Malang, Tugumalang.id – Menandai penghujung rangkaian pembelajaran Program Sakura 2023, STIE Malangkucecwara menggelar ‘Gebyar Seni dan Gelar Kinerja Belajar Mahasiswa’, Senin (27/2/2023).
Dosen Program Studi Bahasa Indonesia dari Kanda University of International Studies, Prof Suyoto menerangkan sebanyak 23 mahasiswa asal Jepang ini resmi menyelesaikan program Sakura yang berlangsung sebulan, sejak 4 Februari 2023 lalu.
“Semua mahasiswa mengikuti program dengan sungguh-sungguh sehingga bisa lulus dengan predikat yang baik. Tidak ada kendala berarti selama program, justru mereka merasa sedih dan sebagian menangis karena tidak terasa program ini mau selesai,” kata dia.
Program Sakura ini sudah mencapai angkatan ke-23. Merupakan program kolabroasi dengan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Indonesian Studies Program (ISP) STIE Malangkucecwara.
Pada program ini kegiatan yang diikuti mahasiswa Jepang akan dikonversi menjadi 125 jam pembelajaran dengan ekuivalen 3 kredit semester atau berbobot 3 SKS.
“Untuk Program Studi Bahasa Indonesia ini harusnya diikuti satu kelas yang terdiri dari 32 mahasiswa, tapi ada 9 orang yang tidak ikut karena beberapa faktor kesehatan. Di kami (Jepang) sangat waswas terhadap corona dan kampus (Jepang) dengan ketat memberikan asuransi kesehatan dan mewajibkan vaksin tiga kali,” bebernya.
Selain Program Sakura, kata Prof Suyoto, sinergi Kanda University dan STIE Malangkucecwara juga diimbangi dengan student exchange dan program magang.
“Tahun ini, tahun akademik 2023/2024 ada dua orang dari ABM yang lolos pertukaran di Kanda University. Ada juga program magang bagi mahasiswa atau alumni yang berminat ke Jepang akan diseleksi dan kami (ISP) tautkan dengan perusahaan Jepang,” tambah pria yang juga penanggungjawan Program ISP itu.
Sementara itu, Ketua STIE Malangkucecwara (ABM) Drs Bunyamin MM PhD mengapresisi peran seluruh pihak terkait yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan Program Sakura.
Penutupan program ini juga dimeriahkan dengan aksi pencak silat hingga pertunjukan seni tari tradisional yang dibawakan oleh puluhan mahasiswa Jepang itu.
“Ini hari terakhir Program Sakura, yang membuat terkesan dan sangat inspiring, mereka hanya belajar menari dan pencak silat 8 kali pertemuan tapi sudah bisa menampilkan penguasaan budaya dan bahasa yang sangat pesat,” ujarnya.
Menurut pria yang akrab disapa Ben tersebut, belajar di lingkungan baru bukanlah hal yang mudah. Mereka harus bekerja keras untuk beradaptasi.
Meski begitu, seluruh peserta program masih tetap antusis mengikuti rangkaian kegiatan. “Jumlahnya ada 23 peserta, biasanya memang sekitar 20-30 orang. Bahkan salah satu dari mereka akan kembali lagi bulan September di kampus kita untuk student exchange,” paparnya.
Ke depan, salah satu kampus tertua di Malang ini akan terus berupaya menggaungkan berbagai program strategis melalui penguatan SDM. Setelah Program Sakura, akan ada staff exchange dengan Kanda University sebagai terobosan untuk memperluas kolaborasi riset antar perguruan tinggi di luar negeri.
“Supaya ada kolaborasi yang lebih luas saya kira ini sangat relevan karena banyak keputusan bisnis dan keuangan yang sangat dipengaruhi oleh culture. Saya melihat keterkaitan luar biasa sehingga mesti kita tarik lagi ke ataff exchange,” tukasnya.