MALANG, Tugumalang.id – Upaya menggapai pelayanan publik yang profesional dan akuntabel era kepemimpinan Wali Kota Malang Sutiaji terus digaungkan. Salah satunya, melalui Dinas Tenaga Kerja Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Disnaker-PMPTSP) Kota Malang.
Kepala Disnaker-PMPTSP Kota Malang, Arif Tri Sastyawan menyampaikan, pihaknya telah mengeluarkan terobosan baru. Ialah Layanan Inkuisi Braille (Libra), sebuah inovasi yang menerbitkan dokumen perizinan dalam huruf braille.
Menurut Arif, inovasi yang diluncurkan sebagai kado HUT Kota Malang di tahun 2023 ini guna mendukung visi dan misi Wali Kota Malang Sutiaji mewujudkan Kota Malang ramah disabilitas.
Terlebih, melalui inovasi ini warga Kota Malang yang notabene tunanetra dapat membaca dokumen perizinannya secara mandiri.
“Nah tahun ini kami ada namanya (inivasi) Libra atau Layanan Inklusi Braille. Jadi selain mereka (tunanetra) dapat dokumen yang berisikan abjad, juga kami lengkapi dengan huruf braille,” kata Arif.
Saat ini, layanan Libra sudah mulai berjalan. Dengan sasaran awal, pelaku usaha pijat tunanetra. “Jadi selama ini, mereka (tunanetra) hanya mendapatkan surat (izin) pijat tradisional dalam bentu huruf abjad saja. Dengan Libra mereka akan mengetahui isi suratnya seperti apa, sampai kapan masa berlakunya surat tersebut,” sambungnya.
Untuk mendukung realisasi Libra, Disnaker-PMPTSP Kota Malang sudah melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait. Terutama camat dan lurah di wilayah Kecamatan Blimbing dan Lowokwaru untuk melakukan layanan jemput bola.
“Jadi warga yang tunanetra tidak perlu datang ke kelurahan, ke dinkes, ke MPP, tapi kita jemput bola. Kami datangkan lurah, kami datangkan camat, kami datangkan tim kesehatan dan kami dari Disnaker-PMPTSP akan kami berikan pelayanan satu hari disitu sampai dengan selesai,” beber dia.
Ke depan, layanan ini akan terus dikembangkan sehingga semu jenis layanan perizinan bagi warga ‘khusus’ akan dilengkapi dengan huruf braille.
“(Libra) sudah mulai terlaksana sejak pertengahan kemarin dan akan terus kami tindaklanjuti sampai semua teman-teman dari paguyuban tunanetra mempunyai legalitas untuk pijat tunanetra. Apalagi rekan-rekan tunanetra ini juga memiliki usaha-usaha lain seperti jualan, usaha kripik, kami juga bantu disitu,” sambungnya.
Sejalan dengan itu, Disnaker-PMPTSP juga tengah bersiap untuk menata MPP Merdeka agar ramah disabilitas dan ramah lansia. Beberapa infrastruktur seperti lift akan dipasang pada tahap ketiga yang rencananya terlaksana di tahun ini.
“Tahap ketiga di MPP tahun ini harus terlaksana, kami akan memberikan pelayanan khusus untuk kaum rentan dan difabel. Mulai dari membangun lift, juga akan kami lengkapi dengan guiding block. Jadi warga yang difabel dan rentan tidak perlu lagi melalui eskalator,” kata Arif.
Layanan MPP Merdeka juga akan dilengkapi dengan komputer yang berbasis huruf braille. Tambah Arif, hal ini sebagai bentuk kontribusi Disnaker-PMPTSP untuk mendukung semua visi Wali Kota Malang Sutiaji. Salah satunya, untuk memberikan layanan maksimal dan pelayanan prima pada masyarakat.
“Memberikan pelayanan prima adalah salah satu visi beliau (Wali Kota Malang Sutiaji) yang kami pegang dan tetap kita kembangkan, sehingga nanti image di masyarakat bahwa pelayanan publik itu berbelit-belit, njelimet, dan tidak slesai dalam segera itu akan kami rubah,” tegasnya.
Reporter: Feni Yusnia
editor: jatmiko