Bahkan, beberapa negara seperti Amerika Serikat, China, dan Jepang pun dikabarkan tengah mengalami resesi yang satu ini.
Resesi seks ditandai dengan anjloknya jumlah populasi dan angka kelahiran yang terus menurun. Banyak faktor yang menjadi pemicu resesi seks. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut faktor penyebab dari terjadinya resesi seks yang paling umum ditemui.
1. Masalah ekonomi
Persoalan keuangan tentu jadi salah satu faktor umum penyebab resesi seks di masyarakat. Pendapatan yang rendah, tidak stabil, atau kurang mencukupi cenderung membuat mereka merasa khawatir akan kehamilan.
Ketakutan akan tidak tercukupinya kebutuhan dan tanggung jawab terhadap anak di masa depan menjadi dasar dari permasalahan tersebut.
2. Ingin fokus pada karir
Dilansir dari Halodoc, kelelahan karena bekerja menjadi pemicu stres yang paling umum. Jika seseorang merasa lelah ditambah stres dan suasana hati yang buruk, gairah seksnya pun akan turut terpengaruh.
Gaya hidup juga dinilai menjadi salah satu pemicu dari peristiwa resesi seks. Memiliki anak dirasa dapat mengganggu kesibukan pekerjaan. Banyak wanita maupun pria yang menunda pernikahan karena masih menempuh studi atau karir.
3. Menemukan kesenangan selain seks
Menurut artikel The Economist, kaum muda di Jepang memandang seks sebagai mendokusai, atau “membosankan”.
Dengan munculnya internet, jauh lebih mudah untuk mengakses pornografi yang kemungkinan besar berkontribusi pada lonjakan aktivitas memuaskan hasrat diri sendiri tanpa adanya partner seks. Hal ini selanjutnya ikut andil sebagai salah satu sebab terjadinya resesi seks.
4. Enggan berkomitmen
Dikutip dari The Atlantic, kaum muda cenderung melakukan hubungan seks ketika mereka berada dalam hubungan jangka panjang, kata sosiolog Lisa Wade. Remaja didorong untuk fokus pada diri mereka sendiri. Itu membuat anak muda lebih fokus pada kehidupan akademik dan jenjang karir mereka.
Tidak hanya itu, ada pula pasangan yang memang memutuskan untuk tidak memiliki momongan atau childfree. Hal ini berpotensi dilakukan oleh pasangan dari generasi milenial dan Gen Z di masa depan. Seiring berjalannya waktu, keputusan tersebut dapat menjadi penyumbang resesi seks di waktu yang akan datang.
5. Nyaman sendirian
Tak sedikit yang merasa masih ingin merasakan kebebasan. Menikah akan menjadi sesuatu yang mengikat mereka dengan tanggung jawab besar, juga menjauhkan mereka dari kebebasan masa lajang.
Di sisi lain, mempunyai anak pastinya merupakan tugas besar bagi setiap pasangan suami istri. Mulai dari waktu, tenaga, materi, fisik, semua harus dikorbankan. Ada juga yang merasa bahwa dirinya adalah seorang yang independen dan mampu hidup sendiri tanpa adanya pendamping.
Reporter: Shinta Alifia
Editor: Herlianto. A