Malang – Sejak diterbitkan pada 1945, novel Animal Farm karya George Orwell terus menjadi perbincangan. Lebih dari sekadar kisah tentang hewan-hewan di sebuah peternakan, buku ini adalah sindiran tajam terhadap politik dan kekuasaan.
Novel ini mengisahkan sekelompok hewan di Peternakan Manor yang memberontak melawan pemiliknya, Tuan Jones, demi kebebasan dari penindasan manusia. Gerakan ini terinspirasi oleh pidato seekor babi tua bernama Old Major. Setelah kematiannya, dua babi cerdas, Snowball dan Napoleon, memimpin revolusi dan mengganti nama peternakan menjadi Peternakan Binatang.
Awalnya, mereka menciptakan aturan yang adil dengan semboyan, “Semua hewan sama.” Namun, seiring waktu, Napoleon haus kekuasaan dan menyingkirkan Snowball. Ia kemudian memerintah dengan cara yang semakin kejam. Aturan-aturan yang dulu adil pun perlahan berubah, sementara para babi justru mulai meniru perilaku manusia yang sebelumnya mereka lawan.
Baca juga: Soroti Pilkada 2024 di Malang Raya, Pengamat Politik Ini Sebut Persaingan Unik dan Menarik
Meskipun menggunakan karakter hewan, Animal Farm sebenarnya menggambarkan Revolusi Rusia dan bagaimana pemimpin yang awalnya memperjuangkan rakyat justru berbalik menjadi diktator. Babi melambangkan penguasa, sementara hewan lain mewakili rakyat. Old Major, misalnya, merepresentasikan Karl Marx, sang pencetus komunisme. Sementara itu, Boxer, kuda pekerja yang setia, melambangkan rakyat yang dieksploitasi.
Salah satu kutipan terkenal dalam novel ini adalah:
“Semua binatang setara, tetapi beberapa binatang lebih setara daripada yang lain.”
Kutipan ini mencerminkan bagaimana kekuasaan bisa menciptakan ketimpangan. Awalnya, semua dianggap setara, tetapi pada akhirnya, ada kelompok yang menikmati lebih banyak hak dan kekuasaan dibandingkan yang lain.
Slogan lain yang digunakan hewan-hewan di peternakan adalah:
“Kaki empat baik, kaki dua jahat.”
Pada awalnya, semboyan ini digunakan untuk membedakan hewan dari manusia. Namun, seiring waktu, Napoleon dan para babi mulai berjalan dengan dua kaki, dan slogan diubah menjadi “Kaki empat baik, kaki dua lebih baik.” Ini menggambarkan bagaimana pemimpin bisa mengkhianati prinsip awal mereka demi kepentingan pribadi.
Baca juga: Kota Malang Terima Penghargaan Anugerah Revolusi Mental 2022 Terbaik
Buku ini memberikan pelajaran bahwa kekuasaan bisa dengan mudah disalahgunakan. Revolusi yang dimulai dengan niat baik bisa berubah menjadi sistem baru yang justru lebih menindas. Orwell mengingatkan bahwa totaliterisme dan korupsi sering kali muncul ketika kekuasaan tidak diawasi dengan baik.
Lebih dari sekadar kritik politik, Animal Farm juga menyoroti pentingnya berpikir kritis dalam menghadapi propaganda. Dalam cerita ini, babi-babi memanipulasi sejarah dan aturan, tetapi hanya sedikit hewan yang menyadari kebohongan mereka. Hal ini menjadi pengingat bahwa masyarakat harus terus memperkaya pengetahuan dan tidak mudah percaya begitu saja kepada penguasa.
Seperti kata filsuf René Descartes, “Aku meragukan, maka aku berpikir, maka aku ada.” Orwell mengajak pembacanya untuk selalu waspada dan tidak menjadi seperti domba-domba di peternakan, yang dengan mudah mengikuti apa pun yang diperintahkan tanpa berpikir lebih jauh.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Keshia Putri Susetyo (magang)
redaktur: jatmiko