Tugumalang.id – Berdiri sejak tahun 1963, Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoirot yang terletak di Desa Karangsuko, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, telah menjadi rumah dan madrasah bagi ribuan santri.
Pondok Pesantren ini didirikan oleh Kyai Syuhud Zayyadi di atas tanah yang dihibahkan oleh seorang dermawan. Awalnya, Kyai Syuhud Zayyadi diminta untuk memilih salah satu tanah di tiga lokasi yaitu di Desa Bulupitu, Desa Karangsuko, atau Desa Jogosalam. Ketiganya berada di Kecamatan Gondanglegi.
Kyai Syuhud Zayyadi memilih lokasi Desa Karangsuko karena kondisi masyarakat di sana kala itu cukup memprihatinkan secara agama. Kyai Syuhud berharap dengan adanya pesantren, masyarakat di Karangsuko dapat dibina agar hidup sesuai ajaran Islam.

Saat pertama berdiri, Ponpes Al-Khoirot hanya dibuka untuk santri laki-laki. Baru di tahun 1964, Ponpes Al-Khoirot dibuka untuk santri perempuan. Saat itu jumlah santri laki-laki hanya 18 orang dan santri perempuan hanya dua orang. Beberapa di antaranya merupakan kerabat dari Kyai Syuhud yang berasal dari Madura.
Seiring berjalannya waktu, Ponpes Al-Khoirot terus berkembang dan saat ini menampung sekitar 700 santri laki-laki dan 650 santri perempuan yang berasal dari berbagai kota di seluruh Indonesia.
Saat ini, Ponpes Al-Khoirot diasuh oleh putra-putri dari Kyai Syuhud. Ponpes putri diasuh oleh Nyai Lutfiyah Syuhud, putri keempat Kyai Syuhud. Sementara ponpes putra diasuh oleh Kyai Ahmad Fatih Syuhud, putra keenam Kyai Syuhud.

“Pengasuh pertamakan Kyai Syuhud, terus turun ke menantu, Kyai Zainal Ali Suyuthi. Kemudian beliau wafat, digantikan dengan adik iparnya, Kyai Ahmad Fatih Syuhud. Kalau (ponpes) putri, dari Nyai Masluhah Muzakki, terus Nyai Lutfiyah Syuhud,” jelas Ketua Pengurus Ponpes Al-Khoirot Putri, Nurul Karimah.
Selama 46 tahun, Ponpes Al-Khoirot hanya memiliki sekolah diniyah bagi para santrinya. Baru di tahun 2009, sekolah formal dibuka agar para santri bisa mempelajari ilmu pengetahuan umum layaknya murid sekolah lain.
Beberapa guru yang mengajar sekolah formal berasal dari luar lingkungan pondok. “Ada juga alumni pondok yang sudah lulus kuliah yang mengajar di sini,” ungkapnya.

Saat ini, Ponpes Al-Khoirot juga memiliki ekstrakurikuler bagi para santrinya. Untuk santri perempuan, ada ekskul pramuka. Sementara untuk santri laki-laki ada karate, pencak silat, dan kesenian Al-Banjari. Santri yang mengikuti pencak silat bahkan sering memenangkan kejuaraan di tingkat kabupaten.

Sekolah umum di Ponpes Al-Khoirot hanya terdiri dari SMP dan SMA. Memang di pondok ini, setiap santri yang masuk minimal usia 11 atau 12 tahun, yakni setara siswa kelas satu SMP. Namun, setelah lulus SMA, santri dibolehkan untuk tetap tinggal di pondok sebagai santri dewasa atau keluar dari pondok (boyong) dan lanjut berkuliah.
Kegiatan para santri Ponpes Al-Khoirot cukup padat. Pondok laki-laki dan perempuan memiliki jadwal yang sedikit berbeda. Namun keduanya memiliki program yang sama. Selain sekolah formal, mereka juga memiliki madrasah diniyah, kelas mengaji kitab, dan juga program tahfidz Al-Qur’an.
Di pondok perempuan, semua santri diwajibkan untuk mengikuti salat tahajud. Sementara di pondok laki-laki, tidak mewajibkan santrinya untuk salat tahajud. Selepas subuh, kedua pondok mewajibkan santrinya untuk mengikuti pengajian. Santri laki-laki mengikuti pengajian secara langsung, sementara santri perempuan hanya mendengarkan dari pengeras suara.
Setelah itu, santri mengikuti salat duha pada pukul 06.55 dan dilanjutkan dengan sekolah formal pada pukul 07.30 hingga 12.00 WIB.
“Kalau untuk santri dewasa, kalau jam formal kayak gini, ada kegiatan sendiri. Ada ngaji dan pematerian seperti fiqih,” jelas Nurul Karimah.
Pukul 13.20, santri melanjutkan madrasah diniyah hingga pukul 15.20. “Setelah salat asar, (dilanjutkan dengan) kegiatan pribadi. Kemudian salat magrib. Setelah salat magrib ngaji Qur’an,” sebutnya.
Ba’da isya, para santri mengaji kitab bersama dengan pengasuh pondok dan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan belajar. Pukul 22.00, seluruh santri diwajibkan untuk beristirahat.
Aktivitas di Ponpes Al-Khoirot tak terbatas pada pendidikan untuk santri. Ponpes ini juga memiliki lembaga penerbitan bernama Pustaka Al-Khoirot. Lembaga ini menjadi sarana bagi para santri dan guru untuk menerbitkan karya tulis.
“Pengasuh pondok (putra) sudah menulis banyak buku. Ada lebih dari 30 buku,” ujar pengajar di Ponpes Al-Khoirot Putra, Lutfi.
Buku-buku yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Khoirot didistribusikan baik di kalangan internal pondok maupun di kalangan umum. Melalui buku ini, Ponpes Al-Khoirot bisa menjangkau kalangan yang lebih luas dengan cara yang lebih efisien.
Ponpes Al-Khoirot juga memiliki lembaga Konsultasi Syariah Islam Al-Khoirot (KSIA) yang merupakan layanan konsultasi tanya jawab online tentang hukum Islam dan solusinya. Semua orang dapat mengakses layanan ini melalui website resmi Al-Khoirot. Ini merupakan upaya Ponpes Al-Khoirot untuk memberikan bimbingan, pencerahan, dan solusi agama bagi kalangan luar pesantren.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Lizya Kristanti