BATU – Pondok Pesantren (Ponpes) Kanzun Najah di Kota Batu, Jawa Timur saat ini menjadi pilihan terbaik santri untuk menempa ilmu keagamaan sekaligus menjadi entrepreneur sejati. Sembari menuntut ilmu agama Islam, mereka juga dilatih berbisnis di pesantren khusus putra ini.
Bisnis utama yang dilakoni di bidang agribisnis yaitu budidaya anggrek. Ada banyak macam jenis anggrek yang dibudidayakan santri di sini. Mulai jenis anggrek unggulannya seperti dendrobium, catleya, gramma dan lain-lain.
Selain budidaya, mereka juga dibimbing untuk memasarkan hasil anggrek ini untuk dijual dan bisa menjadi sumber penghasilan para santri. Hingga saat ini, anggrek mereka telah mendarat di berbagai daerah nusantara.
Maka tak heran bila memasuki pondok, maka nuansa budidaya anggrek di sana sangatlah terasa. Hampir di setiap penjuru tembok bangunan di lingkungan pesantren, mulai dari pintu masuk, kantor, saung hingga masjidnya dipenuhi tanaman anggrek berbagai jenis.
Berdiri sejak 28 November 2015, Ponpes Kanzun Najah telah menjadi rumah dan kawah candradimuka ratusan santri dari berbagai penjuru nusantara. Lokasi ponpes ini berada di Jalan Cendana, Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo.
Rata-rata santri disini adalah santri dewasa yang sudah mengenyam pendidikan tinggi baik S1 dan juga S2 di Malang, Jawa Timur. Ada dari Madura, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan hingga Sumatera.
Ponpes ini sendiri dibangun Gus Fatkhul Yasin yang adalah santri lulusan Ponpes tersohor di Kota Batu yakni Ponpes Mambaul Ulum di Sidomulyo. Pria yang akrab disapa Gus Yasin ini juga merupakan menantu dari (Alm) KH M. Abdul Jalil.
Berbeda dengan ponpes induknya, Ponpez Kanzun Najah memiliki konsep berbeda yang lebih moderat. Gus Yasin menjelaskan pondok ini dibangun dengan visi misi utama yakni ‘Faqiih wa’timadu bi nafsih’. Artinya membangun seorang santri berintelektual dan mandiri.
Menurut Gus Yasin, santri tidak hanya bertanggung jawab di ruang-ruang keagamaan, namun juga punya tanggung jawab dalam ruang publik lainnya. Pada akhirnya, santri juga nantinya kembali hidup berdampingan dengan manusia lain yang heterogen.
Jadi, sepulangnya santri dari pesantren tidak hanya ansih mengurusi soal halal-haram, sunnah-wajib, tapi juga wajib memikirkan kesejahteraan umat. Tidak hanya melulu memikirkan perkara identitas, tapi juga berkontribusi memecahkan masalah umat.
”Bukan kita permisif, tapi kami harus terbuka dan adaptif dengan perkembangan zaman. Kami harap para santri sepulang dari sini itu menjadi bagian dari solusi masyarakat, bukan malah jadi polusi,” kata dia ditemui reporter, Jumat (3/12/2021).
Seringkali Gus Yasin bilang kepada santri-santrinya untuk pulanglah dengan membawa konsep. Misal jika belum punya konsep, mending jangan pulang. Bagaimana cara mencarinya? Ponpes Kanzun Najah sejak awal digagas memberi ilmu kecakapan lain, yaitu ilmu berwirausaha.
Dalam praktiknya, selain sehari-hari menempa ilmu agama, santri juga dibekali ilmu tentang ekologi dan juga wirausaha. Salah satunya dengan cara budidaya anggrek. Disini ada 3 green house dengan isi anggrek berbagai jenis yang jumlahnya ratusan.
Green house ini sekaligus menjadi showroom bagi peminat untuk melihat anggrek hasil budidaya para santri. ”Setiap hari santri dijadwal secara bergilir untuk praktik merawat anggrek,” kata Gus Yasin.
Menurut Gus Yasin yang adalah menantu Almarhum Kyai Jalil, Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ulum ini, dari penjualan anggrek inilah yang bisa dijadikan sumber penghasilan tambahan bagi para santri. ”Disini sebulan sudah bisa kirim ratusan anggrek kemana-mana,” ungkapnya.
Bukan kaleng-kaleng, anggrek budidaya para santri disini sudah memiliki pangsa pasar sendiri meski di pasar domestik. Saat ini, mereka bersiap meluaskan bisnis mereka di dunia kerajinan tangan yakni talenan. ”Kami sedang siapkan menyasar pasaran (talenan, red) luar negeri,” janjinya.
Dari semua khazanah ilmu yang diberikan ini Gus Yasin berharap lulusan Kanzun Najah bisa menjadi solusi bagi masyarakat, baik secara ekonomi tapi juga agama, sebagaimana visi Ponpes Kanzun Najah ‘Faqiih wa’timadu bi nafsih’.
Dalam berdakwah ini, Gus Yasin menekankan bahwa kemandirian seorang santri adalah bangunan karakter paling penting. Dia mencontohkan seorang magister atau santri misal ingin mengabdi di desa terpencil atau jauh jaraknya, pasti membutuhkan materi.
Akhirnya, jika tidak ada maka dipastikan proses dakwah itu akan terganggu atau bahkan tertunda. Namun hal itu akan berbeda jika seseorang telah memiliki bangunan ekonomi yang tangguh.
”Jika dia tidak mandiri, maka pengamalan ilmu atau dakwah ini akan terhenti. Beda kalau sudah mandiri, dibayar gak dibayar atau kendala transportasi jauh gak jadi masalah,” paparnya mencontohkan.
Majlis Al-Kretek, Pengajian Gratis Bagi Anak Jalanan
Selain pondok pesantren, Yayasan Kanzun Najah juga memiliki program-program lain. Mulai dari Madrasah diniyah dan takhosus, majlis ta’lim, baitul maal hingga Griya Sehat. Yang paling unik, Kanzun Najah juga memiliki Majlis bernama Majlis Al-Kretek.
Majlis Al-Kretek sendiri adalah pengajian khusus untuk anak-anak jalanan seperti komunitas punk hingga vespa. Rata-rata mereka yang datang berpenampilan nyentrik bahkan bertato. ”Saya yakin surga dan neraka ditentukan oleh hati yang baik, bukan dari penampilan yang baik,” tutur Gus Yasin.
Namun, Gus Yasin selaku pengasuh Ponpes Kanzun Najah sangat terbuka untuk berbagi ilmu agama dengan mereka yang dipandang miring masyarakat. Tiap seminggu sekali, belasan anak jalanan ini datang untuk belajar baca tulis Al-Quran, berwudhu hingga salat.
”Majlis Al-Kretek ini sudah berlangsung sejak 2017 tapi sejak pandemi mulai mandek karena gak boleh ya secara prokes. Semoga saja pandemi bisa segera berlalu,” tambah dia.
Pengabdian Ponpes Kanzun Najah sebagai ponpes pendatang baru ini terhadap umat dibilang sudah setara dengan ponpes besar lain. Terlebih, pihak Ponpes juga membawa konsep edukasi pelestarian lingkungan.
Ke depan, Ponpes Kanzun Najah juga akan memiliki Pondok Ekologi yang segera akan dibangun di Drsa Pesanggrahan, Kota Batu. Nantinya, konsep edukasi ekologi ini bisa lebih komplit dan sinergis dengan program Kota Wisata Batu yang mengedepankan wisata agribisnis.
Di sana, Gus Yasin akan memulai kurikulum Ponpes yang berangkat dari wawasan, kurikulum hingga dapat menghasilkan produk-produk yang bersifat ramah lingkungan.
”Sebagai santri, saya kira ya harusnya begitu. Cinta kepada Allah SWT, sudah praktis juga mencintai makhluknya termasuk juga alam,” pungkasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Jatmiko