MALANG – Berdiri sejak tahun 1940, Pondok Pesantren (Ponpes) Annur 1, kini menjadi salah satu pesantren terbesar di Kabupaten Malang dengan reputasi yang tak diragukan lagi.

Ponpes Annur 1, terletak di Jalan Diponegoro VI, Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Ponpes ini mudah dijangkau. Karena berada di tepi jalan raya provinsi dengan papan nama yang cukup besar.
Di tahun 1940, sebelum menjadi pesantren, Annur hanyalah sebuah langgar untuk tempat mengaji anak-anak di desa sekitar. Nama Annur diambil dari nama pendirinya, KH Anwar Noer.
Lambat laun, langgar tersebut terus berkembang dan menjadi pondok pesantren yang mengkaji ilmu agama Islam. Santrinya pun mencapai angka ribuan.
Sejak berdiri hingga saat ini, Ponpes Annur memiliki visi yang tidak berubah, yakni mempersiapkan santri putra putri menjadi kader bangsa yang berkualitas, tangguh, mandiri, serta berilmu luas dan menjunjung tinggi akhlaqul karimah.
“Visi kami di sini adalah untuk mencetak kader santri yang intelektual dan Ahlussunnah wal jamaah, mencintai NKRI, dan pancasialis,” beber Dr Kiai Haji Ahmad Fahrurrozi, Pengasuh Ponpes Annur 1.
Ponpes Annur I memiliki lima asrama. Yakni Azzubaidah, Al-Burhany, Azzahra, Induk Putra, dan Induk Putri yang menampung total 1.600 santri dari berbagai kota di Indonesia.
“Santri-santri di sini kebanyakan asal Jawa Timur. Ada yang dari Malang, Surabaya, dan kota lain. Tapi yang asalnya dari luar Jawa Timur juga banyak. Ada yang dari Kalimantan, bahkan Papua,” ungkap Miftahul Jannah, Ketua Pengurus Asrama Azzubaidah, Ponpes Annur 1.

Setiap asrama memiliki kegiatan dan rutinitas yang berbeda-beda. Di asrama Azzubaidah, aktivitas santri dimulai pada pukul 03.00. Semua santri diwajibkan mengikuti sholat malam dan dilanjutkan dengan salat subuh berjamaah.
Selepas salat subuh, santri mengikuti pengajian tahfidz Quran sesuai dengan tingkatan mereka masing-masing.
Kegiatan dilanjutkan dengan sholat dhuha, mengaji kitab, dan kembali mengaji tahfidz quran. Sekolah formal baru dimulai pukul 12.00 hingga sore.
Di malam hari, mereka mengikuti Madrasah Diniyah Al-Quran sesuai dengan kelas masing-masing.
Selain belajar agama dan pengetahuan umum, santri juga bisa mengikuti ekstrakurikuler (ekskul). Ekskul yang bisa diikuti meliputi: jurnalistik, seni baca Al-Quran, seni bela diri, Al-Banjari, kajian ilmiah, dan lain sebagainya.
Yang menarik, santri yang mengikuti ekskul jurnalistik didorong untuk menulis novel atau membuat komik. Novel dan komik tersebut akan diterbitkan dan santri bisa mendapat royalti dari karya mereka tersebut.
“Di sini sudah ada beberapa santri yang mendapat royalti dari penjualan komik atau novel mereka,” ujar Miftahul Jannah bangga.

Ada banyak pelajaran dan kegiatan yang dilakukan oleh santri di Ponpes Annur Satu. Namun program yang diunggulkan di pesantren ini adalah tahfidz Al-Quran.
“Program unggulan kami di sini ada tahfidz Al-Quran yang kami biayai dengan Laziz Annur. Program ini bersifat reward. Setiap semester, kami ada ujian tahfidz. Siapa yang lulus 4 juz, akan diberi beasiswa selama satu semester,” ujar KH Ahmad Fahrurrozi.
Meski diunggulkan, program tahfidz tersebut tidak menargetkan santri untuk hafal seluruh Al-Quran. Bahkan, tidak ada target minimal hafalan.

“Program ini sebenarnya opsional, jadi tidak wajib. Tapi sangat didorong. Mereka tahfidz satu semester 4 juz itu akan dibebaskan SPP selama 6 bulan. Sehingga banyak yang berusaha untuk ikut itu,” imbuh pria yang akrab dipanggil Gus Fahrur.
Selain pondok pesantren, Annur 1 juga memiliki lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah (MA) dan SMK sebagai sekolah formal bagi para santri.
Santri yang lulus dari SMK maupun MA Annur Satu banyak yang melanjutkan kuliah ataupun langsung bekerja.
Namun banyak juga yang meneruskan ke pesantren untuk menggali ilmu agama lebih dalam atau meneruskan hafalan Al-Quran.
“Misi kami di sini, santri itu sekolah tapi harus mondok. Jadi dua-duanya jalan. Kami ingin mereka itu intelek tapi juga berpaham ahlussunnah wal jamaah,” ujar Gus Fahrur, yang juga Ketua PBNU ini.
Sebelum pandemi COVID-19, Annur Satu juga memiliki Majelis Ta’lim yang bisa dihadiri masyarakat umum. Namun hingga kini, program tersebut masih dihentikan karena situasi masih belum kondusif.
Reporter: Aisyah Nawangsari
editor: Jatmiko